Marriage With Benefits - 7

2.1K 75 2
                                    

Honeymoon adalah pertanyaan yang saat ini Sean hindari. Dia tidak ingin bulan madu dengan Linda. Dia hanya ingin melihat Linda hamil dan melahirkan anaknya. Dia ingin melihat keluarga Wijaya hancur. Dia ingin melihat Wijaya bersujud di kakinya. Ya, hanya itu. Sampai semua luka di masa lalunya digantikan dengan kehancuran Wijaya.

"Jadi, sudah ada rencana mau bulan madu ke mana?" tanya Astrid ibu mertua Sean.

Sean heran wanita selembut dan sebaik Astrid bisa-bisanya disakiti oleh Wijaya yang tidak akan memiliki aset sebanyak ini kalau bukan karena peran penting Astrid sebagai penyokong modal utama Wijaya. Tanpa Astrid Wijaya hanyalah seorang mafia kelas teri.

"Belum, Mah. Sean mau fokus kerja dulu. Nanti kalau sudah waktunya Sean akan ajak Linda bulan madu. Linda sudah pernah pergi ke hampir seluruh negara yang indah-indah. Jadi, Sean bingung mau ngajak Linda ke mana. Sean sih maunya ke tempat yang belum pernah Linda kunjungi. Yang ngasih view cantik biar samalah cantiknya kaya Linda."

Linda tersenyum semringah dipuji oleh suaminya itu. "Kamu bisa aja." Komentarnya sedikit malu-malu.

Sean tersenyum. "Oh iya, papah belum bangun, Mah?"

"Belum. Papah biasanya bangun jam sembilan lebih." Astrid tersenyum pada Sean. Namun, Sean bisa melihat senyum yang mengganjal. Ada sesuatu yang disembunyikan Astrid.

"Jadi, rencananya kalian hari ini mau pindah ke rumah baru?" Astrid mengalihkan pembicaraan.

"Iya, Mah. Linda mau tinggal di rumah Sean. Sean bilang rumah itu udah dipersiapin sebelum ketemu sama Linda."

Rumah itu sebenarnya adalah rumah yang dipersiapkan Sean untuk tinggal bersama Rissa.

***

Sean sudah lama mengincar Linda. Dia melihat Linda pertama kali enam bulan yang lalu di sebuah klub malam saat dia sedang bersama Aska, Dhika dan Roni. Mereka berempat menatap Linda yang datang dengan teman-temannya.

"Itu Linda. Anaknya Wijaya." Kata Aska menunju Linda dengan matanya.

"Terus apa rencana, Bos?" tanya Roni.

"Rencana kita bukan sekarang. Sekarang aku hanya perlu membuat dia terkesan."

Sean mulai menyusun rencana dadakannya. Dhika, Roni dan Azka duduk di meja sebelah Linda. Sedangkan Sean duduk sendirian. Sean sesekali menatap Linda yang juga menatapnya. Tepat pada saat itu Linda sedang bertengkar hebat dengan Daniel.

Linda pergi ke toilet dan saat dia keluar dia melihat ketiga lelaki asing yang mendekatinya. Dia ketakutan melihat tatapan liar ketiga pria asing itu. Sean datang seperti seorang pahlawan. Linda merasa dilindungi. Dan di situlah awal dari perkenalan mereka.

Sean tidak menyangka kalau Linda sangat mudah didapatkannya. Ya, semudah membalikan telapak tangan. Sean berhasil menaklukan Linda tanpa usaha yang berlebihan.

***

"Sean, kamarnya luas dan mewah. Aku suka!" Linda tersenyum lebar saat menginjakan kaki di kamar utama.

Sean tersenyum.

"Non," seorang wanita paruh baya tersenyum pada Linda.

"Kenapa?" Tanya Linda ketus.

"Oh ya, kenalin ini Bi Ran. Bi Ran ini ART di sini."

Bi Ran tersenyum pada Linda, tapi Linda mengabaikannya begitu saja. Sean melihat sikap tidak hormat Linda pada Bi Ran.

"Kalau ada apa-apa, Non, bisa panggil saya."

"Iya." Katanya singkat.

"Bibi permisi dulu ya."

"Iya, Bi." Jawab Sean dengan senyum singkat.

Linda berbaring di atas tempat tidurnya. Ranjang ini akan menjadi saksi malam-malam yang fantastis antara dirinya dan Sean. Linda sepertinya begitu tergila-gila pada Sean. Dia tidak mempedulikan apa pun. Dia meletakan kebahagiaannya pada orang yang memiliki rahasia rumit. Rahasia yang hanya diketahui dirinya tentang alasan sebenarnya dia menikahi Linda.

"Sean, ke sini." Linda menepuk-nepuk ranjang di sebelahnya.

"Ada yang harus aku kerjakan. Aku ke ruang kerja dulu ya."

"Ruang kerja? Di sebelah mana?"

"Di lantai atas. Nanti aku ke sini lagi. Kalau butuh apa-apa panggil aja Bi Ran."

"Oke. Kamu mau aku buatkan kopi?"

"Nggak usah, sayang. Kamu tidur aja di sini ya. I love you." Sean mengecup kening Linda. Kecupan lembut di kening Linda membuat Linda yakin kalau Sean mencintainya begitu dalam.

***

Sean mengunci pintu ruangan kerjanya. Dia membuka laci dan mengambil poto-poto masa kecilnya. Dulu dia hidup bahagia bersama orang tuanya hingga sampai pada saatnya semuanya lenyap. Hilang. Membuat Sean membawa-bawa luka masa lalunya hingga dewasa. Tidak ada tempat untuknya mengadu. Dia berdiri sendiri. Dan kini adalah saatnya Sean membalaskan dendamnya pada keluarga Wijaya.

***

Jangan lupa vote dan komentarnya ya gaes ^^

Marriage With Benefit (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang