Setelah dokter itu berucap hal yang membuat Songhwa dan Taesan menjadi tegang sendiri, dokter menghampiri dan memberitahu kepada Songhwa bahwa wanita paruh baya itu akan pergi ke kelasnya untuk memberi surat karena bel pelajaran dimulai sudah berbunyi. Songhwa pun berterima kasih dan meminta izin untuk beristirahat sebentar disana, tentu saja diizinkan oleh sang dokter.
Songhwa tidak tahu pasti keberadaan Taesan di ruangan ini ada atau tidak, karena Songhwa tidak mendengar adanya bunyi ranjang yang ditempati. Atau mungkin pria itu sudah pergi bersama dengan dokter tadi? Entahlah Songhwa tidak peduli.
Tiba-tiba saja, terdengar bunyi langkah menuju ke arah bilik gadis itu, apa itu dokter? Pikirnya, tapi ia tidak mendengar suara pintu terbuka.
"Dokter?" panggil Songhwa pelan, tapi tak ada balasan.
Songhwa memperhatikan bayangan milik seseorang yang berdiri dibalik tirainya, masa iya dokter tadi setinggi itu? Songhwa bangkit dari posisinya yang berbaring, berjalan pelan mendekati tirai.
Gadis itu penasaran, siapa yang berdiri di depan tirai itu sekarang? Tidak mungkin orang jahat bukan? Karena akan sulit ketika meminta tolong, ia sendirian sekarang.
Sret
Tirai pun Songhwa geser, terpampanglah sosok yang berdiri di depannya. Gadis itu sedikit terkejut, bahkan mengambil beberapa langkah mundur.
Pria dengan wajah yang terdapat luka itu juga terkejut dengan kehadiran Songhwa di depannya. Songhwa langsung membuang muka ke arah lain, sekilas ia melihat sebuah botol yang berisi cairan rivanol ditangan pria itu.
Ingin sekali Songhwa langsung menutup tirai dan tidur kembali, tapi rasa kemanusiaannya terlalu peka. Ia tahu kenapa pria itu berdiri disitu, karena pria itu tidak bisa mengobati dirinya sendiri.
Saat mereka pacaran pun, ada masa-masanya dimana Taesan menghampirinya dengan wajah yang babak belur, baik saat sedang di rumah atau di sekolah.
"Kenapa?" basa-basi yang sangat basi, Songhwa tahu itu. Pria di depannya itu meringis melihat plester penurun panas yang tertempel pada dahi gadis didepannya.
Ia berdeham sebelum menjawab, "Hm, gak jadi deh. Lo harus istirahat, maaf ganggu," tepat sebelum pria jangkung itu membalikkan badannya, Songhwa langsung menahan lengan pria itu.
"Gak usah basa-basi, Gue tau apa maksud Lo berdiri disini," ucap Songhwa yang terdengar seperti omelan. Ia menarik Taesan agar duduk diatas ranjang yang ia tempati, sedangkan ia berdiri untuk mengobati pria itu.
Sebelum mengobati, Songhwa pergi ke meja dokter, mengambil betadine dan juga plester luka. Tanpa babibu, Songhwa langsung membuka dan menuangkan rivanol ke kapas yang ia pegang.
Songhwa jadi bernostalgia, ketika ia mengobati wajah Taesan, ia jadi teringat ketika mereka masih berpacaran. Biasanya, Songhwa akan mengomel dan menanyakan darimana asal lukanya, tapi kali ini ia tahan setengah mati agar tidak menanyakannya kepada pria yang sudah berstatus pacaran dengan gadis lain.
"Mata Lo kenapa bisa bengkak?" dan tanpa Songhwa duga, Taesan malah bertanya ketika ia sibuk menghipnotis dirinya agar tidak membuka suara. Songhwa melirik ke arah mata Taesan yang ternyata sedang menatapnya juga, buru-buru gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Gak apa-apa," jawabnya singkat.
"Gak apa-apa?" beo Taesan, "Seinget Gue, kalo mata Lo bengkak itu karena sehabis nangis atau Lo kucek mata Lo secara berlebihan," Songhwa memutar bola matanya malas.
"Siapa yang bikin Lo nangis?" nada yang pria itu ucapkan sekarang berubah menjadi lebih dingin, ingin sekali Songhwa berteriak bahwa pria di depannya itulah penyebab dirinya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
X | Taesan [Update sesuai mood]
Short StoryPacaran sama Taesan emang buat banyak cewe iri, beda lagi kalo udah menyandang sebagai mantan. Start: 15 Juni 2024 End: ?? ⚠️Ini Fiksi!! Jangan dibawa kenyataan ya guys, Taesan green flag kok di rl. Cuman gayanya lebih cocok jadi cowo Red flag, ma...