Disini ditempat ini aku duduk diam meratapi hujan turun. Ada rasa sejuk yang tercipta di setiap rintiknya. Ada kelegaan yang terasa setelah teriknya mentari pagi ini.
Kilas kejadian itu menyapu pikiran ku lagi. Ada perasaan lega setelah kejadian itu. Memang rasanya sepi tapi setidaknya ini cukup nyaman daripada sebelumnya. Tapi tak ayal aku juga sangat mengkhawatirkannya. Saat kalimat "mengkhawatirkan", air mata mengalir tanpa aku undang untuk datang.
Kalimat yang aku lontarkan terngiang-ngiang di kepala. Ada rasa sakit yang tercipta saat kalimat itu berputar. Ah tidak kepalaku terasa ingin pecah. Kalimat itu mengguncang jiwa ku. Bahkan sampai sekarang gemetar tubuhku masih aku rasakan.
Ah, aku benci air mata ini, mengapa harus menetes lagi. Apakah dia tidak tau jika aku gadis keras kepala yang tangguh dengan hati batu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Aku Yang Penuh Luka
Fiksi UmumHanya bait kata sebagai ungkapan yang di rasa.