Marriage With Benefits - 17

1.2K 66 75
                                    

Rissa menggigit ujung jari tangannya sembari berpikir keras mengenai Sean. Apa mungkin Sean seperti yang dituduhkan Daniel? Yang Rissa tahu Sean adalah pria yang sederhana. Dia memang selalu punya uang untuk mengajak Rissa jalan, pergi dan membelikan Rissa makanan atau barang mahal. Tapi, Sean yang dulu bersamanya berbeda dengan Sean yang kini bersama Linda.

Sean yang bersama Linda tiba-tiba menjadi seseorang yang besar. Memiliki ini-itu. Entah dari mana kekayaan yang Sean miliki. Tapi, Rissa tidak berpikir kesana-sana. Dia hanya memikirkan cara terbaik melupakan Sean.

Daniel melihat Rissa duduk di ruang televisi menonton film horor. Tapi wajah Rissa datar dan tatapan matanya kosong.

Dia duduk di sebelah Rissa.

"Wohoo!" Rissa berjengit kaget saat tiba-tiba Daniel duduk di sebelahnya. Matanya melebar menatap Daniel.

"Apa?" tanya Daniel santai.

"Kirain hantu."

"Mana ada hantu setampan ini, Riss?" Kata Daniel dengan wajah sombong.

"Idih." Rissa membuang pandangan ke arah televisi.

Daniel benar. Tidak ada hantu setampan dia. Kalau pun ada itu pasti bukan hantu. Itu Daniel. Hidung mancungnya yang tegak sempurna. Rambutnya yang hitam lebat. Alisnya yang tebal. Matanya yang hitam sempurna dengan bulu mata lentik yang bahkan mengalahkan kelentikan bulu mata Rissa yang perlu dipolesi mascara agar lebih lentik, panjang dan tebal dibandingkan Daniel.

Dan lihat tubuh atletis Daniel! Menambah kesempurnaan Daniel di mata banyak wanita tak terkecuali Rissa. Tapi, Rissa perlu sadar diri. Daniel terlalu sempurna untuk dimilikinya meskipun dia kini adalah milik Daniel sepenuhnya karena terikat dengan pernikahan dan perjanjian.

"Soal Sean..."

Mata mereka bersitemu.

"Kenapa?"

"Dia pernah mengirimimu pesan kan."

Rissa heran Daniel sepertinya tahu kalau Sean pernah mengirimnya pesan.

"Iya." Jawab Rissa jujur.

"Kenapa nggak dibales?"

"Eh? Kamu tahu?" Rissa menduga Daniel melihat ponselnya.

"Iya, kebetulan aku liat hp kamu terus aku nggak sengaja baca pesan Sean."

"Itu kan privasi aku, Niel." Rissa tampak marah dengan sikap Daniel yang mengobrak-abrik privasinya.

"Aku bilang nggak sengaja—"

"Kamu sengaja! Kamu kepo kan? Mau tahu isi chat di ponsel aku?"

"Ya, karena aku ketahuan aku ngaku aja sekalian. Aku cuma mau tahu aja apa Sean masih ngabarin kamu atau nggak."

"Kenapa? Karena kamu juga masih ngabarin Linda begitu?" Rissa melotot pada Daniel.

Untung Daniel sabar dia tidak membalas pelototan mata Rissa. Andai mereka saling melotot akan jadi apa mereka ke depannya.

"Aku nggak pernah ngabarin Linda ya."

"Terus kenapa pengen tahu Sean masih ngabarin aku atau nggak?"

"Karena Sean masih suka sama kamu."

Rissa tidak berkomentar apa-apa. Dia hanya diam menatap Daniel.

"Puas? Seneng karena Sean masih ada rasa sama kamu?"

"Aku emang nggak bisa dilupain begitu aja." Rissa membuang wajah sembari senyum malu-malu.

"Ishhh!"

Daniel punya rencana mengenai Sean ini. Dia perlu tahu semua hal tentang Sean. Dia ingin menyelamatkan Linda dan keluarganya. Dan Daniel melihat Rissa bisa dimanfaatkan untuk memancing Sean. Tapi, Daniel tidak tega memasukan Rissa ke dalam rencananya. Apalagi Rissa juga akan menjadi ibu dari anak-anaknya nanti meskipun dia tidak tahu kelanjutan hidupnya dengan Rissa.

"Aku mau berubah."

Daniel menoleh pada Rissa. Dahinya mengernyit. "Berubah?"

"Ya. Aku mau berubah jadi Nyonya. Hahaha." Rissa terbahak membayangkan dirinya mengenakan pakaian sosialita sambil menjinjing tas hermes.

"Sekarang kan kamu udah jadi Nyonya."

"Maksudku, penampilanku. Aku juga harus berubah. Sedikit bandit."

"Sedikit nakal?" tanya Daniel yang tidak mengerti arah perubahan Rissa.

"Ya." Rissa tersenyum lebar.

"Nggak usah. Jadi Rissa yang biasa aja. Jangan sampai nanti Thalita tinggal di sini lagi." Daniel memperingatkan.

"Dia udah jadi tukang kebun. Udah, jangan bahas Thalita lagi aku nggak mau diawasin sama Thalita lagi."

Hening.

Mereka sama-sama fokus menatap layar televisi. Saat hantu dengan pakaian putih keluar dengan menyeramkan, Rissa menutup wajahnya dengan tangan seakan-akan hantu itu keluar dari televisi.

"Hantunya masih ada?" tanya Rissa dengan tangan yang masih menutupi wajahnya.

"Udah nggak ada."

Perlahan Rissa membuka mata. Mengintip dari balik jari-jari tangannya. Dia mengambil remote tv dan langsung mematikan televisinya.

"Kok dimatiin?" tanya Daniel.

Dengan eskpresi malu Rissa menjawab, "Aku takut."

***

Vote dan komentarnya ditunggu yaa ^^

Marriage With Benefit (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang