1 || At that time, you said that I was your sunrise

751 20 3
                                    

"Mari berjuang bersama, Gen."

"Ya, pak!" Seru pemuda itu dengan semangat, pria yang di panggilnya 'pak' atau 'taicho' itu tersenyum tipis.

"Kau tahu, jika matahari terbenam itu adalah aku. Maka matahari yang akan terbit keesokannya adalah kau, Leo." Pria itu menatap langit senja di hadapannya, duduk di sebuah batu besar bersama pemuda yang berasal dari planet yang sangat jauh. L77, pemuda itu tersenyum.

──────────── ·  ·  ·  · ㅤ͜𑁍͜ㅤ

"Aaaaagh, kapan aku bisa pulang!!!" Teriak seorang ultra yang sudah 'sedikit' kehilangan kewarasannya karena terus berada di depan layar komputer dengan datapad yang menumpuk di depannya. "Aaaaa, Astra... bawa kakakmu ini pulang...." Ia sedikit menitikkan air matanya, ia sudah sangat pusing.

Bruk

Leo mendengar ada barang yang jatuh, ia lalu mengangkat kepalanya dan melihat ke sekitar. Tak jauh dari dirinya duduk, terdapat sebuah buku yang tergeletak di lantai dengan sebuah liontin di sampingnya. Leo pun berjalan mendekat dan menaruh kembali buku itu ke rak, lalu ia mengambil liontin yang terjatuh bersama buku itu.

"Ini kan..."

Ia menatap liontin itu, "ah... sudah lama aku mencari ini, haha" Ia terkekeh, liontin itu berbentuk kristal berwarna hijau dengan pinggiran berwarna emas. Dengan sebuah tali berwana hitam yang mengikatnya, Leo tersenyum simpul.

Berasa nostalgia, ia seolah-olah di bawa ke masa lalu. Saat ia pertama kali bertemu dengan seseorang. Seorang kapten dari sekelompok tim pertahan yang di kenal sangat keras dan tegas. Ia bertemu dengannya secara tak sengaja saat di bumi.

.
.

"Pak! Anda baik-baik saja? Apa Anda terluka?" Tanya seorang pemuda khawatir, ia membantu seorang pria yang terjatuh itu.

"Ya, tidak apa.. hanya luka kecil, memang anak jaman sekarang tidak tau sopan santun." Ucap si pria itu memegangi lututnya yang terluka.

"Mereka pergi kemana pak? Biarkan aku yang membalas mereka!" Si pemuda hendak pergi untuk menghajar para berandal yang sudah membuat kaptennya terluka, namun segera di tahan oleh pria itu. Si pria terkekeh, "haha, kau tak perlu lakukan itu, Gen. Biarkan saja mereka, nanti juga kena batunya sendiri." Balas si pria.

"Tapi pak–"

"Sudahlah, ayo kembali. Oh ya, aku baru saja membuat pai ceri. Kita pergi ke rumah touru dan kouru sekalian ya?" Ajak si pria itu, si pemuda menghela napasnya lalu tersenyum. "Ya pak!"

Mereka berdua kemudian menuju ke kediaman sebuah keluarga kecil, dimana hanya terdapat tiga bersaudara di sana.

"Hei anak-anak! Lihat aku bawa apa!"

"Pak Moroboshi! Anda datang!"

"Ya, tentu! Aku membawakan pai ceri untuk kalian!"

"Waaah pai ceri!"

Si pria kemudian tertawa lalu mengajak dua anak kecil itu untuk memakan pai buatannya, kakak perempuannya yang seumuran dengan si pemuda menghela napas.

"Haaah... Aku merepotkan kapten lagi..."

Si pemuda tertawa, "tidak apa kok, Momoko san, lagipula kapten sendiri yang ingin menjenguk Touru dan Kouru.. Yah jarang juga lihat kapten dari sisi lembut nya begini..."

Lion7 [LeoVen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang