Mystery Book

66 20 28
                                    

Pemuda tanggung dengan surai Golden Brown itu berjalan lenggang menyusuri taman sekolah dengan mata yang fokus pada layar ponsel. Bahkan ia tidak sadar ada yang memanggilnya beberapa kali karena terlalu fokus pada ponsel ditangannya.

"Hyung!! Haechan Hyung!! Busetdah ... "

"Woi Haechan! Ni bocah nyimpen telinganya di rumah apa?!"

Lee Haechan, pemuda tampan dengan seragam yang sedikit berantakan itu tersentak akibat dorongan tiba-tiba dari arah belakang. Seorang pemuda pemilik gigi kelinci dengan sorot tajam memasang wajah tak bersahabat tat kala Haechan menyumpah serapah didepan wajahnya.

"Woi! Apaan sih anjir gue mau jatuh!."

"DIH! Salah lo gak nyaut-nyaut gue panggil."

"Lah, sejak kapan lo manggil?"

"Dari zaman Meganthropus, puas lo."

Lee Haechan mendengus, kembali melangkahkan kakinya mengabaikan kekesalan Na Jaemin. Sedangkan pemuda Na kembali mengoceh karena dirinya diabaikan oleh Haechan.

Haechan berhenti melangkah secara tiba-tiba, ia mengkerutkan halis membaca setiap kata yang tertera pada ponselnya. Hal itu membuat Jaemin merasa heran, ada apa dengan bocah aneh bin ajaib ini?

"Kenapa sih?"

"Bang Doy ngirim gue artikel."

Penasaran, pemuda Na dengan sigap mendekatkan wajahnya pada ponsel Lee Haechan membuat laki-laki yang menyandang status sebagai ketua kelas pembuat masalah ini kembali kesal.

"Bangsat! Makan aja sekalian nih hp gue Na."

"Ya gue pengen liat ih."

"Ya liat, liat aja gak usah deket-deket badan lo bau."

"Sialan."

Haechan tidak memperdulikan Na Jaemin, laki-laki bersurai Golden Brown itu kembali fokus pada ponsel ditangannya. Membaca sebuah artikel dari sang kakak tingkatan— Kim Doyoung.

"Wah ini gila!" Serunya menunjuk ponsel dengan mulut terbuka.

"Siapa yang gila? Lo?"

"Brengsek! Ini artikelnya, coba baca."

Na Jaemin mengambil ponsel Haechan dan mulai membaca artikel yang di tunjuk. Pemuda Na ini mulai serius dengan apa yang ia baca, bahkan Jaemin seakan tidak peduli dengan sekitarnya termasuk Haechan yang menunggu dengan wajah terkejut tak menyangka.

"Ini sejarah sekolah kita?"

"Iya Na, bang Doy yang bilang."

"Serius ada buku kayak gini?"

Keduanya diam menatap artikel tersebut tidak percaya, dan keduanya mulai menyelam dengan pikiran masing-masing. Menerka-nerka kebenaran yang mereka baca.

"Gak percaya ah gue."

"Tapi ada buktinya Na, empat tahun yang lalu ada delapan orang yang ngalamin kejadian di artikel itu."

"Kalo gitu waktu bang Yuta masih sekolah disini dong?"

"Iya, angkatan abang lo. Bang Yuta and the gang"

"Kok abang gue gak pernah bilang ... "

Jaemin mulai memikirkan kembali artikel yang ia baca, kemudian ingatannya kembali pada empat tahun yang lalu ketika Na Yuta mengingatkannya untuk tidak memasuki sebuah perpustakaan di sekolah yang akan ia tempati nanti.

Saat itu Na Jaemin yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP tidak mengerti apa yang kakaknya ucapkan. Iya hanya meng iyakan saja tanpa mengerti larangan dari sang kakak.

改 : kill or to be killedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang