Chapter 3 - Bakso gepeng

141 16 2
                                    

"Raaa." Panggil Reno seiring dengan langkahnya menghampiri Rara. Ia mengangkat jarinya melambaikan ke udara, hingga bertemu dengan jemari Rara. Reno mengenakan jaket berwarna biru tua yang menyelimuti T-Shirt hitamnya. Ia merapikan rambutnya, menatanya ke kanan kiri sesuai dengan yang ia inginkan. Reno membuka jaket dan disampirkan di bangku tempat duduknya.

"37 menit Ra. Telat dua menit nihh. Gue dihukum apaaa?" Ucapnya dengan kekehan bernada manja.

"Apa sih Ren. Gue sambil buka twitter sama ig kok. Jadi nggak terasa." Maissa menunjukkan ponselnya ke arah Reno.

"Aku cinta kamu sayang. Ih itu siapa Ra?" Tanya Reno menunjuk ke arah ponsel Maissa. Maissa terkejut akan ucapan yang Reno sampaikan. Secara tergesa ia tarik ponselnya untuk melihat lebih jelas.

"Hah? Apaan sih Ren? Mana yang ngomong gitu di ig gue? Lo liat dari ig apa notif wa?" Maissa kebingungan mencari sumber pesan yang Reno baru saja bacakan.

"Liat dari hati tadi." Ucap Reno tersenyum.

Maissa memutar bola matanya, ia tahu bahwa ia sedang di permainkan.

"Nyebelin." Kesal Maissa yang mengerucutkan bibirnya.

"Jangan cemberut-cemberut Ra. Nanti di cium soang." Kekehan Reno terdengar sangat menjengkelkan.

"Kamu pesen apa Ra?" Tanya Reno dengan lembut, ia membuka buku menu lembar demi lembar.

"Ini aku minum ice latte, makannya aku cuma pesen cireng sama tahu bulat. Kamu pesen aja Ren makanan beratnya." Rara melihat ke arah pelayan. Reno tersenyum mendengar penuturan Rara.

Nah masuk nih dia manggil aku kamu juga. Kadang Rara gampang di pancingnya.

"Aku mau makan bakso Ra, tapi nggak ada disini." Ucap Reno yang kerap membolak-balikan lembaran menu.

"Kamu mau makan di tempat lain? Ini kopi ku juga mau abis."

"Emang kamu mau kalo naik motor?"

"Hah? Ya mau lah, kenapa harus ngga mau?"
"Ya mungkin kamu belum pernah naik motor. Kan dari dulu selalu sama supir."

"Ren, gue udah setua ini, nggak mungkin ga pernah naik ojek. Udah gak usah lebay, ayo cabut. Mau makan bakso dimana?"

Reno terdiam, ia berpikir pada sebuah kesalahan akan keraguan yang di utarakan. Membuatnya kembali mundur selangkah, Rara tidak lagi berbicara halus dengan penyebutan aku. Misinya kali ini gagal. Namun Reno tidak semudah itu untuk mundur dan menyerah.

"Ra, ini kamu pake jaket aku ya, kalo helm aku udah bawain buat kamu. Bentar aku ambil dulu." Maissa menguncir rambut panjangnya yang terurai, lalu ia memakai jaket yang Reno berikan. Ia memperhatikan muka Reno dengan saksama saat pria itu membantunya mengaitkan tali pada helm yang dikenakan.

"Jangan lama-lama liatinnya. Nanti naksir Ra." Ucap Reno yang kini menarik kedua sudut bibirnya.

"Gak akan lah. Udah pernah." Jawab Maissa yang memalingkan pandangannya.

"Nanti naksir gue lagi ya Ra, gue tungguin."

-

Langit sore yang terlihat lebih cerah dari biasanya menemani kebersamaan mereka saat ini. Aroma kaldu sapi yang gurih menguar di udara memasuki indera penciuman Maissa. Maissa memperhatikan semua gerakan dari seorang penjual bakso yang sedang mempersiapkan hidangannya. Maissa dan Reno kini duduk berdampingan di warung bakso pinggir.

Suasana keramaian jalanan tidak terlalu mengganggu pandangan keduanya. Kini Maissa dan Reno sedang menikmati bakso hangat yang mengepul. Reno memilih Warung bakso gepeng yang terkenal di daerah Tebet Barat. Tempat makan yang menjadi salah satu tujuan destinasi kuliner karena cita rasa yang ada dalam setiap hidangan.

"Enak nggak Ra?"

"Enak Ren, aku suka kaldunya, sambalnya pedes gurih gitu ya Ren."

"Iya, kamu jangan banyak-banyak itu sambelnya. Pedes Ra." Ucap Reno menghentikan Maissa saat meraih satu sendok sambal yang berada di dekatnya.

"Kenapa sih Ren? Kan sekarang aku udah kuat pedes."

"Tetep aja Ra. Yang berlebihan itu nggak baik. Nggak nikmat Ra."

Keduanya terdiam, kembali menikmati hangatnya semangkuk bakso di tengah keramaian. Hangatnya makanan yang mereka santap, mewakili kehangatan dan keakraban yang kembali datang pada hati mereka.

"Ra." ucap Reno dengan nada suara yang lembut. "Aku senang banget bisa kaya gini sama kamu. Sederhana tapi bikin bahagia."

Maissa memandang Reno dengan saksama. "Aku juga senang Ren. Ga nyangka ya. Sekian lama akhirnya bisa ketemu lagi." Keduanya tersenyum lalu kembali pada mangkungnya masing-masing.

"Lo kenapa nggak pernah hubungin gue Ren?" Maissa kembali mengajak pria di depannya untuk berbincang.

"Karena waktu itu lo bilang jangan pernah deketin lo lagi." Maissa menganggukkan kepalanya seakan setuju. 

Show Me The WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang