🗃 sleep

9 2 0
                                    


Kelas bubar,

Jaemin ikut meninggalkan kelas bersama temannya yang lain. Ia memperhatikan interior dari koridor gedung ini, sambil terus berjalan dengan Renjun. Tiba-tiba saja terdengar desisan seseorang,

"Rupanya lo berhasil ya masuk Pinnacle" desisnya dari sebelah Jaemin.

Johnny rupanya, si anak A

pemicu Jaemin mau memasuki kelas Pinnacle.

"Siapa sangka anak kelas F bisa lulus juga, emang kita engga bisa ukur seseorang cuma dari kelasnya" bukan Johnny, tetapi Mark yang berceletuk, datang menengahi Johnny dan Jaemin

"Ya kalian juga tau, urutan kelas kita bukan sekedar urutan anak pinter ke anak bodoh aja" Jeno dari belakang ikut bersuara,

"Intinya selama ada otak lo aman, selama ada koneksi orang tua lo aman dan yang terakhir selama ada duit lo aman" sambungnya

"Kelas F bukan cuma isinya anak-anak kosong, John" Mark menepuk bahu Johnny,

"Terserah" si empu berjalanan pergi setelah ada pertigaan lorong koridor. Meninggalkan Jaemin, Renjun, Mark dan Jeno disana.

"Lo jangan makan hati ya. Dia emang kadang gitu. Anaknya butuh adaptasi." Senyum ringan Mark yang khas itu melayang lembut, Jaemin cuma mengangguk biasa saja.

Kemudian, mereka mulai menyusun kamar asrama sesuai keinginan bersama. Besoknya pun keseharian mulai terasa lebih baru bagi mereka. Apalagi pengalaman dalam kelas materi.

Kalau biasa hanya akan ada penjelasan, tugas dan ulangan,

sekarang mereka punya jam penjelasan, diskusi bersama, tugas, ulangan, sampai proyek penerapan ilmu dalam praktik sehari-hari. Penilaian yang diberikan juga terasa sangat nyata ketimbang kelas biasa.

♠︎

Jam menunjukkan pukul delapan malam, tetapi pembelajaran masih berlanjut,

"Nah, jadi penjelasan untuk teori ini tuh emang sangat jauh yaa dari radar kita, makanya kadang kita harus menghayal" ucap Pak Seran, guru pelajaran sosiologi yang nyatanya juga memiliki gelar sarjana filsafat, wajahnya memasang sinar ceria yang enggan memudar

Selama kelas berlangsung Jaemin memperhatikan, ia menompang kepalanya

Tapi daritadi pembahasan bapak ini....

Sudah seperti khutbah aliran sesat baginya, membosankan. Rasanya sebelas duabelas dengan memperlajari materi filsafat.

Selain Jaemin, ada beberapa siswa juga yang nampaknya merasa bosan.

Agak lama terngantuk-antuk, akhirnya kepala Jaemin tersungkur ke dalam topangan tangannya di meja belajar. Kesadarannya hilang, dan ia mulai tenggelam menyusuri alam mimpi.

♠︎

Pak Seran keluar begitu jamnya sudah selseai, kelas pun mulai sedikit ricuh. Rasa lega dan senang karena kelas sudah berakhir, para siswa siswi mulai berbincang ringan. Tetapi, beberapa dari mereka mulai berbenah untuk balik ke asrama.

Jeno salah satunya, "Lo mau langsung pergi aja, No?" ucap Haechan, yang diiyakan oleh Jeno.

"Ikut"

Beranjak bersama, menuju pintu keluar kelas, tapi tiba-tiba saja, pas sekali saat mereka membuka pintu, muncul Buk Lilian, membuat mereka terkejut.

"Jangan keluar dulu yaa, ada yang mau ibuk bagikan..."

Haechan bercengir, dan keduanya kembali ke tempat duduk.

"Itu Jaemin tidur?"

"Iya buk" jawab Renjun setelah memastikan, "Yasudah tidak apa, ini saya bagi mau bagikan kertas pemeriksaan kesehatan untuk kalian. Yang saya panggil boleh maju ke depan dan menuju ke ruang pemeriksaan ya..." jelas buk Lilian

"Lee Haechan, kamu yang pertama" panggilnya, Haechan langsung sumringah, "Buk, ruangannya emang di mana?"

"Ruangan tengah antara Perpus dan UKS gedung ini, nak"

♠︎

Jaemin!

Jangan lupa, Min!

Min!

Na Jaemin?

"Jaemin, bangun"

Guncangan pelan mengganggu, menyadarkan Jaemin dari alam bawahnya. Begitu terbangun, ia langsung terkejut, seorang gadis berambut pendek yang kemarin ia perhatikan membangunkannya

"Eh, ini udah jam berapa?"

"Jam dua belas..." gumam Winter, canggung menatap Jaemin dihadapannya. Ia sudah berpiyama pula sekarang, lain dengan Jaemin yang masih memakai seragam sekolah.

"Hah? lo kenapa masih bangun?, aduh yang lain kenapa gada yang bangunin gua elah" linglung Jaemin, ia menggerutu diakhir ucapannya, bisa-bisanya sampai jam segini tidak ada temannya yang membangunkan. Si Renjun ngapain sih elah!, batinnya kesal

Winter memberikan Jaemin satu senter yang sempat ia bawa lebih tadi. Oh, dan ada juga sebuah lembaran. Menerima itu, Jaemin melihat apa isi dari lembar itu,

"Ini apa...?"

"Lembar pemeriksaan kesehatan" Winter menunjuk lembar miliknya yang sudah terisi penuh, dengan data-data yang merinci tajam. Berbeda dengan yang baru ia beri ke Jaemin, masih kosong melompong.

"Tadi jam sembilan, kelas bubar, tapi sebelum tidur semuanya diarahin untuk meriksa kesehatan. Makanya, engga ada yang ngebangunin lo. Karena memang biasanya yang abis di periksa disuruh minum obat tidur." Jelas gadis itu, ia duduk di kursi samping Jaemin.

"Dan lo?"

"Apanya?" heran Winter

Mereka bersitatap sesaat sebelum Jaemin menghela, "Jadi lo kenapa masih bangun, ini tengah malam, bawa-bawa senter pula... Keliling sekolah pake piyama juga engga lumrah"

"Oh, ini, yaa... ya" gadis ini malah terbata-bata, karena bingung untuk menjelaskan.

"Apa yang 'ya'?"

"Gue cuma kebangun aja, kebetulan ada ketinggalan barang di kelas... ini" Winter merogoh laci dari meja tempat ia duduk, mengeluarkan sebuah buku diary berwarna ungu gelap, dan juga ada beberapa tumpuk sobekan kertas didalamnya yang sengaja di himpit dalam buku itu.

"Hmm, kertasㅡ"

Enggan berbincang lebih lama, Winter tiba-tiba beranjak bangun, Jaemin jadi mengurungkan ucapannya.

"Lo besok pergi pemeriksaan, buk Lilian pasti udah nunggu. Gue duluan ya"

Gadis itupun pergi, membiarkan pintu kelas terbuka, hembusan angin malam pun mulai terasa. Jaemin bangkit dari duduknya juga dan keluar dari kelas, langkahnya yang pelan, ia sesekali melihat kesekitar.

Beberapa saat ia tertegun, terbesit perasaan menggelitik dari ingatannya,

"Rasanya kaya Deja vu, anjir. Aneh ni tempat..." monolognya mengisi udara malam di bangunan sekolah. Genggaman pada senter pemberian Winter semakin erat.

Begitu ia sampai ke kamar tidurnya, lelaki itu bisa melihat teman sekamarnya ㅡMark, Jeno dan Renjunㅡ benar-benar terpulas di kasur masing-masing. Sehabis mengganti bajunya, Jaemin menaruh ke meja belajarnya.

Disana ada kertas tadi, yang katanya 'Lembar Pemeriksaan Kesehatan', sebuah kata dari situ mengganggunya


"Cerebrum, Mesensefalon, Cerebelum, rinci amat sampai ke bagian sana?"






To Be Continue
🗃 Pinnacle Class ;

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pinnacle Class | Jaemin & WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang