Jadian?

151 9 0
                                    

Seorang gadis cantik dengan penampilannya yang baru, yaitu rambut sebahu yang dibiarkan tergerai, memakai riasan wajah yang tipis, berjalan santai pada koridor kelas yang ramai. Memakai earphone di telinganya, bertujuan agar tidak mendengar hal-hal yang membuat moodnya hancur dipagi hari, seperti-

"Lo udah liat postingan ig terbaru akun base sekolah?"

"Belum, kenapa emangnya?"

"Ini, Minji sama Taesan jadian. Potek banget gue... Tapi mereka emang cocok gak sih?"

"Ha? Jadian? Bukannya baru 2 minggu yang lalu Taesan putus sama Songhwa,"

-seperti itu, gadis bernama lengkap Park Songhwa itu menghela nafasnya kasar. Namanya disebut lagi. Entah sudah berapa kali namanya disebut dalam pergosipan selama beberapa hari belakangan. Di pagi hari pula. Namun kali ini dengan topik utama yang berbeda dari biasanya.

"Songhwa!" Panggilan itu membuat dirinya berbalik, memandang pria yang berjalan kearahnya dengan tanda tanya.

"Dicariin juga dirumah, ternyata ada disini," Park Sungho, anak sulung dari keluarga Park, yaps... Pria itu adalah kakak Songhwa. Dan tidak banyak yang tahu, hanya teman terdekat Songhwa dan juga teman dekat kakaknya yang tahu tentang hal ini.

Sungho menghampiri Songhwa dan langsung merangkul adiknya itu, membawa gadis itu ke kelasnya.

"Ayah bilang uang saku Gue, Lo ambil ya?" Bisik pria itu.

"Lah? Lo sendiri yang bilang kalo Gue gak lapor ke Ayah soal Lo pulang jam 2 pagi, uang jajan Lo buat Gue," jawab Songhwa sambil memutar bola matanya malas, malas karena Sungho yang menyeretnya, apalagi langkah mereka yang berbeda jauh membuat Songhwa harus menyamakan kecepatan kalau tidak ingin terjatuh.

"Ya tapi jangan diambil semuanya dong, Gue gak jajan yang ada," balas Sungho tidak terima.

Ketika sudah sampai di depan kelas Songhwa, Sungho langsung melepaskan rangkulannya. Dan Songhwa pun berniat untuk berbalik memasuki kelasnya, tetapi Sungho langsung menahan tas gadis itu.

"Uang jajan Gue," pria itu mengarahkan tangan kirinya, Songhwa merogoh uang sakunya dan menaruh sebuah kertas ditangan pria itu.

"Gak ada receh," Songhwa pun menarik badannya dengan keras, agar pegangan Sungho pada tasnya lepas. Sungho memandang gumpalan kertas yang diberikan adiknya itu, sebuah kertas persegi kecil berwarna biru.

Dengan susah payah Songhwa menarik badannya agar terlepas dari pegangan Sungho, tenaga kakaknya itu sangat kuat seperti perkiraannya, ia sering melihat Sungho melatih ototnya di rumah. Dan tak lama, ia pun bisa lepas dari pegangan kakaknya itu,

"Kalau ma-" alisnya menyatu, menatap kehadiran Sungho yang tidak ada saat ini. Kemana pria itu pergi?

Gadis itu menaikkan kedua bahunya tidak peduli, "Nanti kalo mau makan juga dateng sendiri," gumamnya dan memasuki kelasnya.

Ah iya... Gadis itu lupa. Ketika sudah berada dekat kursinya, ia menghela nafasnya lelah memandang kursi di seberangnya. Rasanya Songhwa ingin mengganti tempat duduk sekarang.

"Songhwa!!" teriakan seorang gadis terdengar, Songhwa lebih memilih untuk duduk di bangkunya.

"Songhwa!!" tak lama, seorang gadis berparas cantik dan juga tinggi itu mendatanginya sambil menampilkan ekspresi hebohnya, seperti biasa.

"Lo harus tau!" tuntut gadis itu dengan nada sedikit keras, "Tae-"

"Jadian sama Minji? Udah tau Gue," Songhwa melipat tangannya di depan dada, "Jangan mikir yang enggak-enggak, Gue denger dari anak yang ngegosip tadi pagi,"

Gadis di depannya, Wonyoung, membuka mulutnya terkejut, "Dan Lo baik-baik aja setelah ngedenger itu?" Songhwa menganggukkan kepalanya, ekspresi wajah gadis itu malah kelewat santai.

"Tapi Hwa, bukan-"

"Nanti dulu deh kalo mau ngegosipnya, gue mau ke kamar mandi dulu," potong Songhwa lagi, ia bangun dari tempat duduknya dan melirik ke kursi diseberangnya sekilas.

Sedangkan Wonyoung memandang Songhwa dengan tanda tanya. Benarkah gadis itu baik-baik saja? Padahal baru seminggu kemarin, temannya itu menangisi pria brengsek yang sudah memiliki kekasih sekarang.

"Samperin gak ya..." gumamnya khawatir, "Emang brengsek Taesan,"

~[X]~

Disisi lain, seorang pria keluar dari lingkungan sekolah, menuju tempat perkumpulan dirinya dan juga teman-temannya, yang berada persis dibelakang sekolah, sehingga lebih mudah menyelinap jika kesiangan. Sebuah rumah tua yang belum selesai dibangun, tapi masih layak ditinggali, berlantai 2 dan memiliki sebuah rooftop.

"Taesan mana?" cecarnya begitu tiba disana sambil meremas kertas berwarna biru yang ia pegang, memandang keempat pria yang ada disana.

"Di lantai 1 motornya dia ada gak, bang? Kalo gak ada berarti masih belum dateng," ucap yang paling muda diantara mereka, Woonhak. Lantai 1 mereka gunakan sebagai parkir motor mereka, sedangkan lantai 2 tempat untuk mereka berkumpul, karena sudah tersedia sofa, karpet bahkan kasur milik Jaehyun.

"Kenapa Lo? Kayaknya emosi banget," balas pria yang memegang sebuah kotak yang berisi donat, Riwoo namanya.

"Tidur dulu sini," pria yang sedaritadi berbaring di kasur menepuk sisi sebelahnya, namanya Jaehyun.

"Taesan belum dateng, katanya mau jemput orang dulu," dan yang paling benar menjawab ini adalah Leehan.

"Wahh, udah ada cemceman baru nih dia?" Leehan yang ditanya mengangkat kedua bahunya tidak tahu, kenapa ia yang ditanya? Aneh-aneh saja Jaehyun ini.

"Masa sih? Padahal baru 2 mingguan dia putus dari..." Riwoo tidak jadi melanjutkan kalimatnya, kini ia tahu kenapa Sungho datang dengan emosi yang ingin menghajar seseorang sekarang.

"Lah iya, kan baru aja putus dari kak Songhwa. Bener-bener emang bang Taesan, kok cepet banget ya... Keren..." dan pukulan pada punggungnya pun diterima oleh Woonhak dari Riwoo.

"Gue coba telfon Taesan deh, siapa tau-"

"Kenapa mau telfon gue?" Jaehyun jadi panik sendiri, padahal ia ingin menghubungi Taesan agar tidak mendatangi basecamp mereka, agar tidak bertemu dengan Sungho.

Sungho membalikkan badannya dan melihat seorang pria dengan gaya khasnya berdiri di dekat tangga.

Pria itu berjalan ke arah mereka sambil melempar tas miliknya ke arah sofa, "Sorry, gue baru dateng. Tadi jemput Min-"

Bugh

Ucapannya itu harus terhenti karena Sungho yang memukulnya tepat di pipi kiri pria itu, bahkan bibirnya sekarang mengeluarkan darah. Tak terima dengan pukulan yang ia terima secara tiba-tiba, Taesan langsung melayangkan pukulannya kembali ke arah pipi kanan Sungho.

"Bang! Bang! Udah!" mereka berempat langsung memisahkan kedua pria yang asik bergelut itu, Leehan pun memasang badan ditengah kedua pria itu agar tidak saling pukul kembali.

Mereka khawatir, karena kedua pria itu sama-sama kuat, bisa-bisa pergelutan kedua pria itu bertahan sampai sore. Seperti ketika dihari Taesan dan Songhwa memutuskan hubungan mereka.

"Gue," Sungho menghirup nafas banyak-banyak sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Gue gak peduli sekarang Lo pacaran sama siapa. Tapi, gue udah larang dari awal Lo putus sama Songhwa, jangan ketemuan bahkan deket-deket sama dia lagi!" Sungho mengucapkan itu dengan penekanan pada setiap kata.

Keempat pria lainnya mengetahui larangan itu, karena ketika kedua orang itu berkelahi, mereka ada disana. Hari dimana Taesan dan Songhwa memutuskan hubungan mereka. Dan Taesan juga sudah berjanji tidak akan dekat-dekat dengan Songhwa, walaupun susah karena mereka satu kelas.

Sungho mengangkat dan memperlihatkan kertas berwarna biru yang ia bawa. Keempat pria lainnya yang ada disana mendesah kecewa, mereka tau tulisan tangan siapa itu,

'Songhwa, kalo gue minta buat kita ketemuan boleh gak? Gue tunggu di toko ice cream deket sekolah kayak biasanya ya'

Taesan lebih brengsek dari yang mereka kira.

X | Taesan [Update sesuai mood]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang