Setelah mengantarkan anak-anak ke sekolah, Farel, atau lebih tepatnya, jiwa yang menghuni tubuh baru ini, mencoba merapikan pikirannya. Dia masih belum percaya dengan apa yang terjadi. Bagaimana mungkin dia berada di tubuh orang lain, sebagai seorang pria dewasa dengan tiga anak?
Dengan perasaan campur aduk, Farel kembali ke rumah. Setibanya di sana, dia memutuskan untuk menjelajahi rumah yang kini dia tempati. Di ruang tamu, dia menemukan sebuah foto keluarga tergantung di dinding, menggambarkan seorang wanita cantik bersama tiga anak laki-laki kecil yang tersenyum bahagia. Hati Farel berdebar melihat foto itu. Dia mengerti sekarang. Dia berada di tubuh seorang duda yang telah kehilangan istri dan harus merawat ketiga anaknya sendirian.
Di tengah kebingungannya, Farel berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Dia mulai dengan hal-hal dasar: memasak sarapan, membersihkan rumah, dan mengatur barang-barang anak-anak. Meski canggung, dia merasakan kehangatan yang timbul di antara mereka. Setiap kali anak-anak menyebutnya "Papa," hatinya teriris. Meskipun bukan benar-benar ayah mereka, dia merasakan tanggung jawab besar terhadap mereka.
Hari pertama berakhir dengan kelelahan luar biasa. Setelah menidurkan anak-anak, Farel duduk di ruang tamu dengan secangkir teh. Pikirannya melayang kembali ke panti asuhan, tempat dia tinggal sebelum semua ini terjadi. Ingatan tentang api, asap, dan teriakan membuatnya merasa mual. Bagaimana dia bisa berakhir di sini?
Ponselnya berdering, mengganggu lamunannya. Nama yang tidak dikenal muncul di layar. "Halo?" jawabnya ragu-ragu.
"bagaimana anak-anak? Aku berharap semuanya baik-baik saja," kata suara wanita di seberang.
"Anak-anak baik-baik saja. Mereka sudah tidur sekarang," jawab Farel, berusaha terdengar normal.
Wanita itu melanjutkan, "Jangan lupa, besok ada rapat orang tua murid di sekolah. Aku tahu ini sulit bagimu, tapi kita harus tetap kuat demi anak-anak."
Farel menelan ludah, merasa beban tanggung jawab ini semakin nyata. "Ya, aku akan datang," jawabnya pelan.
Setelah menutup telepon, Farel kembali merenungkan percakapan tadi. Dia harus menghadapi kenyataan ini, menjadi ayah yang baik untuk anak-anak ini, setidaknya sampai dia menemukan jawaban atas misteri hidupnya.
Esok harinya, Farel menghadiri rapat orang tua murid di sekolah. Di sana, dia bertemu dengan orang tua lainnya dan mendengarkan informasi penting tentang pendidikan anak-anak. Meskipun merasa seperti orang asing, dia berusaha berpartisipasi dan memahami tanggung jawabnya.
Seusai rapat, seorang ibu mendekati Farel. "Halo, kamu pasti Papa dari Andi, Budi, dan Candra, ya?"
Farel tersenyum canggung. "Ya, benar. Saya Farel."
"Ibu Rina," wanita itu memperkenalkan dirinya. "Anak-anakmu tampak ceria di sekolah. Mereka pasti sangat menyayangimu."
"Terima kasih, Bu. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik," jawab Farel dengan rendah hati.
Setelah pertemuan itu, Farel merasa sedikit lebih percaya diri. Dia mulai memikirkan cara untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Dia berusaha mengikuti rutinitas sehari-hari dengan lebih teratur: bangun pagi, menyiapkan sarapan, mengantar anak-anak ke sekolah, dan bekerja di kantor.
Di kantor, Farel menyadari bahwa tubuh barunya adalah seorang manajer di perusahaan menengah. Awalnya, dia merasa kewalahan dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang datang bersamanya. Namun, berkat catatan-catatan dan bantuan dari rekan kerja, dia perlahan-lahan menyesuaikan diri.
Suatu hari, setelah pulang dari kantor, Farel melihat anak-anak sedang bermain di halaman belakang. Dia bergabung dengan mereka, mencoba menikmati momen kebersamaan ini. Andi, yang tertua, mendekatinya. "Papa, kapan kita akan liburan lagi? Aku rindu jalan-jalan bersama Mama."
Farel merasa sakit mendengar pertanyaan itu. "Papa akan mengatur waktunya, Andi. Kita pasti akan liburan lagi," jawabnya, berusaha terdengar tegar.
Malam harinya, saat anak-anak sudah tidur, Farel merenungkan pertanyaan Andi. Dia membuka jurnal yang pernah ditemukan di meja kerja, mencari petunjuk tentang kehidupan pria yang tubuhnya kini dia tempati. Di dalam jurnal itu, dia menemukan cerita-cerita tentang kenangan indah bersama istri dan anak-anak. Ada catatan tentang perjuangan dan kesedihan setelah kehilangan istri, namun juga ada harapan dan kekuatan untuk terus maju demi anak-anak.
Suatu malam, setelah memastikan anak-anak tidur nyenyak, Farel duduk di ruang tamu dengan secangkir teh. Dalam keheningan malam, dia merenungkan nasibnya yang tak terduga. Hati dan pikirannya dipenuhi oleh ketidakpastian yang tak terbayangkan sebelumnya. Namun, di tengah keheningan itu, dia bertekad untuk menemukan jawaban atas misteri yang menyelimuti kehidupannya yang baru ini.
Farel memutuskan untuk mencari bantuan. Keesokan harinya, setelah mengantar anak-anak ke sekolah, dia menuju ke perpustakaan kota. Dia mencari buku-buku tentang fenomena supranatural, reinkarnasi, dan pengalaman di luar tubuh. Dia berharap menemukan petunjuk yang bisa menjelaskan situasinya.
Di perpustakaan, dia bertemu dengan seorang pustakawan tua yang tampak bijak. "Apa yang bisa saya bantu?" tanya pustakawan itu.
"Saya sedang mencari buku tentang pengalaman di luar tubuh dan reinkarnasi," jawab Farel, sedikit ragu.
Pustakawan itu mengangguk dan mengantar Farel ke bagian yang relevan. "Banyak orang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup. Semoga Anda menemukan apa yang Anda cari."
Farel berterima kasih dan mulai membaca buku-buku yang dia temukan. Dia terhanyut dalam cerita-cerita tentang jiwa yang berpindah tubuh, kehidupan setelah kematian, dan misteri alam semesta. Meski tidak menemukan jawaban pasti, dia merasa sedikit lega mengetahui bahwa dia tidak sendirian dalam pencariannya.
Setelah beberapa jam di perpustakaan, Farel pulang dengan pikiran yang penuh. Dia menyadari bahwa untuk menemukan jawaban, dia harus menerima kehidupan barunya dan berusaha menjalani perannya dengan baik.
Hari-hari berlalu, dan Farel semakin terbiasa dengan kehidupan barunya. Dia belajar lebih banyak tentang anak-anak, mendengarkan cerita-cerita mereka, dan berusaha menjadi ayah yang baik. Meski pertanyaan tentang identitasnya masih menghantuinya, dia menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan dengan anak-anak.
Suatu malam, saat duduk di tepi tempat tidur, Farel merasa ada kehangatan yang mengisi hatinya. Dia menyadari bahwa meski berada di tubuh orang lain, dia memiliki kesempatan untuk membuat perbedaan dalam hidup anak-anak ini. Dia bertekad untuk melindungi dan membimbing mereka, seperti seorang ayah sejati.
Dalam keheningan malam, Farel berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah. Dia akan terus mencari jawaban, tetapi dia juga akan menjalani kehidupan barunya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Dengan tekad yang kuat, dia menghadapi hari-hari mendatang dengan harapan dan keyakinan bahwa dia bisa menjalani peran barunya dengan baik.
Kehidupan baru ini penuh dengan tantangan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi Farel untuk menemukan makna dan tujuan baru dalam hidupnya. Dengan langkah yang mantap, dia bersiap menghadapi hari-hari yang akan datang, dengan harapan dan keyakinan bahwa dia bisa menjalani peran barunya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vote and comen ya lupp 🤗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
become a father?_SLOW UPDATE⁉️
Short StoryFarel diantara adalah anak yatim piatu dari sebuah panti asuhan bunda kasih. Dari kecil ia dibesarkan sangat baik di panti asuhan tersebut, tetapi sampai usianya 19 tahun ada kejadian yang tak terduga. Yaitu panti asuhan yang ia tempati terbakar da...