Chapter 3

147 14 2
                                    

Aku melihat Junkyu duduk di kursi yang berada di depan kafe, kulihat dia sedang memainkan ponselnya. Aku berjalan menyeberangi jalan dan kini aku sudah berada disebuah kafe yang tidak jauh dari sekolah. Biasanya ini adalah tempat favorit kami jika ingin berkencan, selain murah tempat ini juga memiliki menu yang sangat disukai anak muda.

Junkyu ternyata tidak menyadari kedatanganku, kurasa itu karena ia duduk membelakangi pintu masuk. Kemudian aku menyentuh pundaknya dan membuat Junkyu membalikkan tubuhnya. Wajahnya tersenyum saat melihat itu adalah aku. Dia berdiri dan menarik kursi yang berada tepat didepannya, kemudian mempersilahkan aku duduk.

Aku melihat minuman dan juga makanan yang sudah tersedia dimeja, milkshake rasa strawberry sesuai kesukaanku dan juga truffle yang dilumuri coklat dan es krim vanila diatasnya.

"Sudah berapa lama kamu menunggu?" Tanyaku membuka pembicaraan.

"Sekitar 30 menit, bagaimana perjalananmu? Kamu naik apa kesini?"

"Seperti biasa, aku naik Bus. Itu jauh lebih hemat,"

"Lain kali biarkan aku menjemputmu,"

Sebenarnya Ibu juga berpikir begitu, tadi ia menyuruhku untuk meminta Junkyu menjemputku. Tetapi aku bilang kami akan bertemu di kafe dekat sekolah, aku yang meminta Junkyu untuk menunggu disitu. Masalahnya adalah aku belum siap jika hubunganku terlihat jelas didepan keluargaku, aku ingin memastikan hubungan ini terlebih dahulu, jika memang ini adalah hubungan yang positif maka aku akan berani memberitahukan lebih jelas kepada Ibu dan Ayah, mungkin juga pada Ahyeon.

Aku memperhatikan Junkyu yang mengeluarkan laptop dari ranselnya, aku terus memperhatikannya bahkan saat ia sedang menyalakan laptop tersebut. Kemudian Junkyu menggeser laptopnya seolah-olah ia sengaja agar aku juga melihatnya.

Junkyu membuka sebuah file dan saat aku menyadari bahwa file tersebut seperti kumpulan soal wajahku terkejut, itu seperti soal untuk ujian semester.

"Lihatlah, aku mendapatkan soal ujian akhir tahun kita dari temanku," ujarnya.

"Bagaimana bisa?" Ucapku yang masih setengah kaget.

"Entahlah. Bahkan aku tidak memintanya, tetapi dia memberikan ini. Bagaimana menurutmu? Apakah kita bisa menggunakan ini?" Tanyanya sedikit ragu kudengar.

Nyatanya hal seperti ini adalah salah satu pilihan yang cukup sulit, selain itu pikiranku terlintas hal buruk. Bagaimana bisa kesempatan kali ini tersia-siakan? Itu mungkin bisa membuatku mendapatkan nilai bagus, namun dilain sisi aku juga berpikir untuk apa mendapat nilai bagus jika itu hasil mencontek.

"Aku tidak tau," jawabku yang memang sangat kebingungan.

"Aku tau kamu berpikir ini akan sangat buruk bagi kita, terlebih jika kita mendapatkan nilai bagus karena mencontek. Tetapi apa salahnya? Nilai bagus lebih dihargai daripada hal jujur yang kita perbuat,"

Itu benar, apa yang dikatakan Junkyu 100% sangat benar. Sejauh ini usaha mana yang pernah dihargai di dunia ini? Bahkan seseorang yang mendapatkan nilai bagus karena usahanya sendiri akan setara dengan seseorang yang mendapatkan nilai bagus hasil kecurangan.

Aku melihat Junkyu menggeser kursornya dan mulai mengahapus file tersebut. Aku sedikit kesal rupanya.

"Tetapi setelah kupikirkan kembali, lebih baik kita belajar dengan keras. Kupikir itu sangat bagus untuk membuat otak kita panas," katanya.

Aku menghela napas, sejujurnya itu bisa kugunakan untuk belajar. Atau mungkin setidaknya aku harus melihat gambaran materi yang nantinya keluar.

"Ada apa? Kulihat wajahmu tidak bersahabat,"

The Cruel Summer | ChiquitaWhere stories live. Discover now