•●HAPPY READING●•
Seperti biasa, setiap pagi Langit selalu menunggu Kala untuk berangkat bersamanya, itu sebagai rutinitasnya seperti hari. Langit menunggu Kala di atas motor scoopy berwarwa hitam miliknya, sedangkan deru motor dari arah lain mengalihkan perhatiannya.
"Eh Langit, ngapain lo di sini?" Langit mengernyitkan dahinya, sejak kapan Tristan tahu rumah Kala?
"Gue lagi nungguin Kala." Langit menoleh ke pintu melihat Kala yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Eh kak Tristan, udah lama nunggunya?" Hati Langit mencelos menatap Kala yang sama sekali tak tahu kehadirannya.
"Kala lo berangkat bareng gue-- "
"Gak, aku sama kak Tristan. Langit duluan aja." Langit hanya mengganguk dan meninggalkan pasangan tersebut.
Di intipnya Kala dari kaca spion motornya yang sedang berpegangan tangan untuk naik motor ninja milik Tristan. Lagi-lagi hati Langit sakit melihatnya.
"Ya sudahlah, namanya juga nasib." Langit menggelengkan kepalanya pelan dan meneruskan perjalanan.
•••
"Pagi-pagi udah masem aja nih muka. Kenapa lo? Nahan berak?" Raju menopang dagu menatap teman sebangkunya.
"Gue lagi patah hati ini, hibur kek biar gue seneng!" Raju menggelengkan kepalanya menatap Langit.
"Gini bro, perempuan banyak. Tinggal pilih aja, situ kok ribet!"
"Tapi spek kayak dia gak ada!" Langit menunduk lesu
"Dari pada Kala, mending sama Humaira aja. Udah soleha, lemah lembut, pinter lagi. Tuh, dia aja rajin murojaah ayat Al-Qur'an. Yakin gak mau?" Langit mengalihkan pandangannya menatap seorang gadis dengan balutan hijab yang sedang menunduk menghapal ayat Al-Qur'an. Wajahnya yang teduh dengan senyuman yang manis membuat Langit mulai berpikir.
"Kalo lo gak mau buat gue aja. Langka loh spek cewek kayak Humaira."
"Tapi kalo Kala berubah pikiran dan mau sama gue gimana?" Raju menoyor kepala Langit geram.
"Heh! Lo gak liat dia bahagia banget sama si Tristan itu! Sedangkan lo, patah hati di sini! Terus dia peduli gak? Kagak lah, wong yang dia suka Tristan bukan lo!" Kata tajam Raju berhasil membuat hatinya goyah.
Apa benar selama ini hanya Langit yang terbawa perasaan saja, sedangkan Kala tidak? Jadi apa yang Kala anggap atas perhatian yang di berikannya selama ini? Sebatas sahabat kecil? Batin Langit menatap lurus ke jendela, di lihatnya Kala yang sedang memberikan semangat kepada Tristan yang berlatih basket.
"Mundur wir, saingan lo si kapten basket. Haha" Raju tertawa terpingkal, sedangkan Langit mengalihkan pandangkannya ke Humairah yang masih berkutat dengan hapalannya.
"Dahlah, pusing gue. Kebanyakkan beban hidup." Langit menatap Raju yang langsung di balasnya cengiran.
•••
Saat ini Langit sedang berada di perpustakaan, mengantarkan buku pelajaran sekaligus awal pendekatan bersama Humaira. Setidaknya dia ada kerjaan agar tidak ketemu sama Kala yang membuat hatinya tambah sakit.
"Letakan di sana aja. Nanti saya yang beresin." Humaira berjalan agak berjauhan, sedangkan Langit di buat bingung oleh sikapnya.
"Jangan jauh-jauh, gue gak makan kok." Entah kenapa Langit tiba-tiba gugup menatap manik hitam gadis berhijab di hadapannya yang langsung menundukan pandangan.
"Maaf, laki-laki dan perempuan tidak boleh berdekatan, bukan mahrom. Nanti takutnya terjadi fitnah." Lagi-lagi Langit di buat gugup mendengar jawaban Humaira. Suaranya pelan dan lembut membuat Langit merasa salah tingkah.
"Pantas saja Humaira jarang ngobrol sama cowok, ternyata bukan mahrom."
"Langit duluan aja pulangnya, nanti saya yang beresin."
"I--iya." Langit mengganguk kaku, kenapa dirinya menjadi gugup saat bersama dengan Humaira?
"G--gue duluan." Langit berlari terbirit-birit menuju parkiran. Dia mengusap pelan dadanya, sejenak matanya menatap seorang gadis yang dia hindari sedang duduk di jok motornya.
"Langit aku barengan kamu yah, Tristan lama latihan basketnya." Kala tersenyum manis, membuat hati Langit kembali gusar.
"Gini banget semesta mainin hati gue." Langit mengganguk dan menyalakan mesin motornya.
•••
"Langit! Kok kamu diem aja sih! Biasanya kan kamu cerita hal-hal random sama aku." Kala mengerutu sebal sambil melipatkan tangannya. Saat ini dia sudah turun dari motornya Langit.
"Gak tahu. Kala, kita harus jaga jarak sekarang, kita bukan muhrom, dan sekarang lo punya pacar, gue takut pacar lo nanti marah." Ucap Langit pelan dengan nada yang selembut mungkin agar tidak menyakiti perasaan Kala.
"Gak masalah Langit, aku udah cerita kok sama Tristan. Lagi pula kita kan sahabat dari kecil, jadi gak canggung lagi." Langit menghela napasnya pelan.
"Langit gak mau jadi sahabat Kala lagi?" Langit langsung menggeleng cepat, supaya tidak terjadi permasalahan.
"Atau Langit di marah pacar Langit karena deket sama aku, ayo ngaku! Nanti aku marahin pacar Langit karena larang aku dekat sama kamu!"
"Gak gitu, cuman... "
"Ih langit nyebelin. Kala gak suka sama Langit!" Kala menghentakkan kakinya dan menutup pintu kasar. Perempuan kalo lagi marah susah di bujuk. Langit hanya menghela napas dan berjalan kerumahnya yang hanya bersebelahan sama rumahnya Kala. Besok pagi baru dia bujuk, hari ini tugasnya numpuk, jadi tidak bisa dia tinggal.
•••
"Langit ih nyebelin! Harusnya Kala itu di bujuk!"
"Mau apa?"
"Es krim matcha! Sekotak full!" Ujarnya semangat
"Oke, tapi kita baikan kan?" Kala mengganguk setuju.
Langit langsung memberikan dua kotak full es krim rasa mactha yang sudah dia persiapkan tadi. Melihat Kala memakan es krim lahap, membuat Langit tertawa. Dia bingung dengan perasaannya, dia benar-benar menyukai Kala atau hanya menyukai sebatas sahabat? Jujur dia bingung dengan perasaannya.
•••
Segitu dulu. Sekian ya.-maii
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Langit & 1000 Luka || ON GOING
Novela Juvenil⚠️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!⚠️ Di saat Langit menyukainya. Dia berpaling Di saat Langit mulai menjauhinya. Dia mendekat Langit bingung, antara bertahan atau melepaskan. Jika bertahan dia akan membuat hubungan semakin rumit. Sedangkan melempaskan d...