Chapter 03. Perihal Hati

394 58 7
                                    

Jangan lupa votenya teman-teman ^⁠_⁠^Koreksi kalau ada kesalahan atau typo yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa votenya teman-teman ^⁠_⁠^
Koreksi kalau ada kesalahan atau typo yah.

________
HAPPY READING ~

"Adik kenapa tinggalin kakak?" Ashland bertanya saat ia sudah berada di ruang makan, berdiri bersebelahan dengan Alfan. Ia mengikuti gerakan Alfan yang duduk di kursi meja makan, tanpa menyadari bahwa di meja makan itu sudah ada 4 orang yang memandangnya intens.

Alfan menolehkan kepalanya dengan wajah terkejut. Hari ini, entah sudah keberapa kali Ashland membuatnya terkejut, heran sekaligus senang. Hilang ingatan benar-benar mengubahnya.

"Panggilannya kenapa begitu?" Bukannya menjawab pertanyaan Ashland, Alfan malah balik bertanya. Ia cukup senang Ashland bisa berbicara santai padanya, tapi jika perubahannya mendadak begini jelas membuatnya begitu terkejut.

"Katanya aku Kakak, Alfan adik, kenapa enggak boleh begitu?"

"E-eh?"

Alfan tertegun. Reky yang tadi pagi murka padanya kemana? Sang kakak yang biasanya tersenyum sinis mengapa saat ini bisa tersenyum begitu ramah padanya?

Ada banyak pertanyaan yang saat ini berputar dalam pikiran. Tapi yang bisa ia lakukan hanya menampilkan wajah kebingungan.

Apakah selain menghilangkan ingatan, amnesia juga bisa membuat penderitanya berubah dari cara bicara dan bersikap?

Alfan senang tentu saja. Berbicara santai dengan Reky adalah impiannya sejak lama. Tapi jika perubahannya luar biasa cepat begini, jelas membuatnya terkejut bukan kepalang.

"B-boleh banget kak!" Tanpa sadar, Alfan menjawab dengan antusias, saking bahagianya ia.

Reky terkekeh kecil. "Terimakasih," ucapnya sebelum mengangkat tangan hendak mengusap kepala Alfan. Namun belum sempat menyentuh rambut Alfan, tangannya lebih dulu ditahan oleh pemuda yang duduk di sebelahnya.

Tindakan itu tentu membuatnya terkejut. Ia menatap bingung pada pemilik tangan yang mencengkramnya dengan kuat.

"Mau apa anda menyentuh kepala adik saya?" tanya lelaki itu. Sorot matanya begitu tajam, sarat akan kemarahan yang ditunjukkan untuk Reky.

Menggelengkan kepalanya pelan. Reky lebih memilih mengalah dan tidak lagi berniat memberikan Alfan usapan di kepala. Padahal tadi ia hanya gemas melihat Alfan yang sangat bersemangat hanya karena ia ajak bicara. Tapi melawan lelaki itu tidak akan berakhir baik, mengingat bahwa lelaki itu lah yang melukai tubuh yang ditempatinya sampai meninggal dunia.

Dengan gerakan pelan ia melepaskan jemari Charlie yang melingkar di pergelangan tangannya.

Kemudian pandangannya berputar, dalam hati ia merutuki kebodohannya, yang tidak menyadari bahwa sedari tadi meja makan sudah diisi oleh tiga orang lelaki dan satu wanita. Dan kini bertambah satu pemuda yang baru saja tiba, itu adalah Kelvin.

Reader's Soul | Transmigrasi BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang