Kembali Percaya atau Lupakan?

9 0 0
                                    

Nalen berniat keluar dari kamarnya setelah selesai menyiapkan segala keperluan kelasnya hari ini, sama seperti Naren, Nalen juga masih menempuh pendidikan tingkat tinggi, Naren dan Nalen berada di fakultas yang berbeda. Naren merupakan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sedangkan Nalen merupakan mahasiswa dari Fakultas Ilmu Komputer

Pagi ini ia kembali melihat momen yang sama seperti kemarin pagi, Naren dan Vanes yang berinteraksi seolah tak pernah ada kerenggangan diantara mereka sebelumnya. Nalen sebenarnya merasa iri, ia juga ingin berbincang dengan Vanes seperti Naren, ia juga ingin memeluk Vanes, ia juga ingin kembali berhubungan baik dengan Vanes, tapi ternyata ego-nya jauh lebih besar dibanding keinginannya untuk kembali dekat dengan adik bungsunya itu

"Hm,,, pagi yang indah ya? Sampe ada yang meluk lo pagi-pagi gini" Ujar Nalen tepat di belakang Vanes yang sedang memeluk Naren dari belakang dengan bahagia. Vanes refleks melepas pelukannya setelah mendengar penuturan Nalen, ia kemudian menunduk dan perlahan berjalan menuju pintu belakang, ia berniat keluar dari dapur dan segera berangkat ke sekolah. Naren menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat Nalen yang berdiri di belakangnya, kemudian ia kembali memperhatikan gerak-gerik Vanes yang gelisah

"Dek. Bekal kamu belum kamu siapin loh, atau mau abang aja yang siapin bekalnya?" Ujar Naren menginterupsi pergerakan Vanes, mendengar itu Vanes lantas menggelengkan kepalanya tanpa menatap Naren sedikit pun

"Liat abang dulu heh!. Sini, kamu duduk dulu disini. Abang mau siapin bekal kamu dulu, kamu itu udah gak sarapan, masa iya gak bawa bekal juga. Oh iya, jajan kamu masih? Kalo abis langsung bilang ke abang ya! Nanti abang transfer ke kamu. Satu lagi, mulai besok abang gak mau tau, kamu harus sarapan bareng abang, Aren, Kula, sama Mika juga" Ujar Naren sembari menarik pelan lengan Vanes untuk membawanya duduk di kursi dapur, kemudian ia mengambil empat kotak bekal berwarna biru muda, hitam, ungu, dan hijau muda di lemari lalu mulai menyiapkan bekal untuk Vanes, Naren, Kula dan Mika. Menyiapkan bekal untuk adik-adiknya memang sudah menjadi rutinitas bagi Naren setiap pagi

"Ini bekal kamu. Ingat! Jangan makan sembarangan! Jauhi seafood ya! Kamu tau sendiri kan gimana jadinya kalo alergi kamu kambuh?" Ujar Naren sembari memberikan kotak bekal berwarna biru muda pada Vanes. Vanes menerima kotak bekal yang Naren berikan, ia juga menganggukkan kepalanya untuk menanggapi peringatan dari abang tertuanya itu

"Hm,,, B-bang N-N-Nal-Nalen, V-Vanes b-b-berangkat d-dulu y" Ujar Vanes pada Nalen dengan gugup, tak biasanya ia merasa gugup seperti ini pada saudara-saudaranya, bahkan saat seluruh saudaranya menjauhi dirinya, ia tetap bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa, tapi untuk hari ini ia sungguh merasa gugup meski hanya untuk berinteraksi dengan Nalen. Nalen menganggukan kepalanya pelan, Vanes dan Naren sontak merasa kaget, untuk pertama kalinya setelah Nalen menjauhi Vanes, ia kembali menanggapi Vanes

"Vanes berangkat dulu ya bang. Bye-bye abangnya Vanes yang cukup cerewet hari ini" Ujar Vanes dengan kekehan kemudian berlari secepat mungkin untuk menghindari amukan Naren

Naren dan Nalen hanya bisa tersenyum melihat tingkah Vanes yang tak pernah berubah di mata mereka. Kepribadian Vanes kecil yang selalu manja dan bersemangat masih melekat kuat di diri Vanes yang sekarang sudah remaja, senyum yang sama, serta lesung pipi yang indah selalu menjadi favorit Naren dan Nalen sampai saat ini

"Lo udah nerima dia lagi? Secepet itu? Lo yakin?" Pertanyaan beruntun dari Nalen terdengar setelah beberapa saat mereka terdiam

"Hm. Gue gak mau nyesel nantinya. Kalo emang Vanes pelakunya, gue bakal langsung jauhin dia lagi kayak sebelumnya, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Tapi untuk sekarang masih gak ada bukti kuat kalo Vanes yang ngelakuin itu, gue bakal coba nyelidikin ulang kasus ini. Gue harap lo juga bisa nerima dia lagi Len, gue pernah denger keluhan dia waktu itu tanpa sengaja, dari situ gue yakin kalo bukan dia pelakunya" Ujar Naren menjelaskan sembari menata masakannya ke meja makan, Nalen juga membantu Naren menata makanan mereka untuk sarapan

"Gue gak yakin kalo gue bisa nerima dia lagi Ren. Gue takut kecewa lagi, gue takut sakit itu dateng lagi, gue takut Ren. Gue sayang sama dia, tapi gue juga kecewa sama dia" Ujar Nalen dengan terus mengikuti kemana langkah kaki Naren pergi

Naren berbalik kemudian memegang pundak Nalen, ia menatap lekat manik mata adik kembarnya tersebut, lalu setelahnya ia membawa tangannya untuk mengelus pucuk kepala Nalen

"Dengerin gue Len! Kita gak punya bukti apa-apa terkait kasus itu. Mika juga mencurigakan, dia bilang dia ngeliat Vanes ngelakuin itu kan? Gue awalnya emang percaya, tapi makin kesini gue makin gak yakin sama Mika. Gue ngerasa- ada yang Mika sembunyiin dari kita. Lo ngerti kan maksud gue Len? Kita kembar, dan gue rasa lo tau apa yang gue pikirin saat ini" Naren kembali berujar untuk meyakinkan Nalen tentang apa yang ada dipikirannya saat ini

🥀🥀🥀

Vanes kembali berada di UKS, ia tiba-tiba pingsan saat mulai memasuki jam pelajaran ke-tiga. Zora yang panik pun langsung meminta beberapa anak laki-laki untuk membawa Vanes ke UKS, bu Dita yang melihat itu juga langsung sigap membantu Zora menahan tubuh Vanes yang akan terjatuh dari bangkunya

Disisi lain, Kula dan Wira sedang berada di lapangan untuk memantau murid-murid yang mendapat hukuman karena terlambat datang ke sekolah. Kula merupakan ketua OSIS di sekolahnya dan Wira yang menjadi wakil ketua OSIS

"La. Lo yakin gak mau ngeliat adek lo dulu? Gue yakin adek lo pingsan, lo gak khawatir apa?" Ujar Wira setelah ia melihat Kula tidak memperdulikan kondisi Vanes

"Paling juga tuh anak acting. Udah napa sih! Lo gak perlu peduliin dia, dia gak pantes dipeduliin" Ujar Kula merasa tidak senang setelah mendapat pertanyaan tentang Vanes dari Wira

"Gila lo! Lo denger baik-baik ucapan gue hari ini La! Dengerin! Orang yang harusnya lo curigain tuh si anak angkat bokap-nyokap lo itu! Gue yakin bukan Kai yang ngelakuin itu! Jangan nyesel lo nantinya!" Ujar Wira dengan menekankan setiap kalimatnya, ia sudah menanggap Vanes sebagai adiknya sendiri, dan ia tentu tak terima mendengar ada orang yang berbicara buruk tentang Vanes meskipun itu saudara kandung Vanes sendiri

Wira meninggalkan Kula di lapangan, ia memutuskan untuk melihat keadaan Vanes. Sesampainya di UKS ia melihat Vanes yang masih memejamkan matanya, ia ingin menghampiri Vanes untuk memastikan kalau Vanes sudah baik-baik saja, tapi ia urungkan, ia takut menganggu istirahat Vanes

Kula yang ditinggal pergi Wira pun mengikuti kemana Wira pergi, ia tak menyangka kalau ternyata Wira pergi ke UKS untuk melihat kondisi Vanes, ia tak berani mendekati Wira untuk saat ini, ia tau bagaimana cara menghadapai kemarahan Wira, dan tentu saja salah satu cara menghindari amukan Wira adalah menjauh sejauh-jauhnya untuk sementara waktu

"Apa gue seburuk itu? Apa gue keterlaluan? Bahkan bang Aren aja udah nerima dia, kenapa gue malah gak nyoba buat percaya sama dia ya? Apa gue coba buat percaya sama dia lagi ya? Gue takut kalo ternyata apa yang Wira bilang itu bener. Argghh- kenapa serumit ini sih?" Gumam Kula sembari memperhatikan Wira yang terlihat khawatir

"Oke. Gue bakal coba buat balik percaya sama dia, dan gue harap dia gak ngecewain gue lagi" Kula kembali bergumam lalu setelahnya ia pergi untuk kembali ke lapangan

BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang