3. Mirage

57 25 142
                                    

Di ujung Padang Pasir yang kulihat hanya ada fatamorgana sama seperti manusia biasa yang fana.
~Lascca~

🍒

Abimanyu telah sampai di lokasi kejadian perang itu sedang terjadi. Ia mulai melawan beberapa musuh yang ia temui di depan matanya sambil terus bergerak mencari keberadaan seseorang.

SREK!

Terdengar sebilah pisau pedang yang mengayun mengenai target musuhnya. Ia terus bergerak maju sampai menemukan Lascca yang pada akhirnya berpapasan dengannya.

"Untuk apa kau kemari?!" ujar Lascca sambil melawan musuhnya silih berganti.
"Ada yang perlu kita bicarakan tentang perjanjian itu." tukas Abimanyu dengan gerakan lihainya membantu Lascca dari serangan musuh.

"Hah, apa maksudmu?! Bukankah tidak ada yang salah dengan perjanjiannya?" suara Lascca menderu ketika menghunuskan pedangnya lagi tepat di jantung lawan terakhir. Jika sedetik saja ia lengah maka musuh itu akan menikam perutnya tepat di depan matanya dengan cepat.

"Kau keliru, Perjanjian itu ada yang terlewatkan! sudahlah kita selesaikan terlebih dahulu misi peperangan ini." sahut Abimanyu yang langsung diangguki oleh Lascca.

°•°•°•

Setibanya di rumah gubuk milik Lascca, pria itu langsung menyimpan barang-barangnya ke tempat semula. Membuatkan minuman teh hangat berukuran sebesar gelas bir ke dalam gelas perak untuk dinikmati bersama sahabatnya yaitu Abimanyu.

"Kukira kau tidak punya tempat tinggal sendirian di sini? Mengingat banyaknya pekerjaan yang kau tekuni sampai harus menjauhi orang-orang yang dekat denganmu."

"Oh yeah, disini memang aku tak punya teman tapi jangan khawatir. selalu akan ada orang yang melewati portal debu api melalui cerobong perapian asap itu." tunjuk Lascca sambil berjalan membawa dua gelas minuman teh hangat di kedua tangannya menghampiri Abimanyu.

"Aku yakin pasti selalu ramai kondisi di dalam rumah ini, Mengingat kedatangan si Kembar dengan membawa anggota kerabat keluarga yang lainnya, tapi Lascca tahukah kamu jika Avander mati terbunuh oleh seseorang yang tidak bersalah apapun padanya dan nama pelaku pembunuhannya tidak pernah tercatat dalam sejarah... Padahal dia orang yang berbakat dan bisa menjadi penguasa yang bijak untuk rakyatnya sendiri, bukan?!" celetuk Abimanyu sambil menyesap perlahan minumannya yang tadi diberikan oleh Lascca.

Kedua alis Lascca terangkat dan sudut bibirnya menyeringai sebelah ke arah kanan. lalu ia berkata, "Hah, yang benar saja manusia serigala seperti itu pantas menjadi pemimpin setelah apa yang telah ia lakukan di masa lalu?!"

"Memang apa salahnya ia di masa lalu? Sampai kau terlihat tidak senang seperti itu? Masa lalu biarkanlah berlalu, hadapi masa sekarang dan untuk masa depan. Aku yakin dia akan menjadi seorang penguasa kerajaan yang selalu diimpikan oleh rakyatnya."

"Jangan naif, ia memang terlihat baik di luar tapi begitu kau mengenalnya lebih dalam dan teliti lagi, itu semua hanyalah bersifat tipuan."

Dan pada akhirnya Lascca menceritakan semua kejadian yang menimpa pada masa kerajaan di tahun 360 SM, dimana pada masa itu Avander berjaya serta hidup bahagia bersama keluarganya.

Tetapi, kejadian tak diinginkan terjadi tatkala dulu selama ribuan tahun dalam hidupnya Avander bertemu dengan manusia serigala di gurun Padang Pasir Sahara meminta pertolongan saat dirinya melewati begitu saja manusia serigala tersebut. Nasib baik berpihak pada manusia serigala itu saat Avander menolongnya karena tidak tega dengan kondisinya yang mengenaskan setelah ia melewati manusia serigala itu begitu saja di depan matanya.

Avander mendirikan sebuah camp perkemahan di tengah  gurun Padang Pasir Sahara yang tandus itu bersama dengan rekan barunya yaitu manusia serigala, Ellios meminta kepada Avander untuk menyetujuinya dijadikan rekan dalam perjalanan yang akan dituju. Namun Avander tak semuanya menyetujui itu, mengingat baru beberapa jam mereka bertemu, yang ada ia hanya bersikap sopan santun terhadap manusia serigala itu tapi, tak semuanya harus ia percaya atau setujui bukan.

"Siapa namamu werewolf?"

"Namaku Ellios, senang bertemu denganmu Avander."

"Apa? Dari mana kau tahu namaku? aku kan, belum memberitahumu." bingung Avander sejak kapan Ellios tahu namanya.

"Aku hanya menebak saja, dan yah, wajahmu tidak asing."

"Kau seperti cenayang, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Kurasa tidak." sambil menyeringai Ellios memandangi ke atas langit-langit tenda ruangan tersebut.

Avander tak ambil pusing dengan jawaban yang diberikan Ellios, fokusnya kini mengeluarkan perbekalan dari tas ransel besarnya untuk membuat minuman dan makanan serta mengambil obat-obatan untuk mengobati sekujur tubuh Ellios yang terdapat lebam biru kehitam-hitaman dan luka sayatan yang perlahan-lahan mengucurkan darah ke tanah berpasir.

Unforgettable Beautiful MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang