BAB 9: Ternyata Bersamamu Menyenangkan

2 1 0
                                    


Sebenarnya ini pertimbangan yang benar-benar berat, ini kali pertama aku harus menyatakan perasaan kepada seorang Perempuan. Perempuan yang sejak awal aku tidak suka, memang benar ya kata orang, jangan pernah terlalu benci kepada seseorang takut nantinya sayang. Dan hal itu terjadi kepadaku. Aku mulai sayang dan mencintainya, ternyata tanpanya duniaku sepi, tidak ada orang yang sebawel dia, tidak ada yang seperhatian dia, pelukan hangatnya itu masih juga melekat ditubuhku.

Hari ini, sore ini, dia depanku sedang menatapku yang tengah menikmati nasi goreng yang bagiku memang benar-benar enak, seenak masakan Bunda dirumah. Entah apa sebenarnya resep dari nasi goreng ini hingga rasanya senikmat ini. Sanset ditengah laut sudah mulai memijarkan Cahaya jingganya, cantik seperti Perempuan disebelahku ini. Ia bertanya beberapa hal, tentang Gara dan juga kesedihanku. Namun karena aku tidak suka berbasa-basi aku memutuskan untuk segera mengatakan ini.

"Lo, serius suka sama gua?" Ujarku tanpa jeda sama sekali hingga Luna tersedang mendengar pertanyaanku. Segera aku ambilkan es teh yang sudah mulai mencair es batunya termakan waktu. Diminumnya es teh itu terlebih dahulu, pipinya Nampak bersemu merah menahan malu. Aku memaksanya untuk berkata jujur kepadaku tenang perasaannya.

"Iya, Luna masih sayang sama Raga, sampai kapan pun itu." Dengan malu-malu Luna mengatakan itu kepadaku, semu pipinya semakin memerah, sementara aku hanya bisa tersenyum gemas melihat tingkahnya. Ku letakkan nasi gorengku diatas meja, lalu ku minum es tehku juga sebelum akhirnya aku mengatakan hal ini.

"Kalau gitu, mau jadi pacar Raga sekarang?" tanyaku tidak ingin menundanya lagi. Namun Luna tidak segera menjawab, apakah dia tidak ingin menjadi kekasihku, tapi kenapa?

"Bagaimana Luna?" tanyaku kepada Luna dengan nada yang sedikit aku rendahkan, takut jika ada penolakan setelah ini.

"Ini Raga nggak lagi ngeprank Luna kan?" tanya Luna sembari menatapku lagi, seakan ia tidak percaya dengan keseriusan yang sedang aku ungkapkan kepadanya. Padahal wajahku nggak ada tampang-tampang bercandanya. Karena sangking geramnya aku kerjain aja sekalian.

"Ya udah berarti nggak ngeprank kan, ah lama aku hitung sampai tiga, tawaran tadi aku tarik lagi. Satu..." Sebenarnya aku sudah ingin tertawa saat mau menghitung, melihat ekspresi Luna yang sedikit takut dan tidak mau jika aku benar-benar membatalkan tawaranku.

"Iya-iya Luna mau jadi pacar Raga." Jawab Luna dengan sangat cepat, tidak ingin menolak kesempatan ini untuk kedua kalinya. Aku sudah tidak bisa menahan senyumku, dia benar-benar menggemaskan. Tuhan mengapa kau ciptakan makhluk semenggemaskan ini Tuhan, hambamu tidak kuat.

"Setelah ini, Luna kalau ada apa-apa bilang ke Raga ya. Raga bakalan ada buat Luna, Raga bakalan jadi bahu juga buat Luna, sama kayak Luna semalam yang jadiin pundak Luna buat Raga bersandar. Karena kita udah pacaran, jadi Luna nggak boleh centil keorang lain" Aku menatapnya lekat-lakat, ku lihat hazel matanya yang begitu indah ternyata jika dari dekat. Ia mempertanyakan lagi tentang hubungan kita berdua sekarang, apakah benar kita berdua berpacaran. Aku memegang pipinya yang menggemaskan itu aku menganggukkan kepala.

"Iya, Sayang." Dia kembali tersipu saat mendengar aku mengucapkan itu kepadanya. Ku sentuh terus pipinya itu, hingga akhirnya aku cubit pelan, karena sudah tidak tahan dengan kegemasannya.

"Besok kan minggu, kita nonton yuk!" Ajak Luna kepadaku.

"Mau nonton apa?" Luna langsung mengambil ponselnya ia menunjukan teaser sebuah film yang akan tayang di bioskop besok.

"Ini itu film tentang dua pasangan, nah cowoknya ustad anaknya kiai yang terkenal, kalau yang ceweknya sih bukan anak dari golongan kiai gitu, tetapi keluarganya taat agama. Ih pokoknya harus nonton deh besok." Aku terus mendengarkan dia menjelaskan film yang dia maksud.

RagalunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang