• 1 | Awake |

67 10 2
                                    

• CHEATER •

.

.

.

.

>DISCLAIMER<

All Genshin Impact characters belongs to:
HoyoVerse

Original Characters belongs to:
Area_0206

> Content & Trigger Warning <

Cerita mengandung kata kata kasar seperti makian dan sarkastik.
Mengandung adegan kekerasan baik fisik maupun mental.

Chapter 1
Awake

.

.

.

.

Dingin..

Apa ini? Dimana aku? Kenapa semuanya gelap? Dan yang terpenting lagi.. Kenapa tubuhku sangat dingin, aku bahkan tidak bisa menggerakkan satu jari pun, mengapa tubuh ku ini seolah olah beku?

Aku mencoba mengingat apa yang terjadi terakhir kali, meskipun samar, aku bisa mengingat yang terjadi padaku sebelum aku berakhir seperti ini.

Ledakan.

Samar samar ku ingat, bunyi keras dari ledakan yang muncul bertubi-tubi seperti tidak ada habisnya. Teriakan panik, tangisan histeris, semuanya bergabung dalam ingatan ku.

Pemandangan mengerikan dari bangunan bangunan yang runtuh dari ledakan bom yang seolah tidak ada habisnya, orang-orang yang berlarian menyelamatkan diri. Dan orang-orang yang harus kehilangan nyawa mereka di tragedi itu.

Kalau begitu. Apa yang terjadi pada ku?

Jika aku selamat, mengapa aku tidak bisa membuka mata? Atau bahkan menggerakkan jari sekalipun? Apa aku mengalami kebutaan dan kelumpuhan?

Kalau iya, mending mampus saja aku.

Dan kalau aku mati—

"Panaskan tubuhnya, lakukan dengan cepat. Ia akan mati."

?!

Suara siapa itu?!

"Pembekuan seperti nya sedikit mempengaruhi kondisi fisiknya."

Pembekuan? Jadi benar dugaan ku. Sebentar, kok aku bisa dibekuin??

Aku merasa seperti tubuhku dipindahkan oleh suatu alat yang kagak ku tau wujudnya. Yaiyalah mata saya masih merem.

Tak lama, tubuhku mulai terasa hangat. Seperti nya proses pemanasan telah dimulai.

Beberapa menit telah berlalu, kini aku benar-benar sudah merasa seperti suhu biasa. Bukan dingin seperti tadi.

Perlahan, aku mulai membuka mata ku. Sedikit sulit sih, kayak ada lem yang nempel diantara bulu mataku.

Hal pertama yang kulihat adalah, langit-langit putih dan siluet banyak orang.

"Pasien telah sadar."

.

.

.

.

Gadis yang baru saja tersadar dari tidur panjangnya itu menatap sekitarnya, ruangan putih dengan bau obat obatan medis yang menganggu Indra penciuman nya.

Netra matanya memandang pada luar jendela, yang hanya menampakkan langit biru yang cerah dengan sinar matahari yang menyilaukan mata.

Suara pintu terbuka seketika mencuri perhatian sang gadis dalam sekejap mata, seseorang memasuki ruang rawatnya. Seorang pemuda tinggi dengan rambut pirang dan mata biru yang menghipnotis siapapun yang melihatnya.

Bak visual seorang male lead di sebuah komik. Tidak nyata, sangat terasa tidak nyata.

Terpesona? Lumayan.

Gadis itu mengernyitkan dahi ketika melihat laki laki itu berhenti tepat di depan nya. Belum sempat bibirnya mengucap kata, disela lebih dulu olehnya.

"Saya Nathan, manusia hasil modifikasi, nona (Name)." Nathan berkata tanpa nada, ekspresi wajah nya datar. Matanya kelam, seolah tidak ada kehidupan disana, meski hal itu akan sulit disadari.

(Name) mengangkat sebelah alisnya, merasa tertarik dengan kata manusia modifikasi.

Apakah itu artinya, dia adalah versi sempurna dari manusia? Jika iya, itu menjelaskan mengapa visual nya terasa tidak nyata.

"Nathan ya? Darimana kau tau namaku?" tanya (Name) curiga. Ia merasa was was, tempat asing ini belum ada orang yang bisa ia percaya.

Nathan menjawab. "Saya melihat data anda dari file diberikan tuan Farel, nona (Name)."

'Siapa lagi ini Farel? Nama nya indo bet. Pasti orang indo.' batin (Name) menebak-nebak.

"Siapa itu Farel?" Pertanyaan itu sontak dibalas oleh gelengan kepala dari Nathan.

"Saya dilarang memberitahu anda sebelum ada perintah dari atasan." Jawaban Nathan membuat (Name) berdecih.

'Dasar anjing tuan.' batin (Name) mengumpat.

"Lantas." (Name) menyandarkan dirinya pada ranjang pasien.
"Kau kesini mau apa?"

Nathan menatap serius netra mata sang gadis di hadapan nya, "Saya ditugaskan untuk mengawasi nona."

Hah?

(Name) sedikit melongo sebelum terkekeh pelan. Ia memejamkan matanya sambil merilekskan tubuhnya.

"Sialan, dikira tahanan?" (Name) berdecih kala pemikiran nya masuk begitu saja.

"Anda bukan tahanan, nona. Anda adalah pasien tuan Farel." Nathan menyahut tanpa diminta.

"Aku tak minta kau menjawab." (Name) menatap punggung tangan nya yang dipasangi infus.

Sementara itu, Nathan hanya diam. Ia tak membalas ucapan (Name).

Normalnya, jika seseorang dibalas ucapan seperti yang (Name) berikan tadi, ada dua kemungkinan reaksi. Kesal dan sabar.

Tapi, Nathan tidak ada di keduanya. Ia tidak kesal ataupun sabar. Ia tidak memiliki emosi.

Tiba-tiba saja, pintu kamar rawat sekali lagi terbuka. Kali ini, yang masuk adalah seorang pemuda tampan dan perempuan cantik yang sama sama berambut hitam.

(Name) mengernyitkan dahi. 'Siapa mereka?'

.

.

.

.

{To Be Continued}

Weits, chapter satu selesai kawan.

Jangan lupa buat vote dan comment ya. Kalau ada saran dan kritik silahkan tapi jangan mengandung kebencian yak.

Wokeh. See u later!

CheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang