Chapter 04. Berjabat Tangan

362 52 5
                                    

Jangan lupa vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote. Koreksi jika ada typo atau penempatan kata yang kurang tepat, mohon kerjasamanya ^_^

.
.
.

Happy Reading~





"Emangnya kakak yang waktu itu gimana?" Ashland bertanya. Sebenarnya sudah tahu, tapi ia ingin mendengar bagaimana Alfan menjawab.

"Ya gitu. Kakak sekarang sama yang waktu itu beda banget."

Mendengar jawaban setengah-setengah dari Alfan membuat Ashland sedikit tersenyum. Sudah pasti Alfan tidak akan mengutarakan yang sebenarnya.

"Kakak yang sebelumnya benci Alfan, yah?"

Ashland melihatnya, bagaimana tubuh Alfan sedikit tersentak saat mendengar pertanyaan yang ia lontarkan.

"Enggak kok, kakak tuh baik cuman cuek aja. Tapi sekarang kakak enggak cuek, makanya beda banget." Alfan membuang muka, tidak ingin memperlihatkan kegugupannya pada Ashland.

Ashland mengerti. Alfan tak akan mengatakan yang sebenarnya karena tidak ingin pertanyaan yang ia lontarkan semakin merambat jauh. Jika sudah tahu bagaimana hubungan mereka sebelumnya, Alfan kira Ashland akan kembali membencinya.

"Oh, begitu." Setelahnya, Ashland memberikan fokus sepenuhnya pada makanan yang tersaji rapi di atas meja.

Makanannya sudah dingin memang, tapi kalau sudah kelaparan begini semua makanan yang ia kunyah terasa nikmat. Padahal sebelum menempati tubuh itu, ia tidak pernah mau makan makanan dingin.

Disisi lain, Alfan hanya memusatkan pandangannya pada sang kakak. Memperhatikan setiap gerakan kecil yang dilakukan Ashland. Terkadang tersenyum ketika melihat ekspresi Ashland yang memang selalu berubah setiap menyuapkan makanan. Alfan merasa kalau Ashland sudah seperti anak kecil yang menemukan hal yang baru.

"Alfan."

Mendengar panggilan Ashland, tubuh Alfan sedikit tersentak. Dengan pupil mata yang membesar ia sudah bagaikan seorang pria yang tertangkap basah sedang mengintip kamar mandi wanita. Ia menundukkan kepala sambil tersenyum kikuk kemudian, malu karena ketahuan memperhatikan.

Mengingat bagaimana sifat Ashland sebelumnya yang tidak senang diperhatikan, Alfan sedikit gugup sebenarnya. Ia takut menunggu reaksi Ashland selanjutnya.

"Ada apa?" tanya Ashland dengan nada santai.

Alfan hanya menjawab dengan gelengan kepala. Namun setelahnya ia kembali memberikan wajah pada Ashland, ketika mendengar meja diketuk oleh sang kakak, memberi isyarat untuk meminta diperhatikan.

Hal yang tak terduga terjadi. Di depannya, untuk pertama kali setelah 8 tahun ia tinggal di bawah atap yang sama bersama Ashland, sang kakak memberikan pandangan lembut padanya. Layaknya seorang kakak memandang adik kesayangannya.

Reader's Soul | Transmigrasi BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang