Suara dentingan bel bergema satu ke seluruh penjuru sekolah. Seluruh siswa maupun siswi menyambut bel kepulangan dengan gembira, mereka bergegas untuk merapihkan barang-barang.
Orang-orang mulai berhamburan, ada yang berjalan ke arah gerbang sekolah, dan ada juga yang masih berada di sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Sebuah pensil terjatuh hingga membuat ujung pena patah. Seorang gadis masih terlelap dengan tidurnya, wajah cantiknya tertutupi rambut panjang. Deru napasnya terdengar seperti ia baru saja mengalami hal buruk. Pancaran sinar matahari sore itu tepat menembus wajahnya hingga membuat kulit gadis tersebut seolah-olah bersinar.
Beberapa orang mulai meninggalkan kelas, hingga tersisa dua orang didalam kelas.
Dain mendorong kursinya kebelakang, kemudian ia mengambil ranselnya dan berdiri. Dain berjalan menuju meja yang terletak paling ujung di sebelah kiri.
"Hei, bangunlah Chiquita kau sudah melewatkan satu jam kelas dengan tidur,"
Gadis berambut pirang itu menggeliat. Ia mulai menjauhkan tubuhnya dari meja, lalu kemudian menatap Dain dengan wajah mengantuknya.
"Kau sangat lelah, apa yang kau lakukan semalam hingga seperti ini? Untung saja kelas terakhir tidak ada guru, kalau tidak mungkin kau sudah dihabisi,"
"Aku sangat lelah Dain, apakah kamu bisa meninggalkanku agar aku bisa kembali istirahat?"
"Tidak bisa, ayo kita pulang dan beristirahatlah di rumah,"
"Oh ayolah, musim panas terlalu kejam untuk diriku yang menyukai musim dingin,"
Chiquita kembali meletakkan kepalanya diatas meja, namun aksi itu terhalang karena Dain segera menarik kembali kepala Chiquita.
"Ayo cepat, aku akan mengantarmu pulang,"
"Oh ayolah, bagaimana dunia bisa sekejam ini?"
Dain merapihkan barang milik Chiquita, ia memasukkan semuanya kedalam ransel. Ia memerhatikan buku-buku milik Chiquita yang penuh akan tulisan-tulisan. Chiquita bukanlah anak yang berprestasi, namun ia termasuk golongan anak yang rajin. Chiquita selalu mencatat semua hal yang dijelaskan guru, dan bahkan ia selalu merangkum isi buku dengan kemauan sendiri. Tetapi hal itu nyatanya tidak membuat Chiquita menjadi anak genius. Dikelasnya ada Dain dengan julukan jenius, bahkan tidak hanya jenius, Dain termasuk anak yang gesit dan selalu bermain logika. Tetapi hal tersebut tidak membuat Chiquita menjadi iri kepada Dain, justru Chiquita selalu ingin belajar darinya.
Terkadang Dain menjadi sedih melihat Chiquita ketika ia selalu berusaha untuk bisa, namun alam selalu berkata lain. Nyatanya sekuat apapun Chiquita belajar, ia tidak akan bisa menjadi seperti Dain.
Dain membawa ransel milik Chiquita dan ranselnya di pundak sebelah kanan, tangan sebelah kirinya untuk memegangi Chiquita yang kurang semangat.
"Sebenarnya aku bisa pulang sendiri," ucap Chiquita setengah percaya diri.
"Aku tidak yakin, jangan berusaha terlalu keras sendirian Chiquita. Pergilah bersamaku besok pagi,"
"Kau mau mengajakku kemana? Apakah kau mau menunjukkan trik keren agar aku bisa seperti dirimu?"
"Tidak, kita akan berlibur bersama. Mungkin liburan sangat berguna untuk dirimu,"
Ekspresi Chiquita yang sebelumnya sumringah kini berubah kembali seperti tidak punya semangat hidup.
Hal-hal seperti liburan sebenarnya sangat dibenci oleh Chiquita sendiri.
•
•
•
•The Cruel Summer 2020
^
Update setiap hari Minggu
YOU ARE READING
The Cruel Summer | Chiquita
FantasyThe Cruel Summer Chiquita •baku •pertemanan •keluarga Bagaimana bisa di dunia ada musim panas? Bahkan aku saja sangat membencinya. Kembalikan aku pada musim dingin. Wajib baca NOTE❗ Note : beberapa alur mungkin bergantian setiap chapternya (maju-mu...