Wiranto dan kedua remaja tersebut memutuskan untuk kembali ke rumah, yang mana sebentar lagi menjelang maghrib. Bagaimana kagetnya mereka ketika mendapati sebuah mobil terparkir dengan sempurna di depan rumah Wiranto. Tak lama setelah itu, pasangan suami istri keluar dari mobilnya dan tersenyum ke arah mereka. Siapa lagi kalau bukan Fania dan Rudi.
Seketika terbitlah sebuah senyuman lebar dari kedua sudut bibir tipis Roy, lelaki itu nampak bahagia melihat kedua orang tua Zalya datang yang pastinya untuk menjemput mereka kembali pulang ke kota.
Namun, tidak dengan Zalya, gadis itu kebalikannya dari Roy. Zalya nampak mengerucutkan bibirnya—sebal, ia sama sekali tidak ingin pulang ke tempat yang menurutnya berisik dan sangat menganggu.
"Bukankah libur sekolah masih ada satu minggu lagi?" tanya Zalya yang sudah mengetahui bahwa kedatangan orang tuanya tidak lain hanya untuk menjemputnya pulang.
"Yang katanya gak mau ke rumah kakek, eh taunya sekarang gak mau pulang!" ucap Fania.
"Mau pulang kok, Tan, kita kangen rumah!" timpal Roy yang nampak bersemangat.
"Bisa diem gak, predator!" ancam Zalya dengan suara yang terdengar ditekan, mencubit lengan Roy dengan matanya yang membelalak.
"Ampun Tuan Putri!" Reflek Roy seraya memegangi lengannya yang terasa berdenyut nyeri akibat cubitan kejam yang diberikan gadis bersurai panjang itu.
Bagaimana ucapan Roy barusan seketika membuat Fania dan Wiranto saling menatap— merasa bahwa sesuatu yang ditutupi lambat-laun terbongkar tanpa sengaja.
***
Gemercik air akibat hujan semalam masih terdengar turun di antara dedaunan. Suara kicauan burung pagi mulai terdengar riuh merdu. Desa yang begitu hening dan damai, sulit rasanya bagi Zalya untuk meninggalkan tempat yang damai itu.
"Apa yang membuat lo gak bersemangat untuk pulang?" tanya Roy. Lelaki itu kini duduk di samping Zalya yang tengah melamun di teras rumah.
"Aku gak tau, Roy! Rasanya ada sesuatu yang melarangku untuk pulang. Seperti ada sebuah sinyal yang menunjukkan bahwa saatnya aku mengungkap semua yang hilang dan mencari tau kebenaran semuanya!" jelas gadis itu dengan tatapan yang masih menatap sendu sekitaran yang berbalutkan warna hijau dedaunan.
"Bukankah semua rahasia yang disembunyikan ada di dalam buku yang Kakek Wiranto berikan waktu itu?" tanya Roy.
"Iya aku tau, Roy, tapi masalahnya ... buku itu bertuliskan menggunakan aksara Sunda, bukan menggunakan abjad nasional ... aku gak paham, Roy!" jelasnya.
"Kita memang gak paham mengenai tulisan tersebut, tapi setidaknya, Kakek Wiranto paham dan dia pasti bisa menerjemahkan semuanya," ucap Roy dengan penuh antusias.
"Itu percuma, Roy, kakek ingin aku memecahkannya sendiri, tanpa bantuannya. Karena apa? Karena dia juga memiliki janji kepada leluhurnya untuk tidak boleh membongkar semua yang telah terkubur zaman," jelas Zalya yang kini sudah mulai lelah dengan sesuatu yang selalu menjadi pertanyaan di benaknya.
"Tapi setidaknya Kakek Wiranto bisa memberikan seperti kisi-kisi ataupun bocoran jawaban mengenai itu semua, kita hanya pertu mengajukan beberapa pertanyaan!" ucap Roy.
Zalya membuang napas gusar dan kembali membuka buku tebal yang diberikan Wiranto beberapa hari lalu.
"Iya ... aku akan bujuk Kakek untuk menerjemahkan semua isi buku ini!"Gadis itu beranjak dari duduknya, dan berjalan ke dalam rumah untuk menemui Wiranto.
"Zalya ... Roy ... kalian udah siap?" bagaimana sahutan Rudi dari dalam mobil membuat Zalya menghentikan langkahnya. Ia benar-benar lupa bahwa ia akan pulang pagi ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ellezalya ✓
Fantasy[Genre Hisfic - Romance] Sang leluhur telah memberinya amanah besar untuk merebut kembali kerajaannya yang telah lama runtuh. Zalya menanggung semua kesalahan yang diperbuat leluhurnya terhadap kehidupan di belahan lain, hingga ia harus mempertaruhk...