6 || become a cat ⌗3 [last]

324 21 42
                                    

. . . . .

"Grrrrrr..." Seven yang kini tubuhnya sudah berubah menjadi kucing seutuhnya mulai menguasai meja makan, ia selalu mengeong dan meraung galak ketika ada yang mendekatinya ataupun mendekat ke meja makan.

"Aaaaah... Gimana caranya aku ngambil makanan..." Zero terduduk lemas di lantai, ia belum makan sejak pagi karena Seven selalu menghalangi nya. Sebenarnya Seven sendiri tidak mau membiarkan putra semata wayang nya kelaparan seperti itu, ia ingin menyingkir dari meja makan agar putranya bisa mengambil makanan. Tetapi naluri kucingnya telah mengambil alih tubuhnya.

Sudah dua pekan ini tapi tubuh Seven tak kunjung mengalami perubahan, justru fisik kucingnya semakin mendominasi tubuhnya sendiri. Bahkan Hikari pun hampir menyerah, namun karena tentu saja Seven yang meraung-raung agar Hikari terus menyelesaikan ramuannya. Ia tak punya pilihan lain selain menuruti Seven, salah dia sendiri juga si...

"Zero, guru bawakan mie instan. Kamu masak aja daripada kena cakar sama ayah mu." Mendengar kata mie instan, Zero langsung bergegas mengambil mie itu dan langsung memasaknya. "Haduh... Repot juga ya, ngurusin kucing galak begini..." Leo mendengus pasrah.

"Leo nii-san!" Seseorang memanggilnya dan melompat memeluknya dari belakang, "aduh Mebi, jangan ngagetin dong." Leo memegangi lengan si pure ultra kucing itu.

"Hihihi, maap:P" Mebius kemudian melihat ke meja makan, melihat ada seekor kucing merah di sana ia langsung turun dari pelukan Leo dan menghampiri kucing itu. "Aaaaaa, lucunya! Leo nii-san melihara kucing ya? Kok ngga ngasih tau Mebi..." Mebius meng elus-elus bulu Seven yang berwarna merah keputihan (kebalikan Mebius)

"Mebius, hati-hati! Dia bisa nyakar kamu..."

"Hihihi, suka ya perutnya di garuk-garuk gini? Iii lucu banget sih!" Mebius sibuk menggaruki perut Seven dengan gemas, bukannya meraung-raung atau mengeong galak lagi. Seven justru merasa tenang dan senang ketika Mebius meng elus-elus dan menggaruk perutnya, ia mengeong kesenangan.

"Lah kok nurut? Apa karena sama-sama kucing jadinya Seven nurut gitu aja..." Leo menatap heran pada keduanya.

"Oh ya, Leo nii-san. Nama kucingnya siapa?" Mebius menatap kakak singanya, "eh... uuuh... Namanya..."

"Kucing itu ayahku." Sahut Zero yang tengah memasak mie, Mebius yang terkejut mendengarnya pun langsung melemparkan Seven ke udara. Beruntung sebelum Seven jatuh, Leo langsung menangkapnya.

"Hah!? Jadi ini kak Seven!?" Mebius memekik kaget.

"Mebi! Jangan main lempar gitu!" Baik Leo maupun neko Seven tengah menatapnya dengan tatapan galak, sedangkan dirinya hanya nyengir tanpa dosa.

"Ehehehe... Ya maap." Leo mendengus pasrah, "yaudah, eh ya. Bisa jagain Seven san dulu? Aku dan Astra dapat panggilan dari King, jadi... uh, mungkin aku tidak ada di rumah sampai nanti malam, kau bisa?" Mebius terlihat menimang nimang perkataan Leo, sebelum akhirnya mengangguk.

"Tidak masalah, aku akan menjaga Seven nii-san selama Leo nii-san pergi!" Jawabnya bersemangat, Leo menghela napas lega.

"Makasih ya, Mebi. Nii-san percaya padamu." Ia mengelus kepala Mebius dengan lembut, lalu mengelus kepala kucing Seven juga. Si kucing merah itu terdiam beberapa saat sebelum wajah kucing imutnya merona.

"Sialan! Apa.. apa apaan dia itu!? Seenaknya aja ngelus kepala ku..." Batin Seven, wajahnya semakin memanas tiap detiknya.

"Eeeh? Nii-san kenapa? Apa nii-san sakit?" Tanya Mebius dengan nada panik, "meow..." Hanya "meow" Jawaban yang bisa di berikan Seven, ia menggeleng pelan. "Aduuh, nii-san beneran sakit itu! Eeemm.... Aku bawa ke dokter hewan ya?" Astra membalik tubuh Seven sampai kakak kucingnya itu menatapnya, sedangkan Seven yang sama sekali tidak pernah dan tidak tau dokter hewan itu seperti apa menjadi ketakutan dan bergidik ngeri, ia menggelengkan kepal kucingnya dengan cepat.

Lion7 [LeoVen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang