5. Janjian

6 1 0
                                    

DISCLAIMER:

Cerita dalam novel ini terdapat banyak adegan kekerasan, sadis, dan kata-kata kasar. Para pembaca diharap bijak dalan menyikapinya.

Menseki jiko免責事項
Kono shosetsu no monogatari ni wa, boryoku, sadizumu, kibishi kotoba no shin ga kazouku fukuma rete imasu. Dokusha wa kore ni kenmei ni oto suru koto ga kitai sa remasu.この小説の物語には、暴力、サディズム、厳しい言葉のシーンが数多く含まれています。読者はこれに賢明に応答することが期待されます。

この小説の物語には、暴力、サディズム、厳しい言葉のシーンが数多く含まれています。読者はこれに賢明に応答することが期待されます。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu, pada jam istirahat sekolah. Reyna tampak berjalan sendirian. Gadis itu sudah janjian akan bertemu dengan Kizami di bubungan atap gedung sekolah. Janji yang sudah mereka sepakati saat tiba di sekolah pagi tadi.

Ketika hendak naik tangga ke lantai tiga, datanglah Asano. "Sawajiri!" panggil Asano.

"Ya?" Reyna urung naik. Biar pun benci melihat pemuda itu, sebagai anak yang baik, ia mau mendengarkan apa yang hendak Asano sampaikan.

"Aku heran," kata Asano. "Kenapa kau mau saja pacaran dengan anak aneh itu?" Gaya bicaranya terdengar mengejek.

"Bukan urusanmu!" Reyna menyergah. Ia hendak lanjut melangkah naik. Memutuskan mengabaikan ocehan Asano yang sangat jauh dari katabermanfaat. Menyesal memberikan kesempatan untuk pemuda itu bicara.

Asano lagsung menarik lengan Reyna. Tarikan yang pelan itu bermaksud menahan langkah gadis itu lebih lanjut. "Dengarkan aku, Reyna!" Ia pun berterus terang, "Aku tidak suka kau dekat dengannya! Karena aku menyukaimu. Dari dulu! Bahkan sejak kita masih SMP. Aku sudah suka padamu."

Reyna tahu, Asano memang menyukai dirinya sejak dulu. Tetapi ia cukup terkejut, dengan cara pria itu mengatakannya. Terdengar sungguh-sungguh. Namun setelah mengingat perbuatannya pada Kizami selama ini, malah jadi menjijikkan. "Lepaskan aku, Madochi!"

"Tidak!" tolak Asano. "Sampai kau janji."

"Janji apa?" tanya Reyna.

"Mau jalan bersamaku sore ini," jawab Asano. "Aku akan menjemputmu."Ajakan itu juga terdengar memaksa.

"Aku tidak mau!" tolak Reyna, dengan intonasi lebih tinggi.

Asano semakin kuat menahan gadis itu.

Reyna tidak punya kesempatan berpikir logis. "Tunggu aku di taman dekat rumah."

"Kau janji?" tekan Asano, memastikan Reyna tidak ingkar janji. Sampai gadis itu menganggukkan kepala, tanda sungguh-sungguh dengan ucapannya. "Kalau kau melanggar janjimu, aku akan menyakiti Hanekawa!"

Astaga! Kenapa pada akhirnya Asano mengancam? Reyna jadi tidak punya pilihan lain. Tadinya, ia mau pura-pura beralasan tidak bisa datang. Kalau sudah begini, bagaimana?

*

Janjian dengan Asano mengganggu pikiran Reyna. Haruskah iamenceritakannya pada Kizami? Sepanjang bersama pacarnya ini, ia lebih banyakdiam. Kepikiran...

"Kau kenapa?" tanya Kizami. Rupanya, sedari tadi ia memperhatikan sikap Reyna.

Reyna menggeleng, dan menjawab, "Tidak apa-apa."

Kizami memang bisa merasakan ketidaktenangan Reyna siang ini. "Malam ini mau menonton film di rumahku?" Kizami menawarkan sebuah ajakan.

Reyna mengernyitkan dahi. "Film?" Mereka berdua memang tidak pernah pergi ke bioskop bersama. Tapi menonton film adalah kesukaan mereka. Betapa inginnya Reyna mengatakan 'ya'.

Kizami mengangguk. "Ada beberapa film yang belum kutonton. Film lama memang."

Aduh! Bagaimana ini? "Mm... kalau malam ini, sepertinya tidak bisa," jawab Reyna, menolak dengan halus. "Tadi pagi, Reiko memintaku untuk membantunya mengerjakan tugas prakarya." Aduh! Reyna terpaksa berbohong. Ia tidak mungkin bilang, kalau akan pergi bersama Asano. Bisa gawat. Ia tidak tahu, bagaimana reaksi Kizami bila sedang cemburu.

"Oh, ya sudah. Kapan-kapan saja," kata Kizami, mengerti dengan alasan yang Reyna ungkapkan.

"Maaf, ya." Reyna memohon, manja.

"Tidak apa-apa." Kizami mengacak-acak poni Reyna dengan tangan kanannya. Membuat Reyna tersenyum, dan mulai tertawa manja.

*

Malamnya...

Reyna dan Asano benar-benar saling bertemu di taman, yang tidak jauh dari rumah. Gadis itu mengenakan kemeja berwarna biru muda, dan celana jeans. Dibalut jaket. Sedangkan Asano mengenakan kaos merah polos, dan celana jeans yang robek di bagian lututnya. Pria itu mengajaknya pergi ke kota. Menonton pameran cosplay.

Selain nakal, suka sembarangan, dan sok berkuasa di sekolah, Asanosebenarnya adalah pria yang tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain nakal, suka sembarangan, dan sok berkuasa di sekolah, Asanosebenarnya adalah pria yang tampan. Hanya di depan teman segengnya, ia bersikapmengintimidasi pada Reyna. Tetapi saat tidak bersama gengnya, ia bersikap baikpada gadis itu. Sikpanya sungguh jauh berbeda ketimbang seperti biasanya disekolah.

"Ini... untukmu." Asano membawakan sebatang permen kapas berwarna hijau.Biasanya para gadis menyukainya. Tidak terkecuali Reyna.

"Terima kasih," ucap Reyna. Ia merobek permen kapas itu, memasukkannya ke mulut. Mereka sama-sama duduk di bangku taman kota.

"Sawajiri." Asano memanggil nama Reyna dengan pelan.

"Ya?" sahut Reyna, singkat, sembari masih menikmati permen kapasnya yang manis dan memberikan rasa melon.

"Putuskan Hanekawa," pinta Asano. "Jadi pacarku."

"Aku tidak bisa dan tidak mau," kata Reyna, tegas. "Bagaimana pun, kami saling mencintai." Ia masih dengan tenang menyantap permen kapasnya.

Asano mencibir. "Cinta?" Lalu ia menarik Reyna hingga wajah mereka bertemu. Permen kapas  yang sudah tinggal separuh itu jatuh ke pangkuan Reyna, lalu ke tanah. "Aku lebih mencintaimu, daripada dia!" Dengan paksa, Asano hendak mencium bibir Reyna.

Tentu saja gadis itu berontak. Ia mendorong Asano. "Jangan kurang ajar, Madochi!" Reyna marah. Ia meninggalkan Asano.

The Bloody Secret (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang