02.00
" Ren, i-ini ngga- " Ucapan Jaesa terhenti begitu melihat ekspresi Ren yang tak terbaca.
Ren terus menatap ke arah sang wanita yang tengah menunduk menangis dan meminta maaf.
" Pergi! Ngapain masih di situ? Mau lanjutin? " Tegasnya ke arah wanita yang segera mengambil tasnya dan berlari keluar.
Jaesa menahan dirinya untuk tidak mengantarkan wanita itu pulang, walau ini sudah larut malam. Namun, Ia tidak mungkin meninggalkan sosok yang tengah mengandung anaknya itu.
" Ren.. " Saat Jaesa hendak meraih pundaknya, Ren langsung menepisnya dengan kasar.
BUKK!
Sebuah tinju mendarat di rahang tegasnya, walau rasa sakitnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa yang ingin disampaikan oleh Ren melalui kepalan tangan mungilnya.
" Hhh.. Fyuuhh.. Hh.. " Ren mengatur nafasnya agar tidak terjadi apapun pada kandungannya.
Jaesa terus mengikuti Ren hingga menyusuri ruang tamu yang menunjukkan pukul 11 malam.
Merekapun duduk di sofa bersebelahan, namun tidak mengucapkan sepatah katapun.
Tak terasa, waktu berjalan cukup lama dan hanya dihabiskan dengan mereka yang saling menatap layar kosong televisi yang mencerminkan bayangan mereka.
" Aku gak mau cerai. " Ucap Ren akhirnya.
" Aku juga "
Ren menoleh dan menahan nafas sejenak, agar Ia tak langsung menumpahkan tangisnya.
" Tapi aku gak bakal nganggep kamu suami aku lagi, aku gak bisa percaya kamu lagi "
Jaesa terdiam, namun Ia tetap menatap wajah Ren yang bersusah payah menahan tangisnya.
" Kalau anak ini lahir, aku gak mau dia tau kita ada masalah. Tapi kita gak perlu terlalu dekat, cukup kita terlihat menjadi keluarga bahagia untuk dia " Lanjutnya kembali.
" Aku juga gak mau mami, papi, mams, sama paps tau. Cukup kita aja. "
Ren akhirnya beranjak berdiri, kemudian menuju ke kamar mereka.
Ia tiduri ranjang tersebut, tanpa memperdulikan bahwa ranjang tersebut merupakan saksi dari kegiatan perselingkuhan suaminya yang beradu ludah dengan wanita lain.
Jaesa memasuki kamar dan melihat tubuh Ren yang membelakanginya, ingin rasanya Ia peluk tubuh itu dan meminta maaf sebesar-besarnya. Bahkan kalau Ia perlu berlutut menyembahnya, Ia akan lakukan demi maafnya diterima.
Sayangnya, hal itu tidak akan mungkin bagi Ren.
Huang Rendina Junilia adalah orang yang memiliki krisis kepercayaan kepada siapapun. Dalam trust issuenya yang sangat tinggi itu, Ia masih memberikan sedikit kepercayaan kepada suaminya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
11 pm
RomansaHuang Rendina Junilia, seorang apoteker di sebuah rumah sakit swasta dan seorang ibu rumah tangga muda yang selalu mendambakan keluarga bahagia. Na Jaesa Minko, seorang kepala keluarga dan bekerja sebagai pengacara. Berjanji akan membahagiakan kelua...