002 ; Punishment

447 109 11
                                    

[NAME] menatap ke arah orang-orang di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[NAME] menatap ke arah orang-orang di depannya. Sekarang adalah bagian hukuman. Semua kena hukuman, bahkan anggota OSIS sekalipun yang melanggar peraturan.

Uriel dan Alberu salah satunya.

Mereka semua langsung disemprot dan diomeli oleh Cruel, selalu ketua OSIS, dan Seolhwa, wakilnya.

[Name] dan Sangah selaku petugas jaga hari ini, juga harus hadir dan memandangi para siswa-siswi yang melanggar peraturan.

Di SMA mereka, ketika ada yang melanggar peraturan, maka OSIS yang memergokinya akan menjadi pengawasnya.

Kalau sudah melakukan kesalahan lebih dari 4 kali, maka OSIS langsung yang turun tangan dan memberikan masa hukuman selama seminggu penuh.

Kapasitas maksimal siswa-siswi yang berada di bawah pengawasan OSIS 4 orang.

Uriel harus bersyukur karena dia lolos dari masa hukuman. Tapi tidak bagi Alberu, Cale, Dokja, dan Deon.

Cruel menatap ke arah [Name], "kamu mau ambil 2 atau langsung 4 orang sekaligus?"

"2 aja kak." [Name] membalas tanpa ragu. "Sisanya biar Sangah aja yang handle."

"Eh! Engga! Engga!" Sangah menolak. "Aku udah harus ngurus Sooyoung sama Jihye!"

"Ih, nambah 2 doang!"

"Uriel aja!"

"Uriel ga bisa, soalnya udah ngelanggar aturan 2 kali." Seolhwa menyambar pembicaraan mereka berdua.

Uriel membusungkan dadanya bangga. "Itu bukan hal yang bisa kamu banggakan." Lanjut Seolhwa, memotek hari Uriel semudah itu.

[Name] menghela napas, menyadari bahwa dia tidak memiliki apapun untuk melawan perintah dari ketua OSIS dan wakilnya.

Ujung-ujungnya, [Name] harus mengurus keempat orang itu. Han Yoohyun, laki-laki yang tadi menyapanya hanya bisa menyeringai. Meledek nasib perempuan itu.

[Name] mendekati keempat laki-laki di depannya. Bertujuan untuk memperkenalkan dirinya, "saya [Name] Shanaya Putri."

"Saya kelas X IPS 1, kalau ada apa-apa ke kelas aja. Nanti saya bakal WA satu-satu pulang sekolah, mohon bantuannya seminggu ini." [Name] menjelaskan berusaha sesingkat mungkin.

Dia menatap ke arah jam tangannya, "udah ya kak, saya sibuk." Dengan begitu, [Name] meninggalkan mereka berempat.

Dokja berdecih, "sibuk katanya. Anak kelas 10 sibuk apaan?"

"OSIS emang sibuk," Alberu menjawab pertanyaan Dokja. "Apalagi [Name] itu paling benci sama yang namanya OSIS."

"Kalau benci ngapain jadi OSIS?" Dokja kembali bertanya.

"Dijebak sama temennya." Alberu menjawab dengan kekehan. Dia sering sekali mendengar keluhan gadis itu setiap kali melaksanakan tugas OSIS, ataupun rapat.

"Udah ah, laper." Cale berdiri dari tempat mereka duduk tadi.

"Eh, tunggu anjir!" Dokja langsung mengejar Cale dengan Deon.

***

"Sangah mana?" [Name] melongo, mencari-cari sosok perempuan bersurai coklat.

"Sangah tadi dapet laporan kalau Sooyoung berantem lagi." Jawab Uriel, gadis itu sibuk memakan bakso pesanannya.

"Sooyoung ga kapok-kapok." [Name] menghela napas.

"Caper kali sama Sangah." Uriel membalas tanpa dosa.

"Bro? 🌈🌈."

"Anjir." Uriel baru sadar sama ucapannya sendiri. "Bercanda Sangah, Sooyoung."

[Name] mengaduk-aduk teajus miliknya dengan sedotannya, menatap ke arah semua siswa-siswi yang berkumpul karena istirahat.

"Abis ini pelajaran apaan dah?" Uriel berucap sembari mengunyah baksonya. "Sejarah dulu atau Sosiologi dulu?"

"Sosiologi, baru Sejarah." [Name] membalas tanpa menatap ke arah Uriel.

"Eh, nanti ada rapat ya? jam 3 kan?" Uriel kembali bertanya, [Name] mengangguk sekali lagi.

[Name] akhirnya menatap ke arah Uriel, ketika gadis itu tidak sengaja bersitatap dengan seseorang.

Melihat kelakuan sahabatnya, Uriel mengerutkan keningnya bingung. Kenapa nih bocah?

Tapi bagi Uriel, bakso lebih penting. Jadi gadis itu meneruskan makan bakso miliknya.

"Ri, Ri! Makannya udah belom?" bisik [Name] menutupi wajahnya.

"Sabar dikit elah, sisa 3 lagi ini." Sahut Uriel, meniup-niup bakso di garpunya.

"Udah, tinggalin aja."

Uriel melotot mendengar suruhan [Name], dia menabok tangan gadis itu. "Enak aja! Sampai mati pun aku tidak akan meninggalkan bakso ku!"

"Nanti aku beliin lagi!"

"Engga!"

"Ri!"

"Uriel, [Name]." Suara itu menghentikan perdebatan kedua gadis tersebut.

Dengan terpatah-patah, Uriel menelan baksonya. Mereka berdua menatap ke arah sumber suara, Rosalyn.

Rosalyn tersenyum kepada keduanya, "ngapain?"

Glek.

"M-makan." Balas Uriel terbata-bata.

Rosalyn menunjukkan ke arah kertas yang dia bawa. "Uriel, kamu belum bayar uang kas 2 bulan, tapi bisa makan bakso. Maksud kamu apa?"

"Mampus." [Name] bersyukur Bundanya selalu mengingatkannya untuk membayar uang kas, jadi dia tidak perlu mendengarkan celotehan Rosalyn.

Kadang malah Bunda yang bayar.

"Lyn, aku bisa jelasin."

"Basi."

"Udah dibilangin buat kabur." Gumam [Name].

Uriel berjanji akan lebih mendengarkan ajakan [Name].

***

"Aku ga punya nomornya kak Cale sama kak Dokja."

"Nanti aku kirim." [Name] mengangguk mendengar jawaban Alberu. Dia tidak lupa berterima kasih kepada laki-laki itu.

Sekarang mereka lagi berada di kelas yang para siswa-siswi nya sudah pada pulang semua. Bukan apa, mereka mau menyiapkan untuk rapat nanti.

Ceklek!

Pintu dibuka, menampilkan anggota OSIS lainnya yang baru saja datang.

Dengan begitu akhirnya kelas kembali ramai. Dan rapat segera dimulai.

Selesai rapat biasanya [Name] dan Uriel akan mampir ke gacoan langganan mereka. Tapi sayangnya kali ini [Name] menolak, dia harus mengurus anak-anak yang berada di bawah pengawasannya.

"Ya udah hati-hati ya," Uriel menatap [Name] yang sedang memakai helm GojEk.

[Name] mengangguk, "lo jangan pulang malem."

"Nanti palingan gua ke bakso Aci dulu sama kak Sangah." Jawab Uriel santai. Melambaikan tangannya pada [Name] yang semakin menjauh.

Selama di perjalanan motor, [Name] menghubungi 2 kontak yang telah dikirim oleh Alberu. Kontak Cale dan Dokja.

Setelah itu, baru dia mematikan handphonenya.

Ini akan menjadi hari yang panjang.

Let Love Burn! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang