Prolog

1.3K 87 5
                                    

Seorang namja manis bersurai pink tengah berjalan sendirian dihutan kota. Sesekali kakinya menendang batu kecil yang menghalangi langkahnya. Suasana hatinya sedang buruk sekali.

"Bangsat, sialan, bajingan, keparat, hah!!! Mau mereka apa sebenarnya? Akhhh,,,, punggung gue sakit banget!! Sebenarnya gue siapa mereka sih? Salah gue apa? Kenapa mereka selalu siksa gue kayak gini? Dari kecil, mereka selalu suruh gue pindah2 sekolah. Sekarang udah kuliahpun sama aja. Gue bosen. Kali ini gue gak mau pindah lagi. Hisssss bullshit lah" dalam hati Jaemin mengumpati kedua orangtuanya yang egois.

"Pah,,,, dad,,,, gue siapa kalian? Kenapa kalian gak kayak orangtua yang lain? Kalian emang limpahin kemewahan sama gue, tapi gak pernah sekalipun kalian kasih arti apa itu kehangatan keluarga. Boleh gak sih gue minta kasih sayang kalian sebentar aja? Abis itu kalo mau bunuh gue, gak papa kok" ia menatap sendu langit cerah siang itu yang tertutupi oleh rimbunnya daun pepohonan disana.

Tahun ini tahun ketiga dia kuliah dan ini sudah kampus ke-6 yang menjadi tempat ia menuntut ilmu. Lagi dan lagi tiap semester ia harus ganti kampus. Dan ini adalah negara ke-6 juga dia harus tinggal selama ia mulai menginjak usia legal. Akhirnya ia kembali ke tanah kelahirannya, kota Seoul.

Hidup bergelimang harta tapi tanpa kehadiran orang tuanya. Itulah yang selalu Jaemin rasakan sejak kecil. Ia hidup hanya bersama pengasuhnya, tidak punya teman sebaya, bahkan Jaemin pun kurang mengenali wajah orangtuanya karna mereka jarang bertemu.

Semalam kedua orangtuanya kembali ke Mansion mewah bak istana yang baru saja dibeli untuk Jaemin. Jaemin sangat terkejut karena tiba2 2 orang laki2 paruh baya masuk dan langsung memberi bogeman ke arah wajahnya. Setelah ia perhatikan sepenuhnya, ternyata itu daddy dan papanya. Ia tau karna potret mereka yang diberikan oleh sang pengasuh masih Jaemin simpan.

Lagi dan lagi, kepulangan orang tua Jaemin hanya untuk menghajar tubuh mungil Jaemin. Setelah sang anak tak berdaya, mereka akan langsung pergi dengan ancaman yang selalu terlontar indah dari mulut keduanya. Jaemin tak mengerti kenapa ia dihadirkan ke dunia jika hanya untuk disiksa saja.1

Pletak,,,

"Woy anjing lo!!! cari mati ya lo sama gue? Bisa2nya lo lempar gue pake batu kek gitu. Lo gak tau gue siapa?" Teriak seorang namja bersurai kebiruan marah pada Jaemin.

Jaemin hanya menatap malas sekelompok namja yang berkumpul tak jauh darinya berada itu. Dia benar2 malas menanggapi. Terlalu lelah. Belum lagi luka2 yang ia terima semalam belum ada yang ia obati. Ia semakin merapatkan tudung jaketnya.

Sekumpulan namja yang diperkirakan lebih tua darinya itu mulai berjalan mendekati Jaemin. Namja yang terkena lemparan batu kecil dari Jaemin tadi langsung mencengkram pergelangan tangan Jaemin saat Jaemin ingin beranjak pergi dari sana. Sakit sebenarnya karna pergelangan tangan kanannya itu terkilir akibat diinjak sang ayah semalam, tapi Jaemin menahannya.

"Lo mau kemana, bocah? Abis celakain orang terus lo mau kabur gitu aja, hah? Gak semudah itu ya. Lo harus tanggung jawab dulu" Teriak namja itu dengan emosi yang hampir meledak.

"Santai aja kali Njun. Lo bisa bikin anak orang kena mental breakdown tau gak gara2 emosi lo itu. Lagian itu cuma kerikil doang loh" ucap namja berkulit tan yang ada disampingnya.

Jaemin memberontak. Ia berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang semakin terasa sakit karna dicengkeram terlalu keras. Meskipun sakit, Jaemin tetap memperlihatkan wajar datar dan dinginnya. Dengan berani, ditatapnya mata namja itu.

"Lepasin,,,," ucap Jaemin dingin tapi suaranya sedikit gemetar karna tak tahan dengan rasa sakit di pergelangan tangannya.

Melihat rontaan yang Jaemin lakukan, Renjun melonggarkan cengkeraman nya. Dibukanya paksa tudung jaket yang Jaemin gunakan. Dipandanginya wajah namja didepannya itu.

Wajah yang dipenuhi dengan lebam. Sudut bibirnyapun terlihat sobek. Pelipisnya juga terlihat ada luka. Menurut Renjun, bocah didepannya ini mungkin salah satu korban pengeroyokan saat tawuran.

"Cil, lo korban tawuran apa gimana? Kok lo babak belur gitu sih" Tanya Mark setelah melihat dengan seksama keadaan namja yang pergelangan tangannya masih digenggam oleh Renjun.

Jaemin tetap diam. Ia sangat enggan menjawab pertanyaan basa-basi dari namja2 didepannya ini. Terlalu biasa tak mendapat perhatian membuat Jaemin mati rasa.

"Kalo ditanya tuh dijawab, bukannya diem aja. Lo gak bisu kan? Atau lo tuli?" Bentak Chenle.

"Chonloo-yaa, mulutnya!!!" tegur Jeno karna membentak orang tanpa sebab.

"Bawa ke Mansion aja lah. Obatin luka dia dulu, baru kita tanya2 lagi. Kan gak lucu kalo tiba2 dia mati disini dan kita dituduh keroyok dia" ucap Jisung merasa kasihan dengan kondisi Jaemin.

Jaemin melotot mendengar perkataan namja tinggi itu. Ia berusaha melepaskan tangannya. Tapi dengan gerakan cepat, namja bertubuh paling kekar disana langsung menggendongnya seperti karung.

"Ssshhh,,,,, bisa turunin gue gak? Perut gue sakit banget, pliss" rintih Jaemin mencengkram kuat punggung Jeno karna tak kuat menahan nyeri di ulu hatinya.

Dengan hati2 Jeno menurunkan tubuh ringkih itu. Bukan untuk membiarkan namja manis itu berjalan sendiri, tapi untuk ia gendong ala bridalstyle agar si manis lebih nyaman.

Jaemin berpegangan erat pada leher Jeno karna takut terjatuh. Ia sudah enggan memberontak lagi. Toh tenaga nya tidak akan sebanding dengan 6 namja yang akan membawanya entah kemana itu. Dengan perlahan ia sandarkan kepalanya ke bahu Jeno. Tubuhnya rasanya sangat sakit sekali.

Sesampainya dimansion, Jeno meletakkan tubuh Jaemin di ranjang Kingsize miliknya. Namja manis itu entah tertidur atau pingsan, Jeno pun tak tau. Yang ia pahami bahwa namja itu mungkin baik2 saja.

"Tadi gegayaan berontak waktu mau dibawa kesini eh sekarang malah tidur, mana nyenyak banget pula. Emang dia gak takut apa kalo kita bakal perkosa terus gilir dia?" Ucap sarkas Chenle.

"Mulutnya pengen gue cubit rasanya. Chan, obatin dulu nih memar dibadan dia" ucap Mark menyerahkan kotak p3k ke Haechan lalu mencomot bibir Chenle.

"Ssshh,,,, ampun papa,,,, ampun dad,,, sakit,,,,, jangan pukul Nana lagi,,,," rintih Jaemin saat Haechan mengobati wajahnya.

Dari gerakan2 yang Jaemin lakukan untuk mencoba menghindar saat diobati barusan membuat Jeno bertanya-tanya.

"Dia korban siksaan nyokap bokap nya sendiri? Bukan korban pengeroyokan remaja" Batin Jeno.

"Gue janji bakal lindungin lo. Gue gak bakal biarin siapapun sakitin lo" batin Haechan.

.
.
.

Inilah awal kisah Na Jaemin bersama 6 pawang posesifnya.....

TBC

Dream MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang