"Abah? kok diem aja?? Basta anak abah kann?" Tanya Basta sekali lagi untuk meyakinkan ayahnya itu. Sebelum menjawab pertanyaan anaknya, Aryo malah terkekeh sembari membersihkan pecahan kaca tersebut.
"Kamu kok nanya gitu? kenapa bisa mikir gitu, hm?" Tanya abah.
"Gapapa sih..Basta cuma ngepastiin aja, siapa tau aja bukan.."Guman Basta sambil melihat ayahnya.
Tidak lama kemudian.
Khaiza, Shaka dan Thala sudah sampai di kamar basta dengan barang yang sudah disuruh oleh abah tadi. Begitu juga dengan abah, dia sudah selesai membersihkan pecahan kaca yang berada di lantai tersebut.
"Kalian keluar dulu ya? Abah mau ngobrol berdua sama Basta. Nih duit buat jajan, kalo masih ada sisa ditabung ya." Setelah mengatakan itu, Aryo segera mengambil selembar uang seratus ribu rupiah dari lipatan sarung yang ia gunakan.
"YESSSS, YAHAHHAAHAH KASIAN GADAPET DUIT." Ledek Shaka, Thala dan Khaiza kepada Basta yang masih setia duduk di Kasur, Basta yang melihatnya segera mengancang-ancang untuk melempar adik dan masnya menggunakan bantal. Mereka segera menutup pintu kamarnya dan bergegas pergi ke luar rumah. Setelah mereka pergi, Hanya tersisa Basta dan Abah di rumah tersebut.
"Adek, Ayah tanya sekali lagi ya? Kenapa kamu mikirnya sampe kesana?" Tanya aryo kepada Basta sambil membersihkan luka gores yang berada di kaki Basta.
'Sial, tiba-tiba gua merinding anjing' Batin Basta. Seumur hidup, Hanya kali ini Aryo memanggil dirinya 'Ayah' bukan lagi 'Abah'.
"Sebenarnya, Basta itu tadi mimpi. Kalo ada seseorang yang pengen rebut kami berempat dari Abah. Tapi juga, dia mengecualikan Khaiza dan bilang Khaiza sebagai anak pembawa sial. Itu ga bener kan? Basta, mas Shaka, Thala sama Khaiza itu anak kandung Abah kan?" Jelas panjang lebar Basta dengan nada yang serak dan matanya mengeluarkan air mata.
Bukannya sedih, Aryo malah menertawakan anaknya itu. Aryo mengelus surai rambut putranya untuk menenangkannya.
"Udah nangisnya? tuh ada ingus, Bersihin dulu baru ayah jawab." Perintah Aryo yang masih membalut luka Basta dan memberikan tisu kepadanya.
"Ngga, i-ini Basta udah ngga nangis lagi kok" Jawab Basta dan segera mengelap ingusnya.
"Dah, nih lukamu udah ayah bersihin." Setelah membersihkan lukanya Basta dan membalutnya dengan kain basa, Aryo membenarkan posisi duduknya yang awalnya mengahadap kakinya basta dan sekarang berada di samping basta sambil merangkul anak semata wayangnya.
"Ayah jawab ya. Kamu, Mas Shaka, Dek Thala dan Khaiza itu anak ayah. Ga ada sejarahnya kalau kamu dan yang lainnya itu bukan anak Ayah. Kalau kalian bukan anak Ayah, gamungkin ayah kerja mati-matian buat sekolahin kalian berempat, gamungkin Ayah rela ga masuk kerja demi nungguin Thala waktu dia kena DBD di rumah sakit sampe Ayah ga tidur semaleman, gamungkin Ayah dibelakang kalian bangga-banggain kamu dan Shaka ke temen-temen ayah kalo kalian sering ikut lomba dan sering dapet juara. Kalo kalian bukan anak Ayah, Mungkin kalian udah ayah biarin sekarang, mau jadi gelandangan juga ayah biarin. jadi, jangan berpikir kalo kalian bukan anak ayah ya? ayah lakuin itu semua karena ayah sayang kalian dan pure kalian itu anak kandung Arjuan Aryo Gemista." Penjelasan dari Aryo membuat Basta kembali menangis dan memeluk ayahnya itu. Aryo hanya terkekeh dan mengelus punggung Basta untuk menenangkannya.
"Abah..Maafin basta karena udah nanya pertanyaan yang ga logis ke abah, Basta minta maaf kalau selama ini Basta sering bandel kalo dibilangin, Maaf kalo Basta sering ngeledek kalo lagi dinasehatin abah. Basta minta maaf ya abah." Permintaan maaf Basta hanya diangguki oleh Aryo. Dalam hati Aryo, Teringin sekali ia mengabadikan moment ini, jarang sekali basta menjadi cengeng dan clingy seperti ini.
Setelah sekitar 10 menit Basta menangis dan selama itu juga Aryo menenangkan basta dan membisikkan kata-kata penenang untuknya. Akhirnya, Basta tertidur sambil memeluk ayahnya dengan erat. Begitu juga dengan Aryo, dia tertidur tidak lama setelah Basta tertidur. Tidak lama kemudian, tiga kurcil itu akhirnya pulang kerumah dengan menengteng kantong belanjaan yang berisikan cemilan dan bahan-bahan untuk keperluan bulanan.
Mereka mengintip melalui celah pintu kamar Basta untuk melihat apa yang terjadi. Mereka melihat pemandangan yang jarang dilihat mereka, Yaitu Basta yang menjadi clingy dan memeluk ayahnya layaknya bayi yang tidak ingin ditinggal ibunya. Akhirnya, mereka masuk ke dalam kamar Basta dan naik ke atas kasur Basta untuk ikut memeluk Basta yang masih sakit.
"Cepet sembuh ya Mas, Jangan sakit lagi. Khaiza jadi ga ada temen main lagi" Ucap khaiza sambil menelusup ke dalam pelukan antara Basta dan ayahnya.
"Cepet sembuh ler, rumah jadi sepi banget kalo lu lagi sakit. Ga ada yang teriak-teriak kek orang gila, Ga ada lagi yang ngeberantakin rumah" Disusul oleh Thala sambil merebahkan kepalanya di paha Basta yang berbalut selimut itu.
"Adek sayang, Semoga cepet sembuh ya? Gua janji kalo lu dah sembuh, Kita jalan-jalan keliling komplek sambil bonceng empat bareng Thala sama Khaiza." Ucap terakhir si sulung sambil mengecup kening adiknya yang masih sakit itu dan tidur di Belakang badan Basta.
Akhirnya, mereka tidur di kasur Basta sambil memeluk Basta yang berada di tengah-tengah antara mereka.
"Cepet sembuh ya anakku sayang, Ayah akan berusaha untuk menjadi ayah yang terbaik untuk kalian."
Walau mereka hidup dengan Sifat dan tingkah laku yang berbeda-beda, Mereka akan menjadi pelengkap sekaligus obat untuk satu sama lain dan akan menjadi kebanggaan tersendiri untuk Aryo.
—To Be Continued
Baru sadar kalo cabat dah ga update hampir 1 minggu...MAAF BANGET INIMAH, cabat ada tugas yang memang ga bisa ditinggal ㅠ - ㅠ. TERIMAA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA INI CABATT, LOVV Y'ALL ㅇㅅㅇ 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
KELUARGA CURUT || ON REVISI
Teen FictionIsinya cuman keseharian abah Aryo, yang menghadapi 4 curut alias anaknya yang berisiknya kalo diadu sama toa mesjid juga bakal insecure duluan toanya.