"Gak sakit lagi kan?" Ucap Lelaki itu menuntun seorang gadis dari brankar rumah sakit. Kaki kiri yang di perban membuat gadis itu susah untuk berjalan."Makasih ya, udah tolongi Lily. Kamu orang baik." Lily tersenyum, dan tanpa sengaja air mata lelaki itu turun begitu saja.
"Maaf, aku-- " Lily langsung menggeleng pelan dan tersenyum.
"Gakpapa Megan, yang penting kamu udah tolongin aku. Itu udah lebih dari cukup." Tristan, atau yang sering di panggil Megan oleh Lily.
"Tapi, karena aku kamu gak bisa... " napas Tristan tercekat.
"Melihat... " sambung Tristan gemetar. Sedangkan Lily mengeleng seraya tersenyum.
"Itu sudah takdir Megan, jangan menyalahkan apapun atas kehendak tuhan. Lagi pula aku ikhlas." Hati Tristan luruh mendengar ketulusan Lily, dosa besar sekali karena dia membuat gadis sebaik ini terluka.
Tapi, sejak Tristan yang bertanggung jawab dan menemani Lily di rumah sakit membuat hubungan mereka menjadi dekat. Dan hal itu membuat Lily menjadi terhibur."Udah, mending kamu bawa aku ke panti aja. Aku udah rindu banget sama ibu dan anak-anak." Tristan mengganguk dan menuntun Lily.
"Maaf Lily, aku akan selalu buat dirimu bahagia. Tanpa melihat dunia dan kekejamnya." Ucap Tristan yakin dari dalam hatinya.•••
Flashback
"Makasih kak Tristan udah ajak Kala ke mall, lain kali ke sana lagi ya, permainannya seru." Tristan terkekeh pelan dan menggangukkan kepalanya.
"Bye-bye kak Tristan. Kala masuk dulu." Setelah Kala masuk ke dalam rumahnya, Tristan menyalakan mesin motornya dan menerobos ke jalanan yang sedikit gerimis.
"Berhenti dulu kali ya? Hujannya tambah deras lagi." Tristan membelokkan stang motornya untuk menepi di sebuah cafe di seberang jalan. Namun ketika hendak berbelok, truk di samping motor Tristan menjadi oleng akibat jalanan yang licin dan menabrak samping kiri motor Tristan.
"Awas... "
Bruk
Tristan terguling kepinggiran aspal, untung dirinya memakai helm jadi kepala aman dari benturan.
"Sh... s-sakit." Suara rintihan kesakitan itu membuat Tristan menoleh kesamping. Perempuan itu terbaring lemah menelungkupkan seluruh badan.
"Kamu bertahan ya, aku cari bantuan dulu." Tristan membalikkan badan gadis itu untuk membawanya ke tempat yang lebih aman, tapi alangkah terkejutnya dia saat melihat wajah gadis itu berlumuran darah tepat di bagian kedua matanya.
"Tolong! Tolong pak, kami kecelaakan. Tolong bawa temen saya ke rumah sakit pak." Tristan melambaikan mobil yang berlalu lalang, lalu memberhentikan mobil berwarna putih tersebut, pria yang memakai setelan jas berwarna putih tersebut keluar.
"Teman kamu kehabisan banyak darah dan kerusakan pada wajahnya juga cukup parah, kita bawa saja kerumah sakit terdekat." Tristan membawa gadis itu ke mobil. Pria itu adalah seorang dokter, Tristan langsung bergegas menyusul dokter tersebut untuk membawa gadis itu ke rumah sakit.
•••
Cklek
"Bagaimana dengan keadaan teman saya dok?"
"Keadaan suadari Lily perlahan pulih, tapi ada sesuatu hal yang ingin saya katakan. Apakah di sini ada keluarganya? Saya ingin berbicara hal penting." Tristan menggelengkan lemah, bahkan Lily pun tidak punya handphone untuk sekedar mengetahui nomor keluarganya.
"Kalo begitu, kamu keruangan saya sebagai wali dari Lily." Dokter yang bernama Ridwan itu menghela napas pelan.
"Ini laporan dari kondisi Lily, akibat dari kecelakaan tersebut, kaki sebelah kiri Lily lumpuh untuk sementara waktu, dan untuk setiap 2 minggu sekali harus kemotrapi agar keadaan kakinya mulai kembali pulih."
"Tapi, kedua mata dari Lily harus di operasi akibat kerusakan kornea matanya yang rusak parah. Kami tidak bisa melakukan apapun kecuali mengangkat matanya. Agar tidak terjadi kompiklasi sehingga tidak dapat merusak bagian syaraf lainnya. " Sambung dokter Ridwan. Tristan meneguk salivanya dalam, sambil membaca laporan dengan tangan gemetar.
"Sekarang Lily lagi tidur karena obat bius, mungkin 3 jam lagi akan tersadar. Saya harap kamu dapat menghiburnya." Tristan mengganguk dan keluar dari ruangan dokter Ridwan.
"Aku akan bertanggung jawab sampai kamu benar-benar pulih. Dan tidak merasakan gelapnya dunia ini. Lily... "
•••
"Megan... " Lily memanggil Tristan yang sedari tadi diam. Saat ini mereka sedang di ruang tamu panti asuhan.
"Eh iya, maaf-maaf aku melamun. Tadi kamu ngomong apa ya? Aku lupa hehe." Lily menggeleng pelan dan meraba menggapai tangan Tristan.
"Megan, tolong ambilin pita putih, kalo gak salah di meja dekat dispenser."
Tristan mengganguk, dan berjalan ke arah meja dekat dispenser dan menggambil pita putih yang di letakan di atas meja.
"Yang Ini kan, emangnya buat apa?" Tristan meletakan pita tersebut di tangan Lily.
"Ada deh." Lily membuat simpul pita lalu menutup matanya dengan pita putih tersebut.
"Aku hanya ingin, ibu gak nangis lagi ketika melihat mata aku." Ucap Lily tersenyum manis.
"Tapi, aku kalo gini tambah cantikan kan? Hehe." Lily tertawanya, tapi tawanya itu membuat hati Tristan semakin sakit.
"Iya Lily. Cantik dan selamanya tetap cantik." Tristan ikut tertawa bersama, sambil menghapus air matanya yang menetes.
•••
Pengen banget ada yang ngevote cerita ini. Sedikit aja gak papa kok😭
Pengen punya target 10 vote. Bisa gak yah?
-maii
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Langit & 1000 Luka || ON GOING
Teen Fiction⚠️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!⚠️ Di saat Langit menyukainya. Dia berpaling Di saat Langit mulai menjauhinya. Dia mendekat Langit bingung, antara bertahan atau melepaskan. Jika bertahan dia akan membuat hubungan semakin rumit. Sedangkan melempaskan d...