Di sudut kelas yang paling jauh, di bangku yang selalu terlihat kosong meskipun ada yang duduk di sana, Aulia menatap keluar jendela. Langit biru dan awan putih yang berarak seolah memberikan harapan pada hari-harinya yang suram. Gadis itu memiliki mata yang besar dan berbinar, namun seringkali tersembunyi di balik kacamata tebal yang selalu ia kenakan. Rambutnya yang panjang selalu diikat rapi, namun tidak pernah ada yang memperhatikan.
Aulia adalah siswi yang pintar. Nilai-nilainya selalu di atas rata-rata, dan guru-gurunya menghargai ketekunan dan kecerdasannya. Namun, di antara teman-teman sekelasnya, dia hanyalah bayangan yang lewat. Mereka lebih tertarik pada kecantikan fisik dan popularitas daripada kecerdasan dan semangat belajar.
Suatu hari, ketika Aulia sedang membaca buku di perpustakaan, dia menemukan sebuah buku tentang makeover. Sampulnya berwarna merah muda dengan gambar seorang gadis yang berubah menjadi cantik. Aulia membaca buku itu dengan antusias. Dia mempelajari cara merawat kulit, memilih pakaian yang sesuai, dan bahkan mencoba beberapa trik riasan yang dia temukan.
Namun, di balik semua itu, Aulia tahu bahwa kecantikan sejati tidak hanya berbicara tentang penampilan fisik. Dia ingin mengubah dirinya, bukan hanya untuk mendapatkan perhatian teman-temannya, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dia bisa lebih dari sekadar “gadis culun” yang selalu diabaikan.
Aulia mulai merencanakan perubahannya. Dia berlatih berbicara dengan percaya diri di depan cermin. Dia memilih pakaian yang lebih modis dan memakai sepatu hak tinggi. Rambutnya yang dulu selalu diikat rapi, kini terurai dengan indah. Dia bahkan mencoba memakai sedikit riasan, meskipun dia tidak terlalu terampil dalam hal itu.
Ketika Aulia kembali ke sekolah, teman-temannya terkejut melihat perubahan ini. Beberapa dari mereka memberikan pujian, sementara yang lain hanya memandang dengan heran. Aulia tidak peduli. Dia tahu bahwa dia harus percaya pada dirinya sendiri, terlepas dari penampilannya.
“Aulia, kamu cantik sekali!” kata seorang teman sekelasnya, Rani, dengan tulus.
Aulia tersenyum. “Terima kasih, Rani. Tapi yang lebih penting, aku ingin menjadi lebih baik dalam segala hal.”
Rani mengangguk. “Aku yakin kamu bisa, Aulia. Kecantikan sejati datang dari dalam.”
Dengan semangat baru, Aulia melangkah maju. Dia tahu bahwa perubahan ini bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang bagaimana dia melihat dirinya sendiri. Dan di balik kacamata tebalnya, matanya yang berbinar kini memancarkan keyakinan dan tekad.
KAMU SEDANG MEMBACA
aulia: cahaya di balik bayang
RomanceSinopsis: Aulia, seorang remaja yang cerdas namun sering dianggap culun, hidup dalam bayang-bayang di sekolah dan di rumah. Dengan kacamata tebal dan buku-buku sebagai temannya, dia berjalan melalui hari-harinya tanpa diperhatikan. Namun, di balik p...