Rose berdiri di pojok ruangan, kedua tangannya diposisikan di depan tubuhnya; memandang ke bawah dengan wajah sendu.
Ini sudah dua hari semenjak Claudine ditemukan tak sadarkan diri di dermaga paviliun. Orang-orang menuduh Layla melakukan hal yang tak baik, karena hanya gadis itu yang bersama Claudine di waktu kejadian.Rose sadar bahwa Layla bukan hanya sekedar anak angkat Bill Remmer atau asisten Bill, namun Layla seakan memiliki kekuasaan yang lebih dibanding para pelayan lain.
Alasannya cukup simpel, tentu saja karena Matthias selalu memuja gadis itu; memberikan semuanya untuk sang pujaan hati.Rasanya aneh jika Matthias...
Tak lama lenguhan pelan terdengar, tangan Claudine bergerak bersamaan dengan mata yang terbuka.
Dia berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk."Rose...?" Suaranya lirih dan terdengar lemah, rasa pusing mendera kepalanya.
Rose segera mendongak, dia menatap Claudine dengan sedikit kaget. Sebelum akhirnya tersadar dari lamunan dan segera berlari kecil mendekati Claudine.
Wajah Rose terlihat khawatir sekaligus bingung, dia sungguh bersyukur nona nya telah siuman."Apakah anda butuh sesuatu? Saya bisa ambilkan," Rose berkata lembut sambil membantu Claudine untuk duduk.
Claudine menggeleng pelan, dia menatap pintu kamarnya. Pintu kokoh dari kayu paling berkualitas di Berg itu terlihat tertutup rapat, seakan tak memberikan ruang untuk mengintip barang se-inci pun.
Mata birunya berubah menjadi sendu."Matthias... Kemana dia?" Suara Claudine kembali terdengar, seakan penuh harapan.
Rose terdiam, sampai akhirnya membuka mulutnya. "Sehari lalu tuan Duke menjenguk anda, nona. Beliau juga..." Rose menjeda ucapannya, dia terlihat ragu untuk mengatakan hal ini.
"Apa?" Claudine menuntut jawaban, alis kanannya terangkat sedikit menandakan bahwa dirinya butuh jawaban.
"T-tuan Duke... Beliau m-membuat Layla di 'skors' agar tidak bisa memasuki kediaman selama beberapa hari."
Mata Claudine melotot kaget, dia hampir tersedak ludahnya sendiri.
Tentu saja rasanya aneh. Jika itu benar-benar Matthias yang dulu, mungkin pria itu akan setengah mati mencoba membela Layla.
Walaupun Claudine tak begitu merasa Layla bersalah, namun tindakan si pirang juga tak bisa diabaikan.Bagaimana bisa Layla berbohong tentang 'memanggil tuan Duke'? Bahkan dia meninggalkan Claudine yang hampir sekarat selama beberapa menit.
Beruntungnya, Claudine berhasil naik kembali ke dermaga. Lalu pada akhirnya dia pingsan karna kehabisan napas, banyak air yang masuk dari mulut dan hidungnya."Kamu berbohong." Claudine terkekeh miris, tangannya mencengkram selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, "Matthias tak akan begitu. Aku pasti bermimpi."
Alis Claudine mengkerut nanar. Dia tak bisa berbicara lagi, lidahnya seakan kelu.
Matthias 'memperhatikannya'? Itu terasa seperti mimpi untuk Claudine.
Matthias, pihak yang sama sekali tidak menyukai pertunangan ini... Kenapa bisa malah memberikan 'hukuman' untuk selingkuhannya?Ini semua aneh.
"Nona... Nanti sore Duchess akan menjenguk anda." Rose terdiam, dia meremas tangannya sendiri. Merasakan atmosfer menyedihkan yang memenuhi kamar Claudine.
"Keluarlah. Aku butuh waktu sendiri."
--·--
"Kali ini apa lagi?"
Burung kenari yang ada di tangannya dia elus dengan penuh kasih sayang.
Mata biru tajamnya menatap secercah kertas di atas meja kerjanya, itu ditulis dengan begitu hati-hati dan sebuah lukisan bunga mawar biru yang dilukis kecil di akhir surat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket ; Rewrite Our Heart.
Random[ Another Universe of COBYB ] "siapkah kau menulis ulang perasaan mu?" suara lembutnya terdengar jelas, mata yang senada dengan mawar biru di rambutnta menatap sang pria dengan berair. bulan malam ini tertutup awan kelabu yang mengalirkan air hujan...