Bab 2 - Pelarian

63 4 2
                                        

Aku tidak tidur malam ini. Bukan karena aku tidak bisa, tetapi karena aku tidak mau. Aku harus mempersiapkan rencana pelarianku. Semalaman aku mengemasi barang-barang untuk kabur dari rumah. Aku memutuskan untuk kabur sampai acara fashion show nya selesai, setelah itu aku janji aku akan fokus untuk kuliah.

Aku melirik jam yang ada di dinding kamarku. Jarum jam yang pendek menujuk angka empat, sementara yang panjang menunjuk angka satu. Saatnya untuk pergi, tetapi sebelum meninggalkan kamar, aku meninggalkan catatan diatas bantal.

"Tidak perlu mencariku. Aku akan kembali."

-Pixie

Aku tidak keluar lewat jendela karena kamar ku berada di lantai dua. Lagipula aku bukanlah gadis tomboy, aku sudah feminin sejak lahir. Memangnya ada seorang model yang bisa memanjat? Aku rasa tidak.

Jadi aku harus keluar dengan cara normal, yaitu melalui tangga melewati pintu dan gerbang. For your information, Aku memegang semua kunci spare rumah, jadi aku bisa membukanya lalu menguncinya lagi tanpa perlu susah payah.

Setelah berhasil keluar, aku menoleh ke arah rumahku untuk terakhir kalinya. Entah kenapa aku sama sekali tidak menyesali perbuatanku ini, yaitu kabur dari rumah. Aku malah merasa bebas. Lagipula aku kan sudah dewasa, jadi aku bisa melakukan apa yang aku inginkan dan mereka tidak perlu melarangku karena aku tidak merugikan siapapun.

Setelah aku berjalan selama 15 menit, akhirnya aku sampai di jalan raya. Karena disini tidak ada halte, aku duduk diatas koperku menunggu taksi lewat. Sebetulnya aku punya mini cooper pribadi, tetapi sialnya aku belum lolos tes mengemudi dan belum mendapatkan SIM.

Sedari tadi, tidak ada taksi yang lewat. Ada beberapa angkutan umum yang lewat. No way in the hell aku naik angkutan umum lagi. Jadi suatu hari aku dan Cassy dengan sangat terpaksa harus naik bis umum karena alasan tertentu dan kebetulan bus yang kami naiki adalah bus yang ugal-ugalan. Selama perjalanan, aku benar-benar mual dan ada bekas permen karet di bangku yang aku duduki. Aku tidak mau kejadian buruk itu terjadi lagi.

Setelah hampir setengah jam, akhirnya ada taksi yang lewat dan aku langsung memberhentikannya. Aku memilih duduk di kursi belakang.

"Kemana, nona?" Pengemudi taksinya bertanya setelah aku masuk.

"Kemanapun asalkan jauh dari sini, pak." Aku menjawab dan mengangkat bahuku tidak peduli.

Aku mengeluarkan ponselku dari kantong celana lalu membuka aplikasi BBM. Ada pesan dari ketiga sahabatku dan beberapa teman laki-laki ku. Aku mengabaikannya, sedang tidak mood untuk membalas sekarang. Aku malah memperbarui status BBM.

"Let's get lost."

Setelah itu, aku memasukkan ponselku dan mengeluarkan iPod beserta headsetnya dan memasangkannya di telingaku. Aku mendengarkan album X dari Ed Sheeran. Pada saat mendengarkan lagu One, aku merasakan mataku mulai berat. Entah karena lagunya seperti lullaby atau karena aku memang tidak tidur semalam. Aku melirik jam tanganku. Sudah hampir jam 5 pagi dan aku mulai menguap. Tidur sebentar sepertinya tidak masalah. Dengan begitu akhirnya aku membiarkan rasa kantuk menguasai diriku dan aku masuk ke alam mimpi.

***

Aku merasakan ada seseorang yang mencolek bahu berkali-kali, membuatku membuka mataku. Aku mengusap mataku berusaha mengusir kantuk dan menyesuaikan penglihatanku. Ternyata pengemudi taksi itu yang membangunkanku.

"Ini dimana?" Tanyaku.

"Kita sudah jauh dari tempat asal. Kita bahkan di kota yang berbeda sekarang."

Aku mengangguk mengerti. "Tolong antarkan aku ke tempat makan, pak. Nanti kita berhenti disitu."

"Oke nona."

***

Aku turun di depan restoran cepat saji 24 jam. Aku masuk dan memesan menu breakfast, sandwich dan kopi. Beruntungnya hanya aku pembeli yang ada disini karena sebenarnya aku malu membawa koper kesini. Kelihatan sekali seperti orang yang kabur dari rumah.

Sambil menyesap kopi, aku membuka aplikasi maps pada smartphone ku. Aku mencari tahu lokasi dimana aku berada dan ternyata aku ada Boston. Astaga, sepertinya aku pergi terlalu jauh.

Selanjutnya aku mencari apartemen atau hotel melalui aplikasi view street. Dan ternyata tidak jauh dari sini ada apartemen. Setelah sandwich ku habis, aku bergegas meninggalkan restoran ini.

Aku sibuk memperhatikan jalan yang di tunjukkan smartphone ku, sesekali aku memperhatikan jalan di depan ku takut kalau aku menabrak sesuatu atau masuk ke dalam lubang perbaikan jalan. Itu pasti akan sangat memalukan.

Aku masih fokus dengan ponselku dan tidak terlalu memperhatikan apa yang ada di depanku. Tanpa aku sadari ternyata aku berada di persimpangan jalan. Aku baru sadar setelah aku merasakan benda metal yang menabrak kaki kanan ku, membuat tubuhku terdorong ke aspal. Aku ingin sekali berteriak minta tolong, tetapi semuanya sudah gelap dan aku tidak sadarkan diri.

Let's Get LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang