11.

2.7K 246 12
                                    

Misi dadakan dengan bayaran melejit itu tentunya membuat Haechan juga bersemangat hari ini, villa milik keluarga Ziang terletak lumayan jauh di dalam hutan, tetapi ini memudahkan mereka untuk memalsukan jejak. 

Haechan sudah berada di depan terlebih dahulu, sedangkan Jeno dan Jaemin mengawasi dari dalam mobil jeep yang terparkir di dalam hutan. Jeno telah memastikan semua CCTV yang ada di jalanan ini berhasil ia retas. Sebuah drone kecil yang dikembangkan oleh Jeno akhir-akhir ini pada hari ini digunakan secara perdana, ukurannya sebesar burung gereja dan itu memudahkan mereka untuk menyelinap. 

"Aku sudah mendapatkan gambaran villa," Jeno melihat pada laptopnya yang menampilkan keseluruhan gambaran villa dari dalam hingga luar, 

"Mereka tidak meletakkan banyak penjaga di dalam," ujar Jaemin setelah melihat peta villa yang lengkap dengan dimana posisi semua orang sekarang. 

"Tidak ada yang tahu perihal villa ini, mungkin karena itu," jawab Jeno. Ia memberikan arahan pada Haechan untuk maju setelah semua penjaga di luar dilumpuhkan, Haechan hanya perlu 'menikmati' hidangan utama saja. 

"Kamar Tuan Ziang ada di paling bawah, kau bisa memulai darisana. Aku sudah mengirimkan padamu petanya," jelas Jeno pada Haechan, 

Sementara itu Haechan yang kini masih menunggu di atas dahan pohon beringin melihat peta yang dikirimkan oleh Jeno melalui alat semacam GPS yang berfungsi sebagai pelacak untuk mengetahui letak satu sama lain dan hanya untuk membuka maps. 

"Dimengerti," setelah mendapatkan pengarahan dari Jeno, Haechan menunggu kode dari yang lain apakah penjagaan sudah dilumpuhkan, mereka melakukan serangan pada waktu lewat tengah malam ketika semua orang masih tertidur.

"Semua area clear," kode yang ditunggu Haechan akhirnya muncul, ia melompat dari atas pohon kemudian berlari masuk ke dalam villa, tujuan pertama adalah Tuan Ziang yang ada di kamar utama lantai 1 bersama dengan istrinya. 

Selagi para bawahan Jaemin lainnya merampas harta, Haechan berhasil membunuh Tuan Ziang dan Nyonya Ziang yang masih tertidur lelap dengan menikam jantung kedua orang itu secara bersamaan, jadi Haechan pastikan tidak ada yang saling menolong atau mencegahnya. 

Hal menyenangkan ketika menjadi hybrid pembunuh adalah, mereka tidak memiliki sidik jari seperti manusia. Dan pada hari ini pun Haechan menggunakan sepatu yang banyak digunakan oleh masyarakat, Jaemin tidak pernah luput untuk hal kecil yang bisa dijadikan barang bukti oleh polisi. 

Setelah selesai dengan Tuan dan Nyonya Ziang, Haechan pergi menuju ke kamar yang ditempati oleh anak-anak Tuan Ziang, dari peta yang dikirim oleh Jeno, keempat anak laki-laki Tuan Ziang tidur di satu kamar yang sama, begitu pula dengan anak perempuannya.

 Ketika Haechan membuka pintu kamar yang ditempati anak laki-laki Tuan Ziang, rupanya dua anak laki-lakinya masih dibawah umur, sepertinya masih belasan tahun. Dan itu tentu saja memudahkan Haechan untuk menghabisi kakak tertua mereka terlebih dahulu. Haechan mengunci pintu kamar sebelum melakukan aksinya, agar mereka tidak ada yang bisa kabur. 

Haechan menikam jantung kakak tertua secara bergantian dengan jeda waktu sebentar, hanya beberapa detik karena mereka berdua agak berjauhan dari kasur. 

Kedua anak muda yang lain berteriak, satu lagi terdiam karena terlalu terkejut. Lantas Haechan menarik tangan kedua anak yang masih hidup. Satu pisau kecil Haechan lempar tepat ke kepala anak kecil yang paling banyak berteriak, baru kemudian ia menikam anak yang masih diam.

"Kau akan hidup bahagia di surga sana," ucap Haechan sebelum menikam anak itu, setelah Haechan selesai. Ia keluar dari kamar dan menuju ke kamar terakhir, saat itu ia mendengar suara langkah kaki, 

Rendezvous (Nahyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang