Farel terbangun dengan kepala terasa berat dan dada sesak. Cahaya menyilaukan memasuki matanya yang belum sepenuhnya sadar. Mencoba mengingat, dia teringat akan api, asap, dan suara teriakan. Panti asuhan. Api. Dia tercekik oleh emosi yang menyesakkan. Kengerian dari kejadian semalam masih membekas dalam pikirannya.
Namun, saat dia membuka mata, dia tidak berada di tengah-tengah kobaran api. Dia terbaring di atas kasur yang nyaman, dengan selimut yang hangat menutupinya. Bingung, dia menatap sekeliling. Ini bukan panti asuhan. Ini bukan tempat yang dia kenal.
Sebuah suara lirih memecah keheningan. "Papa, apakah Papa sudah bangun?"
Farel menoleh ke arah suara itu dan mendapati seorang anak kecil berdiri di depan pintu, sepasang mata kecil memperhatikannya dengan penuh kekhawatiran. Anak itu mengenakan seragam sekolah dan tas punggung yang terlihat terlalu besar untuk tubuh kecilnya.
"Papa, aku harus pergi ke sekolah sekarang. Bisakah Papa mengantarkan aku?"
Farel terkejut. Anak itu memanggilnya "Papa". Apa yang terjadi padanya? Mengapa dia berada di sini? Dan siapa anak ini?
Tiba-tiba, ingatannya muncul. Panti asuhan. Api. Dan kemudian, kekosongan.
Dia menatap tangan yang menempel pada tubuhnya. Tangan dewasa. Tidak lagi milik seorang remaja yang baru berusia 19 tahun.
Mata Farel melebar saat dia menyadari kebenaran yang mengejutkan. Dia tidak lagi berada di tubuhnya sendiri. Dan yang lebih mengejutkan, dia sekarang menjadi seorang pria dewasa dengan tiga anak.
Dengan gemetar, dia menjawab anak kecil itu, "Ba-baiklah. Papa akan mengantarmu ke sekolah."
Anak kecil itu tersenyum lega dan berbalik untuk mengambil sepatunya. Sementara itu, Farel mencoba merangkai pikiran dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia bangkit dari tempat tidur dengan hati-hati, mencoba menyeimbangkan tubuh barunya yang terasa asing.
Setelah berhasil bangun, Farel berjalan menuju kamar mandi. Di dalam cermin, dia melihat wajah asing. Wajah seorang pria berusia tiga puluhan, memiliki kulit putih, wajahnya sedikit kedominan cantik dan ada bekas luka kecil di pelipisnya.
Dia mencipratkan air ke wajahnya, berharap ini semua hanyalah mimpi buruk. Namun, sensasi dingin air di kulitnya mengkonfirmasi realitas yang aneh ini.
"Papa, cepatlah! Kita sudah hampir terlambat!" Suara anak itu terdengar lagi dari luar.
Farel menghela napas panjang dan mengangguk, meskipun anak itu tidak bisa melihatnya. Dia berjalan keluar dari kamar mandi dan menemukan dua anak laki-laki lagi di ruang tamu, seumuran dengan anak pertama, sekitar tujuh atau delapan tahun. Mereka semua mengenakan seragam sekolah yang sama.
"Selamat pagi, Papa!" sapa kedua anak laki-laki itu dengan ceria.
Farel mencoba tersenyum, meskipun hatinya masih diliputi kebingungan. "Selamat pagi," jawabnya dengan suara yang berusaha terdengar normal.
Salah satu anak laki-laki mengernyitkan dahi. "Papa, kenapa Papa terlihat aneh?"
"Papa hanya sedikit pusing," jawab Farel, mencoba meyakinkan anak-anak tersebut dan dirinya sendiri. "Mari kita pergi sekarang, agar kalian tidak terlambat."
Dia mengambil kunci mobil yang tergantung di dekat pintu dan mengantar anak-anaknya keluar. Di luar, dia menemukan sebuah mobil keluarga terparkir di garasi. Farel membantu anak-anak masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman mereka.
Selama perjalanan, anak-anak berbicara dengan riang tentang kegiatan sekolah dan teman-teman mereka. Farel hanya bisa mendengarkan dengan setengah perhatian, pikirannya terus berusaha mencari jawaban atas apa yang terjadi padanya.
Sesampainya di sekolah, anak-anak turun dan melambaikan tangan ke arah Farel. "Sampai jumpa, Papa!" teriak mereka serempak.
Farel membalas lambaian tangan mereka dengan senyum yang lebih tulus kali ini. Meskipun masih bingung, ada perasaan hangat yang mengalir di hatinya melihat kebahagiaan anak-anak itu.
Saat dia kembali ke mobil dan duduk di kursi pengemudi, Farel menghela napas panjang. Kehidupan barunya dimulai hari ini, dan dia harus menemukan cara untuk menjalaninya. Meski banyak pertanyaan yang belum terjawab, Farel merasa ada harapan di depan sana, di kehidupan barunya ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vote and comen ya lupp🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
become a father?_SLOW UPDATE⁉️
Short StoryFarel diantara adalah anak yatim piatu dari sebuah panti asuhan bunda kasih. Dari kecil ia dibesarkan sangat baik di panti asuhan tersebut, tetapi sampai usianya 19 tahun ada kejadian yang tak terduga. Yaitu panti asuhan yang ia tempati terbakar da...