Tandai kalau typo
"Langga, kemari," panggil Lucas.Langga menghela napas pelan. Sudah bisa ditebak, ujung-ujungnya pasti dia lagi yang kena. Dengan langkah santai, ia berbalik dan berjalan mendekat.
"Apa?" tanyanya datar begitu sampai di hadapan Lucas.
"Kenapa—"
Plak!
Tamparan mendarat di pipinya, membuat kepalanya menoleh ke samping. Rasa panas menjalar di kulitnya, tapi bukan itu yang mengejutkannya.
Langga mengusap pipinya perlahan, matanya beralih ke sosok yang baru saja menamparnya.
Lucas juga terlihat kaget—karena bukan dia yang melakukannya.
Vio berdiri di sana dengan ekspresi marah, tangannya masih terangkat setelah memberi tamparan.
Langga menatapnya dengan ekspresi datar, sementara rasa perih di pipinya mulai terasa lebih jelas. Ia tidak langsung bereaksi, hanya menghela napas pelan.
"Kenapa lo tampar gue?" tanyanya, suaranya terdengar tenang, tapi ada ketegangan samar di dalamnya.
Vio melipat tangan di depan dada, matanya masih menyala penuh emosi. "Masih berani nanya? Gaby tadi hampir trauma karena kejadian itu!"
Langga terkekeh pelan, jelas tidak percaya dengan alasan itu. "Trauma? Serius? Gara-gara kuah bakso yang cuma kena dikit?"
"Langga!" Lucas memperingatkan dengan nada tegas.
Langga menoleh ke ayahnya, lalu kembali menatap Vio. "Gue yang kena lebih banyak, tapi nggak ada yang peduli, kan?"
Perkataan itu sukses membuat Vio terbungkam.
"Lagian dia yang nyiram gue. "
"Gaby nggak sengaja. "
"Bohong!. "
"Gaby kesandung kaki Gaby sendiri, bang Langga hiks. "
"Alay, gitu doang nangis!. "
Aiden yang sejak tadi jengah, mendengus kesal. "Gaby itu cewek, dia lebih sensitif! Lo itu cowok, seharusnya ngerti!"
Langga tertawa sinis. "Oh, jadi kalau cowok harus tahan sakit? Kalau cewek dikit-dikit bisa dapat perhatian dan dimanja?"
Lucas menghela napas, seolah menahan diri agar tidak terpancing emosi. "Cukup, Langga. Minta maaf ke Gaby sekarang, tanpa bantahan."
Langga menatap Lucas dengan sebal, lalu melirik Gaby yang masih berdiri dalam pelukan Aslan. Perlahan, senyum tipis tersungging di wajahnya—bukan senyum ramah, lebih ke bentuk ketidakpedulian.
"Maaf," ucapnya singkat, tanpa sedikit pun ketulusan dalam suaranya.
Vio mendelik, jelas tidak puas dengan sikap Langga. Namun sebelum ia bisa mengatakan sesuatu, Langga sudah berbalik badan dan melangkah pergi.
"Saya belum selesai berbicara!" teriak Vio.
Tapi Langga tidak menghentikan langkahnya. Ia sudah terlalu lelah untuk menghadapi drama keluarga ini.
Tanpa menoleh, ia hanya melambaikan tangan. "Lanjutin aja sendiri. Gue mau tidur."
Dan dengan itu, ia naik ke lantai atas, meninggalkan mereka yang masih berdiri di ruang tamu.
"Dasar anak pembawa sial!" ucap Vio tajam.
Langga berhenti sejenak di tangga, lalu menoleh ke bawah dengan tatapan dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
ERLANGGA(Hiatus)
Teen Fiction[Brothership not BL] Erlangga Rahandika Bratajaya nama yang cukup indah tapi tidak seindah hidupnya. Ia lahir tidak diharapkan oleh kedua orang tuanya dan juga keluarganya. Hanya karena kesalahan yang dirinya sendiri pun tidak tau ia jadi dibeda-be...