"Dimana Sheira?"
Hening melanda kediaman Allaric beberapa saat,Reiza-selaku ayah kandung Sheira diam tak berkutik saat mata elang Abra meliriknya penuh selidik.Anggota keluarga sudah berkumpul diruang tengah yang biasa menjadi titik perkumpulan antar pihak keluarga,entah itu membicarakan sesuatu atau mendiskusikan hal yang penting untuk di sampaikan.Tetapi sampai sekarang hanya ada satu orang yang belum diketahui tanda-tanda akan menampakkan diri,Sheira Ayunda Khaira-putri tunggal Rei yang keberadaannya entah dimana.
"Cucu kesayangan kakek itu tidak akan datang,Percuma saja menunggunya."Kiano ikut bersuara,terlalu muak mendengar pria bertongkat itu terus menanyakan keberadaan adik sepupu.
"Kiano benar,dua tahun lalu pun Shiera tidak datang."seorang pria disebelah Kiano ikut menyahut,Zerro namanya.
Terra berdecih pelan "Dia akan datang,tunggu saja."ucapnya.Sebagai Kakak tertua dan cucu pertama di keluarga Abra,Terra menjadi bagian penting dalam silsilah kelurga mereka.Sebagai simbol pengarah untuk sepupunya yang lain.
"Dua tahun lalu pun lo bilang begitu,kak."gadis berambut blonde dengan wajah tak suka melirik kearah Terra "nyatanya dia gak datang juga kan?"katanya
"Kenapa masih mempermasalahkan dua tahun lalu? "
Suara perempuan dari arah pintu mengejutkan semua orang diruang keluarga itu,tak terkecuali Terra.Gadis itu dengan senang hati langsung menyambut kedatangan Shiera dengan pelukan hangat.Pelukan Terra terurai saat Abra memanggil Shiera untuk mendekat.Mengisyaratkan bahwa pertemuan keluarga hari ini akan segera berlangsung.
Sheira tidak benar-benar mendengar dengan baik apa yang disampaikan oleh sang kakek,dirinya malah sibuk dengan benda pipih ditangan mengatur ulang jadwal yang seharusnya terlaksana siang hari ini.Namun apalah daya,panggilan dari Ayah mau tak mau Sheira harus mengundurkan jadwal pertemuannya dengan klien saat itu juga.
"Gimana menurut kamu,Shiera?"
Sheira menurutuki kebodohannya saat pertanyaan itu sengaja dilemparkan padanya, paham hanya dirinya yang tidak memperhatikan Abra saat pria berumur itu berbicara.
"Bagaimana menurut kamu jika Gio menjadi pengganti kepala perusahaan yang dipegang Ayah kamu sekarang?"tanya Abra sekali lagi.Sheira melirik sang empu yang menjadi bahan perbincangan,lelaki tegap berdiri dengan tangan bersilang didada itu juga ikut melirik Sheira dengan tatapan tajamnya.Memang diantara para sepupunya Gio termasuk Kakak tertua kedua yang cukup lihai dalam mengelola perusahaan.
"Bang Gio bukannya lagi menangani perusahaan di Bandung ya?"tanya Sheira hati-hati dan langsung diangguki oleh Gio.
"Kalau anak perusahaan ayah dipegang sama bang Gio,gimana nasib perusahaan yang sedang berjalan.Sheira rasa mungkin sepupu Sheira yang lain bisa mengemban perusahaan Ayah itu"jawab Sheira.Namun sepertinya itu bukan jawaban yang pas untuk Abra,dilihat dari wajahnya pias,Sheira semakin yakin kalau pertanyaan tersebut bukanlah jawaban yang ingin didengar.
"Kakek tidak bisa memberi anak perusahaan selain pada kamu dan Gio.Apa yang kamu harapkan dari sepupu kamu itu? Bukannya kamu yang ngomong sendiri kalau perusahaan sebesar fare group tidak bisa dipegang sembarang orang?"
Sheira mulai tak tenang saat menangkap wajah para sepupunya menatapnya dengan tak suka "bukan berarti mereka gak pantas dapat hak itu,Kek!"tegas Sheira
"Fare group salah satu dari perusahaan kakek yang berkembang pesat saat ini.Masih ada Save group yang saat ini juga makin berkembang,siapa lagi kalau bukan kalian yang akan meneruskan perusahaan?"
Sheira dan Gio saling beradu pandang,namun tak lama setelah Sheira memutuskan pandangan dengan sepihak.Gio tau Shei tidak akan semudah itu melepaskan pekerjaannya,apalagi gadis itu tengah sibuk-sibuknya sekarang.
"Sheira gak bisa terima jika itu harus mengorbankan pekerjaan Shei."tegas perempuan itu.
Gio tersenyum miris,ia sudah tau jawabannya.Gadis keras kepala itu tak akan mudah mengubah keputusannya saat itu juga. "Gio akan mengambil alih Fare Group ,tapi Sheira juga harus ikut membantu saya dalam mengontrol perusahaan.Saya juga punya kewajiban lain yang perlu saya jalankan."
Sheira awalnya tak setuju,ingin protes namun gelengan dari Sang ayah membuat Sheira bungkam.
"Kayaknya Sheira gak ikut makan bersama malam ini.Kalau ada waktu senggang Shei akan mampir.Assalamu'alaikum." pamit Shei sebelum mood nya benar-benar hancur dan mengacaukan acara malam makan yang selama ini dinantikan oleh para saudaranya.
Tak ada yang peduli akan kepergiannya selain ayah tercinta yang terus menghubungi nomor Shiera yang sengaja di silent demi ketenangan hati.Entah beberapa kali juga Rei mencoba mengetik pesan pada sang anak yang sama sekali tidak peduli betapa khawatirnya sang ayah kepada putri semata wayangnya itu.
Ditengah kegiatannya mengaduk cappucino late diatas meja,Shiera melupakan sesuatu tentang perbincangannya mengenai Fare Group yang akan dipindahtangankan oleh Abra pada Gio.Masalahnya bukan pada perusahaan,melainkan ada sesuatu menganjal disini.Sekarang Fare Group yang dipegang Rei sedang naik daun,kenapa Abra ingin mengantikan posisi Rei kalau perusahaan mereka baik-baik saja.
Membuka room chat dengan Rei,Shei mengetikkan sesuatu disana.Tak ingin membuat Rei menunggu,akhirnya Shei memutuskan pulang setelah membayar pesanannya di kasir.
Anda : Ayah mau nitip sesuatu?
Send
Tak berselang lama,sebuah pesan masuk dari room chatnya bersama Rei.
Ayah
Seperti biasaTanpa sadar Shei tersenyum geli,memasukkan kembali benda pipihnya kedalam tas tanpa membalas pesan dari Sang Ayah. Menaiki benda besi kesayangannya,Shei membelah jalanan ibu kota yang padat seperti malam-malam sebelumnya,melaju agak sedikit kencang agar lebih awal sampai kerumah.
Setelah memasukkan si Merah-alias motor pemberian sang Ibu kedalam garasi,tepatnya disamping mobil hitam ayah yang terparkir dengan gagah, Shiera mengambil ancang-ancang untuk turun setelah mengambil pesanan Rei dari hook motor. Merasa tidak ada yang perlu dia bawa lagi selain gantungan plastik ditangan,perempuan berhijab pashmina menutup dada itu melangkah masuk kerumah melalui pintu belakang.
"Orang gila mana yang bertamu malam-malam begini."melirik jam ditangan,Sheira mendengus kesal karena waktu telah menunjukkan jam sepuluh,artinya telah sampai waktu istirahat Rei,karena ayahnya tidak bisa tidur lewat dari jam sepuluh malam.
Mengesampingkan rasa penasaran didada,Sheira tetap melanjutkan langkah masuk dari pintu belakang daripada harus menyapa tamu tidak sopan itu yang datang berkunjung kerumahnya.Alih-alih memasukkan pesanan Rei kedalam kulkas,perempuan itu malah dikejutkan dengan penampakan wajah Rei saat pintu kulkas hampir di tutup rapat olehnya.
Sheira mengusap dadanya kasar,hampir menggerutu jika yang dilihatnya bukan Rei "Ish ayah,suka banget ngagetin anaknya."ucap Sheira tak terima.
Rei terkekeh sambil mengambil bungkusan martabak yang dibawa Sheira tadi "Kok ayah yang disalahin.Harusnya ayah yang kaget kok tiba-tiba masuknya dari pintu belakang."
"Males banget ngelayanin tamu ayah.Lagian kenapa sih datangnya harus selarut ini,ayah kan butuh istirahat!"masih dengan kondisi muka yang cemberut,Rei mengusap kepala anak gadisnya setelah gadis itu meletakkan piring diatas meja.
"Kamu gak penasaran siapa yang datang berkunjung?"
Sheira menggeleng "Gak peduli siapa yang datang,intinya jangan biarin tamu itu lama-lama dirumah.Ayah perlu istirahat!"tegas Sheira,tak mau dibantah.
"Kalau gitu temui sendiri tamunya."
Mata Sheira terbelalak,seakan menolak permintaan sang ayah "Emang siapa yang datang?"tanya Sheira,meski menolak untuk tidak kepo,akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulutnya sendiri.
Rei menatap Sheira dengan raut penasarannya,sebelum mencapai pintu dengan sepiring martabak ditangan,Rei tersenyum hangat.
"Khaizam,sepupu kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Untuk Khaizam
Novela JuvenilGadis itu mempunyai rahasia. Terra dan Tama dua sahabat yang mempunyai celah dari rahasia Sheira. Namun mereka harus menghadapi konsekuensi dari rahasia yang Sheira punya. Perjalanan mereka semakin rumit saat sebagian dari masa lalu satu persatu mul...