Happy Reading!
Saat memasuki gerbang sekolah, Julliana merasa sedikit lega. Akhirnya ia bisa melihat orang - orang yang berpakaian sama seperti dirinya.
Selama perjalanan tadi, ingin rasanya Julliana menukar helmnya dengan helm driver ojek di depannya. Pasalnya, jam - jam itu bersamaan dengan saat orang - orang pergi bekerja ataupun mereka yang sudah memulai harinya. Mungkin juga ada orang - orang yang sedang dalam masa orientasi di kampus juga, namun orientasi yang dilakukan mereka tidak memerlukan penampilan mencolok seperti yang Julliana lakukan. Sehingga penampilannya menjadi sangat mencolok dan membuat orang - orang tertarik.
Julliana bisa melihat bagaimana bapak - bapak berkumis tebal yang sedang menahan senyumnya dengan bulu - bulu tebalnya yang bergerak - bergerak saat menatapnya. Belum lagi, ibu - ibu yang terlihat terang - terangan menatapnya sambil memperhatikan Julliana dari atas hingga bawah beberapa kali sebelum mengangguk ramah saat mata mereka bertemu.
Jarak sekolahnya yang jauh berberapa kali membuat Julliana merutuk. Ia memilih sekolah ini awalnya hanya berfikir agar ia bisa menjauh dari keluarganya dan mencari kehidupan lain yang tidak dapat keluarganya sentuh dan tidak memiliki jejak apaupun dari keluarganya. Namun, sekarang sepertinya ia sedikit menyesal dengan alasan sepelenya itu.
SMA Celosia adalah salah satu sekolah swasta dengan fasilitas lengkap dan jenjang pendidikan yang luar biasa. Sekolah ini awalnya akan dimasukki oleh Pelita, namun karen jaraknya yang jauh membuat orang tuanya melarang dan akhirnya membuat kakaknya itu memasuki sekolah lain yang cukup sebanding namun masih tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Julliana awalnya hanya penasaran melihat bagaimana orang tuanya bereaksi jika ia mengatakan ingin masuk ke sekolah ini. Siapa sangka, mereka dengan mudah menerima keinginannya itu, entah Julliana harus senang atau sedih dengan izin orang tuanya itu.
Jadi disinilah dia, berjalan diantara lorong - lorong sekolah menuju ruang aula yang sudah diarahkan oleh para panitia sekolah yang menempatkan beberapa orang dan mengarahkannya di titik - titik tertentu. Sampai ia memasuki aula, Julliana akhirnya bisa tersenyum senang. Pasti mereka merasakan penderitaan yang sama dengannya.
***
Wajah Julliana yang semakin suram menunjukkan bagaimana ia mulai bosan dengan acara yang tidak kunjung selesai. Sejak pagi buta tadi, setelah para murid berkumpul, acara pembukaan dimulai dengan banyak pihak yang ingin berbicara. Sampai siang ini, orang - orang yang merasa dirinya penting ini masih berbicara yang membuat Julliana mulai jenuh.
Julliana juga sudah malas untuk berbicara dengan orang - orang di sekitarnya. Kebanyakan mereka adalah orang - orang yang rumahnya tidak begitu jauh dari sekolah, jadi mereka tidak merasakan penderitaan yang Julliana rasakan.
Dari sekian banyak orang yang Julliana tanya, ia akhirnya bertemu dengan orang - orang sepertinya. Namun, mereka lebih pintar dari Julliana karena membawa pakaian ganti sebelum memakai perlengkapan orientasi saat mendekati sekolah. Sepertinya memang hanya dia yang menderita karena kesalahannya sendiri.
"Julliana." Julliana menatap wanita yag berbisik padanya. Ia sempat berkenalan tadi tapi Julliana lupa namanya karena ia berbicara dengan banyak orang. Untung saja papan besar di pangkuannya membuat Julliana bisa dengan mudah mengetahui namanya.
"Apa Rachel?" Ia ikut berbisik agar pembicaraan mereka hanya bisa didengar keduanya.
"Pengawas yang sedang berjaga disana terus memperhatikanmu." Arah pandang Rachel membuat Julliana mengikuti arah pandangnya.
Seorang lelaki dengan tinggi sedikit menonjol dan topi dengan warna berbeda dari teman - teman di sampingnya memang sedang memperhatikannya. Julliana hanya menatapnya sekilas sebelum kembali berbisik pada Rachel.
"Mungkin dia memperhatikan karena kita terus berbisik seperti ini." Rachel terkekeh kecil dan kembali berbisik pada Julliana.
"Jika yang kau katakan benar, kenapa hanya pengawas laki - laki yang memperhatikan kita? Kau lihat pengawas disamping dua wanita itu juga memperatikanmu?" Julliana mengikuti arah pandang Rachel pada lelaki lain yang juga sedang menatapnya, namun kali ini laki - laki itu terlihat terkejut dan salah tingkah saat mata mereka bertemu sebelum berusaha mengalihkan pandangannya dari Julliana.
"Jika mereka sedang memperhatikanku, kau pikir wajah seperti ini bisa menarik perhatian mereka?"
"Tentu saja! Eyy, kau pasti bercanda, wajahmu itu cukup cantik untuk membuat pria berbalik dua kali untuk melihatnya."
"Kali ini kau pasti bercanda." Ya, Julliana yakin jika Rachel hanya mengatakannya sebagai formalitas.Ia sudah sering mendengarnya, tapi sejak dulu sampai sekarangpun tidak ada lelaki yang mendekatinya, yang ada hanya lelaki perayu yang suka melakukan cat calling saja padanya. Itu juga alasan Julliana tidak pernah memiliki pacar. Padahal kakaknya sudah pernah berpacaran sejak ia SMP. Jika mengingat itu Julliana akan merasa sedikit kesal, dia sepertinya tidak beruntung jika berurusan tentang cinta.
"Kau tidak tahu seberapa cantik dirimu?" Wajah tidak percaya Julliana membuat Rachel ikut terkejut.
"Julliana! Wajahmu ini sangat bersinar diantara kentang - kentang sepertiku. Rambut panjangmu, wajahmu yang putih berseri, bibirmu yang pink alami, dan penampilanmu yang masih sangat berseri bahkan setelah berjam jam di tempat ini. Kau tidak lihat wajah berminyakku yang sudah sangat menyebalkan ini?"
Julliana tersenyum kecil mencoba menahan tawa dari pujian Rachel yang berlebihan dan tak masuk akal itu. Wajah Julliana memang tidak pernah berminyak, ia juga tidak pernah memakai make up selain pelembab untuk melindungi kulitnya dari matahari, selebihnya Julliana hanya terlalu malas memakai apapun.
"Bukankan kau bilang tadi wajahku hanya cukup cantik saja?"
"Sshh.. itu hanya karena aku tidak mau membuatmu tidak percaya jika aku memujimu teralu tinggi. Tapi melihat kau sangat tidak mempercayainya membuatku bertanya - tanya bagaimana lingkungan pertemananmu sebelumnya? Apa mereka sangat tidak peduli sampai kau tidak pernah mendengar orang - orang memuji bahkan sampai kau tidak mempercayai pujianku. Kau harus tahu, jika aku adalah orang yang sangat jarang memuji."
Belum sempat Julliana menjawab, pengumuman untuk para murid baru agar berpindah menuju kelas - kelas yang sudah ditentukan untuk istirahat makan siang membuat keduanya berjalan menuju kelas yang berbeda.
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/367723812-288-k956432.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
Fiksi RemajaMenjadi tidak bisa dipercaya sepertinya hal yang biasa bagi Julliana. Sifatnya yang sulit diatur, keras dan egois membuat keluarganya tidak memiliki minat untuk berinteraksi dengannya. Namun, siapa sangka jika sikapnya yang kasar itu berbanding ter...