Cukup vote & ramein komen di paragraf biar aku selalu up terus.
Sudah setengah jam Gala meninggalkan apartemen Tara. Ia sudah sampai ke rumahnya. Memarkirkan motor sport hitamnya digarasi rumah.
Masuk dengan santai sambil menenteng jaket kulit hitam dilengan kanannya.
"Gala." Namanya disebut oleh sang kepala keluarga yang berjalan menuju kearah Gala.
Laki-laki jangkung yang ada di hadapan ayahnya itu sekarang menampilkan wajah tidak sukanya. Bosan sekali dengan ocehan sang ayah. Ayahnya bahkan lebih cerewet dibandingkan mamanya.
"Hahhh. Ayah sedang tidak ingin marah padamu." Helaan nafas itu terdengar menyebalkan dikuping Gala. Gala hanya diam dan menatap sinis pada sang ayah.
"Karina. Come here." Panggil sang ayah pada perempuan cantik yang sejak tadi duduk diruang tamu. Gala tidak menyadari kehadirannya dari tadi.
"Iyaa, ayah."
"Dia Karina. Dia akan tinggal bersama kita disini agar kalian saling mengenal." Ucapan ayah Gala membuat ia naik pitam.
"Maksud ayah?" Gala mendelik tajam.
"Karina akan menikah dengan mu, Gala."
Entah apa yang ada di otak ayahnya, Gala tiba-tiba menggertakkan giginya."Ayah tau aku sudah punya, Tara." Mama Gala tiba-tiba datang dan memegang bahu anaknya untuk menenangkan.
Wanita cantik disamping ayahnya itu malah ikut berkomentar. "Wanita lemah itu tidak cocok untuk mu, Gala."
Gala yang tidak suka kekasih hatinya dijelekkan langsung menarik leher wanita itu dan mencekiknya. "TUTUP MULUTMU JALANG SIALAN." Suara bariton itu menggema di se-isi ruangan. Kakak dan adiknya yang mendengar suara itu langsung keluar dari kamar menuju ruang tamu.
Kakak Gala maju kedepan. "Lo ngapain sih teriak-teriak kayak gini? Kalau mau ngebunuh dia diam-diam aja. Jangan sampai ketahuan ayah."
"Lepasin, kak. Kita ikutin aja dulu permainan jalang sialan satu ini." Adik Gala juga menyambar aja.
Mamanya berusaha menenangkan Gala dengan cara menepuk-nepuk punggung lebar anaknya. Cara itu ampuh kalau Tara yang melakukan. Perlahan Gala melepaskan cekikannya pada leher Karina.
"Hah.hah.hah. Ayah aku tidak bisa bernafas." Ayah Gala yang melihat itu langsung ketar-ketir.
"Ambilkan air, sayang." Perintah sang suami tidak dilakukan oleh mama Gala. Mama Gala hanya sibuk menenangkan anaknya.
"Sayang." Panggil suaminya kembali. Ayah Gala melihat keluar kecilnya yang tidak menghiraukan perkataannya. Tatapan sedih mulai terpancar diwajah kepala keluarga Aldebaran itu. Kenapa keluarganya selalu menentang apa yang dia inginkan.
"Aku tidur di apartemen." Mama Gala terus kembali menenangkan anaknya, namun laki-laki tempramental itu mana bisa tenang kalau bukan sama pawangnya.
"Kamu keluar dari rumah ini sama aja kamu keluar dari keluarga Aldebaran." Perkataan itu menghentikan langkah Gala.
Memutar tubuhnya kembali menatap sang ayah. "Then that's good, father." Gala menatap ayahnya dengan penuh kekesalan.
"Apa yang sebenarnya ayah pikirkan? Harta? Bukannya ayah sudah punya semuanya." Gala kembali mendekat kearah ayahnya. "Apa yang ingin ayah lakukan sebenarnya?"
"Ayah hanya ingin kamu bersama orang yang tepat." Tegas sang ayah.
"Kalau begitu aku tanya satu hal ayah. Apa ayah menikahi mama hanya sebatas mendapatkan orang yang tepat?" Kekehan itu keluar dari bibir Gala saat melihat sang ayah termenung.