01. Kesempatan Membuat Perubahan
•
•
Edith memaksakan diri agar bisa segera membuka mata.
Dan, ia pun sontak menghela napas lega ketika pemandangan pertama yang dirinya lihat adalah langit-langit kamarnya.
'... Berhasil! Aku berhasil!'
Ini merupakan keajaiban.
Ya, berhasil memutar waktu untuk merangkai ulang kisah hidupnya merupakan sebuah keajaiban.
Tetapi, jangan anggap ini sebagai sebuah keberuntungan sebab kesempatan ini tidak datang dengan sendirinya.
Edith membuatnya.
Kesempatan ini adalah hasil dari tangis dan darahnya.
Jadi, jangan beranggapan bahwa,
"Wah, kau beruntung sekali! Kau bisa memperbaiki kesalahan dan penyesalanmu karena diberi kesempatan memutar waktu untuk mengulang kehidupanmu. Tuhan sangat menyayangimu ya. Duh, irinya ..."
Bukan! Itu salah besar!
Edith benci dianggap beruntung.
Sebab nyatanya, ia merasa hidupnya sangatlah sial.
Dan, Edith lebih benci lagi anggapan bahwa dirinya disayangi Tuhan sebab yang menemani hari-harinya selama ini hanyalah pedih dan biru.
"Untuk apa aku mengagungkan-Nya jika yang Ia berikan kepadaku selama ini hanyalah kesengsaraan? Untuk apa aku menyanjung-Nya jika yang aku dapatkan dari-Nya selalu ketidakadilan?"
Setelah mendapat kesempatan kedua sekalipun, Edith masih konsisten atas pemikiran itu—argumentasi yang muncul sejak dirinya dihadapkan dengan kematian orang-orang terdekatnya satu per satu.
Dan, selama Tuhan masih berperilaku tidak adil kepadanya, ia akan tetap teguh pada pendirian itu—sampai kapan pun.
Sepertinya cukup sampai sini saja pembahasan mengenai kebencian Edith terhadap Tuhan, sebab Edith benci menghabiskan terlalu banyak waktunya untuk memikirkan hal-hal semacam itu.
Karena itu, mari kembali pada tujuan utama saja.
Karena permohonannya sudah terkabul, sekarang waktunya membuat perubahan!
Dengan tekad yang penuh, Edith bergegas turun dari ranjang tempat tubuhnya semula berbaring kemudian berjalan cepat meninggalkan kamarnya.
Ia tidak peduli sekarang tanggal, bulan, ataupun tahun berapa.
Untuk saat ini, ada hal yang harus diutamakan daripada mencari tahu ia telah kembali ke masa lalu bagian apa dan ini hari apa.
Daripada membuang waktu untuk menghitung dan mencatat apa saja hal-hal yang harus dirinya ubah sebelum malapetaka pecah, lebih baik ia langsung bergerak saja, memulainya dari hal yang paling sederhana.
Fokus utamanya sekarang adalah mengubah hal paling mendasar terlebih dahulu.
Tujuan kakinya melangkah kini hanya satu, yaitu untuk menemui suaminya.
***
"Tuan Count berkata jika beliau sedang sibuk, Nyonya. Jadi ... maaf. Sepertinya lebih baik anda kembali sekarang."
Selama ini, Edith selalu menghiraukan eksistensi suaminya, bahkan selalu berusaha menghindarinya karena ia terlalu membenci pria itu.
Oleh karena itu, Edith tidak pernah tahu jika ternyata suaminya juga sama-sama berupaya menghindarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Won't Get Divorce!
Historical FictionKetika keinginannya untuk bisa memutar waktu terwujud, Edith segera berusaha memperbaiki hubungannya dengan suaminya--Julian. Ia berjanji tidak akan lagi berteriak, memaki, ataupun menuntut perceraian pada sang suami. Ketika semuanya berjalan mulus...