Basta terbangun dari mimpi buruknya. Seluruh badannya penuh dengan keringat, nafasnya tersenggal. Basta memperhatikan sekeliling dan mendapati baskom berisikan air hangat lengkap dengan kain yang diletakkan di atas meja samping kasurnya. Basta juga melihat ada Thala yang sedang asik menonton film lewat handphonenya sambil memakan snacknya. Thala akhirnya sadar jika Basta sudah siuman.
"Tha, m-mana khaiza ?? mana shakaa ? Kita ga dibawa ke belanda kan ????" Panik Basta ketika ia hanya melihat Thala tanpa adanya Shaka dan Khaiza. Biasanya saat Basta sakit, dua orang itu akan nongkrong di kamar Basta untuk menemaninya.
"Hah?? apaan sih? mimpi apalagi lu kali ini." Tanya Thala sambil meletakkan cikinya dan menempelkan tangannya di dahi Basta untuk mengecek suhu badan Basta.
"M-maksud lo ?" Basta semakin bingung.
"Lu istirahat aja, tadi pas lu main sama Jaresh katanya lu langsung demam abis itu pingsan, untung si Jaresh mau nganterin lu" jelas Thala panjang lebar tapi Basta tidak mendengarkannya. Dia memikirkan siapa yang ada di mimpinya, kenapa dia berkata akan membawanya dan saudara-saudaranya?
'Gua keknya harus nanya ke abah habis ini' batinnya.
"WOI! LU DENGERIN GUA GAK SIH MONYET." Teriak Thala yang akhirnya membuyarkan lamunan Basta. Basta hanya menganggukkan kepala sebelum merebahkan diri kembali ke kasurnya. Setelah Thala menempelkan kain yang sudah diberikan air dingin agar demam Basta bisa turun lebih cepat, akhirnya dia meninggalkan basta sendiri yang sedang beristirahat.
Hening, keadaan yang sedang terjadi di kamar Basta, Basta sedari tadi berusaha untuk tidur, tetapi matanya menolak untuk terpejam.
Tidak lama, Shaka datang membawa nampan berisikan bubur dan teh hangat herbal khusus buatan Abah. Dia menaruh Nampan tersebut dan membangunkan Basta.
"Bas. Basta, bangun dulu yuk. Gua bawain makan sama teh nih, abis itu lu minum obat ya biar cepet sembuh" panggil Shaka.
Basta yang tadinya tertidur sekarang kembali bangun karena dipanggil sang Kakak. Basta menyenderkan badannya di dipan kasur dibantu Shaka. Bahkan dengan telatennya Shaka menyuapi adiknya itu untuk makan dan minum.
"Shaka." Panggil si Basta yang masih memikirkan sesuatu
"Sopan dikit dong ntol, perlu lu ingat gua lebih tua dari lu." jawab Shaka karena dia sangat benci kalau dipanggil menggunakan nama oleh saudaranya sendiri.
"iya-iya maaf. Mas, gua mau nanya dikit, boleh kan?"
"Kalo ga penting, gua kacangin." Jawab Shaka yang sedang menyuapi Basta.
"Kita anak kandung abah kan?"
Shaka yang mendengar pertanyaan sang adik langsung menghentikan aktivitasnya. Kini Basta dapat melihat alis Shaka nampak mengkerut menandakan kebingungan.
"Ngawur, kita anak kandung abah lah, Kalo bukan anak abah, anak siapa lagi?" Jawab Shaka sewot.
"Siapa tau gua anaknya raffi ahmad, ketukar pas waktu bayi." Cengir Basta sembari menelan bubur.
"Efek sakit nih, jadi bloon." Shaka menghela nafas dengan kelakuan adiknya dan kembali menyuapi basta.
'Jadinya tadi itu cuma mimpi doang ya? Semoga hal itu ga beneran deh..'
Bohong kalau Shaka tidak memikirkan pertanyaan Basta. Apa benar mereka anak kandung abah? atau ada sesuatu yang disembunyikan selama ini?
Makanan Basta pun sudah habis. Sekarang dia kembali tidur setelah meminum teh dan obatnya. Kini Shaka pergi ke dapur untuk mencuci piring yang digunakan untuk makan Basta.
Setelah Shaka keluar kamar Basta, Shaka melihat Abah sedang membuat makanan untuk dimakan malam hari nanti. Dengan inisiatifnya, Shaka menghampiri abah dan membantunya.
Shaka membantu menggoreng ikan sedangkan Abah memotong buah semangka. Tidak ada percakapan di antara mereka berdua, hanya terdengar bunyi wajan, letikan minyak goreng serta pisau yang memotong buah.
"Shaka, nanti malam abah ngeronda dulu ya, Hari ini jadwalnya abah buat ngeronda sama pak Denis dan pak Marva." ucap Abah yang hanya diangguki oleh Shaka. Ah iya, Shaka lupa ingin menanyakan sesuatu kepada abahnya itu.
"Bah abah, Shaka nanya dong."
"Nanya apaan?" Jawab Aryo yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Tadi kan Shaka abis dari kamar Basta, terus Basta nanya, Kami itu anak kandung abah kan?"
Degh.
Aryo hampir jantungan setelah mendengar pertanyaan dari si sulung. Dia bingung, jawaban apa yang harus dia katakan kepada Shaka.
"Shak? serius cuma mau nanya gitu doang?" Tanya Aryo.
"Iyaaa itu doangg abahh"
Seketika, Aryo menghela nafas dan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan si sulung.
"jadi-"
PRANG.
Pandangan Shaka dan Aryo tertuju pada suara yang diyakini berasal dari kamar Basta. Saking kerasnya, Thala dan Khaiza yang sedang tidur ikut terbangun karena suara tersebut. Dengan penuh kekhawatiran dan rasa panik, keempatnya segera berlari ke kamar Basta.
Ketika pintu kamar dibuka, mereka dibuat terkejut dengan pemandangan yang semakin membuat mereka panik— kaki Basta kini penuh dengan darah.
"MAS, KAKI LU KENAPA?" Jawab Thala yang sigap mencegah aksi Basta ketika ia hendak membersihkan pecahan gelas tersebut.
"Tadi.. gua mau ambil air di meja.. tapi kepala gua pusing banget. Gua ga fokus terus kesenggol gelas dan pecah... gua ga sadar pecahannya tepat di bawah kasur.. gua keinjek.." jelasnya dengan suara bergetar. Ia nampak mencoba menaikkan kakinya ke atas kasur perlahan-lahan.
"Haduh... Khaiza cepet kamu ambilin abah kotak p3k di Ruang tengah ya? Thala, ambil wadah sama air, terus nanti Bantu Shaka berisihin lukanya Mas basta." Kalimat itu membuat mereka segera bergegas melakukan apa yang telah diperintahkan sang abah.
Aryo segera membersihkan serpihan gelas yang berserakan di lantai. Basta tidak hanya memperhatikan abahnya, ia masih sempat berfikir mengenai mimpinya.
'Kesempatan. Gua harus tanya ini ke abah' Batin Basta.
"Abah? Basta... anak kandung abah kan?"
— To be continued.
AOAKWOKWOWKW, HALOOO CABATTT 🌷
sorry baru update, cabat lagi hectic banget di rl ㅠ ㅅ ㅠ. JANGANNN LUPA VOTE DAN COMMENT YAAA, SEE YOU NEXT CHAPTERR CABATT🐿️🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
KELUARGA CURUT || ON REVISI
أدب المراهقينIsinya cuman keseharian abah Aryo, yang menghadapi 4 curut alias anaknya yang berisiknya kalo diadu sama toa mesjid juga bakal insecure duluan toanya.