Bab 2 : Topi Merah

3 1 0
                                        

Happy Reading!

Julliana baru sampai di rumahnya saat hari mulai gelap. Barang - barang yang harus di bawanya cukup rumit dan banyak untuk ia bawa esok hari. Belum lagi ia terjebak macet karena berbarengan dengan jam pulang orang - orang dari kantor, ia bahkan harus beberapa kali mengganti ojek online yang dipesannya, karena mereka tidak mau mengantar Julliana yang rumahnya sangat jauh dan melawan kemacetan hanya untuk beberapa puluh ribu. Sehingga, Julliana sudah sangat kelelahan saat ia sampai kerumahnya.

Ayah dan kakaknya sepertinya belum pulang karena Julliana hanya melihat ibunya yang sedang menonton tv, terlihat acuh dengan kepulangannya.

Julliana tidak terlalu memikirkannya dan lebih memilih untuk menuju kamarnya mengingat bau jalanan sudah sangat menempel di tubuhnya. Sesaat Julliana memasuki kamar, ia bisa mendengar ibunya berbicara dengan seseorang. Tanpa melihatpun Julliana tahu jika ia sedang berbicara dengan kakaknya.

Pertanyaan dan ucapan kekhawatiran ibunya melihat anaknya yang baru saja pulang membuat Julliana enggan untuk mendengar lebih lama pembicaraan mereka dan memilih untuk masuk kamar mandi membersihkan dirinya.

Selesai membersihkan diri, Julliana berjalan menuju dapur rumahnya, mencari makanan yang bisa mengisi perutnya yang sudah sangat kelaparan. Karena tidak ada apapun di dapur,  Julliana berfikir mungkin sang ibu sedang tidak memasak. Ibunya adala tipe ibu rumah tangga seperti pada umumnya, namun kadang ia juga tidak akan memasak jika merasa malas ataupun bingung mau memasak apa dan Julliana sudah mengerti hal itu.

"Mama ga masak?" Pertanyaan Julliana diangguki ibunya yang masih asik dengan tontonannya.

"Ayam goreng di lemari jangan di makan." Ucapan ibunya bisa dengan mudah Julliana pahami. Biasanya makanan yang tidak boleh Julliana makan adalah makanan yang sudah disiapkan ibunya untuk kakaknya. Julliana mencoba mengerti agar dia tidak merasa iri dan lebih memfokuskan pikirannya untuk memikir apa yang harus dia masak.

Akhirnya pilihannya jatuh pada miie instan dengan telur dan sayur yang membuat nafsu makannya kembali membuncah.

Dalam sekejab mie instan kuahnya sudah jadi. Julliana segera membawa makanannya ke meja makan dan menyantapnya nikmat.

Tak lama, Pelita keluar dari kamarnya. Langkah kakinya mendekat menuju dapur.

"Wah, kau hanya memasak untuk drimu sendiri?" Julliana hanya menganguk tidak peduli. Ia tidak tertarik untuk menawarkan makanannya pada kakaknya yang terlihat kecewa sebelum berjalan menjauhinya.

"Berbagilah dengan kakakmu itu Julliana." Juliana seakan menulikan telinganya dan berusaha terus menikmati makananya.

"Selalu tidak mau berbagi." Ucapan pasrah ibunya membuat Julliana kehilangan nafsu makannya dalam sekejap.

Ia langsung berdiri dan membuang makanan yang masih setengah itu. Pelita sepertinya memperhatikan apa yang Julliana lakukan.

"Kenapa kau buang?" Suara Pelita yang terdengarterkejut tidak menghentikan Julliana.

"Tidak enak." Julliana menjawab singkat dan langsung membersihkan peralatan makan dan peralatan masak yang dia gunakan tadi karena ibunya akan memarahinya jika tidak dia bersihkan lagi.

Saat masih mencuci peralatan memasak, suara mobil ayahnya terdengar memasuki garasi rumahnya. Tak lama, ia mendengar suara ayahnya yang berbicara dengan ibunya.

Saat selesai, Julliana melewati keluarganya yang sedang duduk di meja makan yang tadi Julliana tempati.

"Julliana kau mau?" Ayahnya menawarinya makanan yang di bawanya. Mungkin ia terlambat pulang karena membeli makanan dengan bungkusan khas dari salah satu franchise terkenal itu.

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang