"Gak apa-apa, gue gak apa-apa," gadis yang berada di dalam salah satu bilik toilet itu mengusap air mata yang keluar tanpa henti.
"Tch, kenapa keluar terus sih! Kalo mata gue bengkak gimana?" gumam gadis itu pelan dan tetap mengusap pipinya yang basah.
Ia tidak menangis meraung-raung, gadis itu hanya diam, tapi air matanya terus mengalir keluar, entah kenapa.
"Berhenti bisa gak sih," gumamnya menepuk kepalanya sendiri, "Gue gak boleh gini... Gue udah tau dari awal, seharusnya gue biasa aja," ia terus bergumam, berharap air matanya akan berhenti.
Sebenarnya semenjak Wonyoung datang, Songhwa ingin menangis dan mengadu kepada temannya itu, tapi ia tahan karena tidak ingin temannya kembali menyumpah serapahi Taesan. Cukup seminggu setelah dirinya dan Taesan putus, ia menangis di depan Wonyoung. Untuk kali ini tidak, ia tidak boleh menangis di depan lainnya.
Cukup lama ia berada di dalam bilik kamar mandi itu. Setelah dirasa benar-benar tidak akan ada yang keluar lagi air matanya, ia langsung keluar dari bilik toilet yang ia tempati.
Sialnya, ia malah bertemu dengan tokoh perempuan yang ia hindari. Minji, gadis cantik dengan karisma yang kuat, membuat hati Songhwa berdenyut kembali. Songhwa langsung berusaha menguasai ekspresi wajahnya, dan pergi ke arah wastafel disebelah Minji.
"Hai, Songhwa!" dalam hati Songhwa tersenyum kecut, bahkan dalam keadaan seperti ini, ia tidak bisa menampilkan raut jutek yang setiap hari ia perlihatkan kepada semua orang.
"Hallo," balas Songhwa ramah, ia tidak ingin dianggap yang tidak-tidak, walaupun ia yakin gadis disebelahnya tidak akan melakukan hal itu. Songhwa mengenal Minji, ia gadis yang baik, pintar, ramah, cantik dan berbakat. Songhwa tahu itu karena mereka pernah sekelas saat kelas 10 dengan Taesan tentunya. Ah sial, Songhwa jadi ingat pria itu kan.
"Songhwa... Mata Lo... Bengkak?" Songhwa yang sibuk memandang aliran air dari keran langsung tersadar. Ia berkaca pada kaca besar di depannya, benar apa yang dikatakan oleh Minji, sekitar matanya membengkak.
Ia mendecak sebal, kebiasaan matanya yang muda membengkak itu menambah kekesalannya kali ini.
"Butuh tisu basah?" tawar Minji sambil menyodorkan sebuah tisu kearahnya, dengan halus Songhwa menolak, kalau begini tinggal menunggu demam saja.
"Gak perlu, makasih ya," Songhwa menampilkan senyumannya, biasanya sehabis menangis, matanya akan membengkak dan juga suhu badannya akan naik, lemah memang. Songhwa kembali berkaca, ia mengatur poni dan juga rambutnya agar menutupi bagian matanya, takut ketahuan.
"Gue duluan ya," pamit Songhwa buru-buru, Minji membalas dengan senyuman, astaga gadis seperti Songhwa saja terpana dengan senyuman Minji, apalagi para pria.
Sebelum pergi dari ruangan itu, Songhwa mengambil ponsel yang ada disakunya, ia mengirimi Wonyoung pesan, bahwa ia tidak akan masuk kelas dan minta diizinkan karena berada di UKS, tentu saja dengan alasan demam yang tiba-tiba. Tidak mungkin Songhwa berkata jujur jika ia sehabis menangis.
Setelah mendapat balasan dari Wonyoung yang mengiyakan permintaannya, tentu saja dengan beberapa pertanyaan yang Songhwa abaikan, ia langsung menaruh ponselnya pada saku roknya. Gadis itu akan pergi ke UKS dan tidur sebentar, dan lanjut mengikuti kegiatan belajar jika bel pelajaran selanjutnya berbunyi.
Dan entah, kesialan yang benar mengikutinya hari ini atau apa, Songhwa malah bertemu dengan seseorang yang harus ia hindari di depan UKS. Jika yang ia temui tadi adalah tokoh perempuannya, sekarang yang ia temui adalah tokoh pria.
Cukup lama mereka diam mematung di depan ruangan itu, Songhwa pun langsung masuk ke dalam UKS. Tak ingin menangis kembali, yang ada matanya menjadi seperti tersengat tawon.
Setelah masuk ke dalam ruangan yang berbau obat itu, Songhwa langsung mendekati dokter satu-satunya yang berjaga.
"Dok, maaf. Saya mau minta obat bisa?"
"Obat? Obat buat apa? Kamu lagi 'itu'?" dan ternyata percakapan mereka di dengar oleh pria yang memasuki ke ruangan itu juga.
Pria itu menoleh ke arah kalender yang terpampang didekatnya, "Bukan jadwalnya," gumamnya yang tak didengar oleh kedua orang yang ada diruangan itu.
"Bukan dok, saya kayaknya demam. Jadi saya mau minta obat, sama... Mau pinjem alat kompres, buat mata saya," Songhwa memperlihatkan matanya yang membengkak.
"Astaga, kamu alergi obat atau gimana? Kok bisa membengkak gitu matanya?" tanya dokter itu dengan heboh membuat pria itu melangkah kecil, mendekat.
"Oh, enggak kok dok, cuman tadi saya habis na-" Songhwa memberhentikan ucapannya, menengok ke belakang, ke arah Taesan yang memajukan badannya ingin tahu.
"Gak apa-apa kok dok, emang biasa begini. Saya boleh minta?" dokter itu mengangguk dan mengambil kompresan yang ada dilaci belakangnya.
"Diukur dulu ya suhunya, kalo emang tinggi nanti dokter buatin surat izin ke ke kelas." Songhwa mengangguk, lalu ia duduk di kursi, dokterpun langsung mengambil termometer dan mengukur suhu gadis itu.
Wanita paruh baya itu sedikit menggeleng melihat hasilnya, "Kamu gak mau pulang aja? Belum bel masuk juga kan," Songhwa menggeleng pelan.
"Suhu kamu 40,2 loh... Tapi ya sudah kalo emang gak mau, dokter buatkan surat izinnya. Kamu minum obat ini, lalu pakai ini, istirahat disini dulu ya," Dokter memberikan sebuah obat, sebotol air minum dan juga plester penurun panas kepada Songhwa, "Ibu catat dulu nama kamu," Dokter itu membuka buku besarnya, bersiap menulis.
"Park Songhwa, kelas 2-3," ucap Songhwa dan wanita itu langsung mencatat, "Terima kasih dok, saya juga izin pakai kompresannya ya," dokter itu mengangguk, Songhwa bangkit dari duduknya dan pergi menuju salah satu ranjang yang ada diruangan itu.
"Kamu ini ya, kayaknya gak pernah bosen kalo gak ke UKS," suara dokter itu kembali terdengar, Songhwa tidak bisa melihat secara langsung karena terhalangi oleh tirai.
"Biasa Bu, namanya juga cowo," suara berat pria itu terdengar. Songhwa langsung meminum obat yang diberikan, ia juga menempelkan plester penurun panas pada dahinya.
"Kamu obatin sendiri bisa kan? Ibu mau bikin surat buat Songhwa dulu,"
"Lah Bu? Masa gitu, tapi surat saya dibikin juga kan Bu?" suara tidak terima terdengar.
"Kamu ngapain izin? Kan cuman luka-luka doang," balas dokter UKS.
"Aduh Bu, saya ini jalannya sampe diseret-seret, saya juga hilang ingatan deh Bu. Bentar, ibu ini siapa? Kok bidadari ada di UKS?" Songhwa memutar bola matanya malas mendengar gombalan yang pria itu lontarkan kepada dokter yang menjaga di UKS, dasar, sikap buayanya tidak hilang-hilang.
"Kamu ini kayaknya ngegombal mulu, kasian yang jadi pacar kamu, pasti capek," Ucap wanita paruh baya didepannya, "Lagian masa iya sampai seret-seret kaki? Kayaknya tadi waktu Songhwa ngomong, kamu malah jalan biasa aja tuh deketin dia. Hayoooo," tanpa dokter itu ketahui, ucapannya membuat suasana menjadi tegang untuk mereka berdua.
Songhwa jadi teringat sesuatu, gadis itu merogoh saku roknya. Seharusnya kertas itu berada disitu, atau... Sudah Songhwa buang ya? Ingatannya tentang kertas itu buruk, jadi Songhwa lupakan.
Namun, saat ia mengeluarkan semua yang ada dikantongnya hanya uang kertas yang tadi pagi ayahnya berikan. Tunggu sebentar! Jangan-jangan, kertas yang ia berikan tadi kepada Sungho...
KAMU SEDANG MEMBACA
X | Taesan [Update sesuai mood]
Short StoryPacaran sama Taesan emang buat banyak cewe iri, beda lagi kalo udah menyandang sebagai mantan. Start: 15 Juni 2024 End: ?? ⚠️Ini Fiksi!! Jangan dibawa kenyataan ya guys, Taesan green flag kok di rl. Cuman gayanya lebih cocok jadi cowo Red flag, ma...