Bab 5 -- Mulai Melupakan🌷

18 4 0
                                    

•●HAPPY READING●•

"Hari ini kita bikin kelompok ya untuk tugas melukis. Kalian ingin kelompoknya pilih sendiri atau ibu yang tentukan?" Ibu Melly, guru seni budaya itu bertanya menatap seluruh siswa.

"Pilih sendiri aja buk, kami kan satu circle."

"Ibu aja deh kek nya, biar adil."

"Kalo buat sendiri gakpapa kan buk?"

"Kelompoknya cewek semua kan buk?"

"Semoga kelompok gue gak ada beban."
Para siswa saling berseru, sedangkan ibu Melly hanya menggelengkan kepalanya.

"Sudah-sudah, biar ibu saja yang pilih kelompoknya. Ibu pilih berdasarkan absen ya." Ibu Melly menggambil daftar absensi.

"Gak seru banget, pasti anggota gue beban semua." Ucap Meyra dengan nada yang songong menatap seluruh teman sekelasnya.

"Sok iye! Beban juga palingan lo!" Seru Raju membuat seluruh siswa tertawa, sedangkan Meyra mendelik tak terima.

"Sudah-sudah, ibu mulai ya. Kelompok satu. Afif Suseno, Alisa Try Hasanah, Anton Widyanto, Bayu Juliansa, Candy Safitri."

"Kelompok dua. Febriansyah, Grecia Hestia .S , Humaira Nur Syiffa, Kaila Meyluna, Langit Dewa Angkasa."

"Kelompok tiga. Laura Septari, Liona Anggraini, Meyra Aditama, Mona Calista, Naila Saputri, Nilam Hapsari."

"Kelompok empat. Nikita Meilani, Ongki Alexander, Paulia Putri, Panji Wijaksono, Putri Hestia, Qiana Ramadani."

"Kelompok lima. Quenza Saputri, Radit Pramudita, Raju Al- Fahri, Tia Kurnia Putri, Valen Vartesia, Zeya Zaskia."

"Oke pembagian kelompok telah selesai. Tema lukisan kalian adalah 'Langit, Senja dan Malam' kalian bebas buat pilih ya. Minggu depan harus di kumpul."

"Ibu, kalo gambarnya mas Langit boleh?" Valen mengedipkan matanya ke arah Langit, Langit langsung pura-pura tidak liat.

"Tidak boleh Valen, temanya harus suasana di alam semesta."

"Mampus, gatel banget jadi cewek!" Meyra menatap sinis Valen.

"Mendingan gue, dari pada lo, murahan! Kayak tante-tante."

"Sudah-sudah tidak usah ribut. Ibu akhiri ya kelas pada hari ini. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya!"

•••

Kring

"Lega banget, akhirnya bel istirahat juga." Raju merenggangkan otot-ototnya.

"Wih, bawak apa bro? Sedep banget baunya." Raju menatap nasi goreng di kotak bekal Langit yang berwarna biru itu.

"Batu es!" Ucap Langit datar, sedangkan Raju menyengir memperlihatkan giginya.

"Ini nasi goreng, buatan bunda gue. Lo mau?" Raju langsung mengganguk, Langit menyerahkan sendok ke Raju. Untung dirinya membawa dua sendok, karena dia tahu, Raju pasti akan ikut nimbrung makan bersamanya.

"Hm sedep banget ini! Besok suruh bunda lo buatin lagi ya?" Dengan tanpa malunya Raju melahap bekal Langit seperti orang kelaparan.

"Kenyang. Nikmat mana yang engkau dustakan." Raju bersendawa sambil mengusap perutnya. Langit hanya terkekeh pelan melihat temannya yang lucu ini.

"Saya ada lebihan kue, kalian mau?" Humaira meletakan beberapa kue di meja Langit dan Raju.

"Eh gak usah repot-repot, duh jadi gak enak." Raju menyengir lalu membuka bungkus kue putu dan memakannya.
"Makasih. Btw kue nya enak." Langit tersenyum gugup sambil memakan kue tersebut.

"Alhamdulillah kalian suka, ini buatan Ummi saya, pasti Ummi saya senang." Ucap Humaira tersenyum sambil menunduk dan berjalan ke bangkunya kembali.

"Kalo gitu, suruh Ummi lo bawak lagi aja, gue gak masalah kok habisinnya, hehe." Ucap Raju lalu memasukan kue ke dalam mulutnya. Langit hanya menggeleng melihat kelakuan temannya itu, nasi gorengnya saja habis di makannya, dan sekarang kue pun juga habis di lahabnya. Dia emang rakus apa doyan?

"Iya, nanti saya bilangin Ummi saya."
"Duh, mertua idaman banget gak sih?" Ucap Raju menatap Langit.
"Mertua siapa?"

"Mertua lo lah." Langit dan Raju sama-sama tertawa. Dan entah mengapa Langit menerbitkan lengkungan di bibirnya.
•••

"Kala seneng banget deh, kak Tristan ajak aku ke danau. Di sini adem." Gadis yang masih melekat dengan seragam sekolah itu menaiki ayunan sambil menatap danau buatan yang sangat indah.

"Bagus deh kalo kamu suka." Tristan mengayunkan ayunan lalu berahli menatap Kala.

"Oh iya, besok aku gak bisa temanin kamu. Aku mau ke rumah sakit soalnya."

"Kamu sakit?"

"Gak, teman aku."

"Yaudah, semoga teman kak Tristan cepat sembuh."

"Amin. Makasih cantik." Tristan mengusap gemas rambut sang kekasih yang menunduk malu.
•••

"Langit, aku barengan kamu ya."

"Pacar lo kemana?"

"Ada urusan. Cepat Langit, ke buru telat."

"Pas lagi susah aja lo sama gue. Pas lagi bahagia kemana aja lo?" Langit menyalakan dan menjalankan motornya.

"Jadi Langit gak ikhlas bantuin aku? Langit jahat banget sih." Langit hanya diam, menatap jalanan yang mulai ramai.

"Iya, gue ikhlas. Puas lo." Sejauh apapun Langit kesal sama Kala, dia tetap sayang sama Kala. Tapi, dalam artian sahabat. Karena Langit sudah mulai melupakan rasa sukanya pada Kala.

•••
Minimal kalo mau baca du vote ya. Sedih bget gak ada yg vote:(

-maii

|| Langit & 1000 Luka || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang