"bangun, bangun. Ayo bangun semua nya!!"
Semua siswa siswi peserta makarab terbangun saat mendengar suara sirine yang dengan sengaja di nyalakan untuk membuat keributan agar mereka yang sedang terlelap terusik dengan suara itu.
Dengan tegas Erika memberikan perintah agar semua peserta berkumpul di koridor dengan seragam Pramuka lengkap.
Keadaan di ruangan perempuan sangat gaduh dengan peserta yang sibuk mencari atribut mereka yang entah mereka letakan dimana, termasuk Zisel dan temen-temennya.
"Aduh, ada yang liat kacu gue nggak?!"
"Kaos kaki gue yang sebelah nya mana anjir!"
"Topi mana topiii..."
"Ayo dong cepetan, lama banget sih kalian." Sindir Erika pada peserta makarab yang sibuk mencari atribut mereka.
"Gue hitung sampai tiga kalau belum pada ngumpul di koridor, kena kalian semua." Ancaman Erika sontak membuat mereka berlari ke koridor dengan keadaan yang belum siap.
"Satu..."
Abel masih sibuk mencari sebelah sepatu nya yang hilang entah kemana.
"Dua..."
Kiara kewalahan melipat kacu nya sambil berlari.
"Tiga..."
Zisel berlari secepat yang dia bisa menuju koridor dengan menenteng salah satu sepatunya yang belum ia pakai.
Tepat saat Erika selesai dengan hitungan nya, semua peserta sudah berbaris rapih di hadapannya.
Beberapa panitia mulai membagikan dua buah lilin untuk setiap kelompok dan sebuah kertas yang berisi petunjuk post.
Satu persatu kelompok mulai meninggalkan koridor dengan lilin sebagai satu-satunya penerangan mereka yang harus mereka jaga saat mereka mencari post yang sesuai dengan clue yang mereka dapatkan, begitu pun dengan Zisel. Ia satu-satunya siswi dari kelas 10-1 di kelompok nya, mau tidak mau ia harus berbaur dengan teman-teman kelompoknya.
Clue 1: 'banyak orang yang mengunjungi ku walaupun keberadaan ku jauh.'
"Gue tau, kantin." Celetuk Zisel setelah membaca clue pertama yang mereka dapatkan.
Setuju dengan pendapat Zisel, mereka langsung menuju kantin sambil menjaga lilin mereka agar tidak padam terkena angin malam.
Pandangan mereka menyusuri seluruh isi kantin dari pintu masuk kantin. Sepi, gelap, tidak ada orang satupun.
"Lo yakin clue nya di sini?" Tanya putri, salah satu teman kelompok Zisel.
"Ya menurut lo aja, semua orang bakal ke kantin kan walaupun jauh." Jelas Zisel yang memang benar adanya.
"Ya iya sih, tapi..."
Zisel melangkah maju kedalam kantin dan mempertajam penglihatan nya dalam kegelapan, ia yakin pasti disini post nya.
Seorang pria mengenakan hoodie hitam duduk di pojok kantin, Zisel memberanikan diri untuk menghampiri pria itu di ikuti teman-temannya di belakang nya.
"Permisi kak..."
"Ngapain kalian disini?!" Belum selesai Zisel menyelesaikan ucapannya, pria itu langsung memotong ucapan Zisel dengan suara yang tegas, sedikit membentak.
"A-anu itu kita mau ini minta clue selanjutnya kak." Ucap putri terbata.
Pria itu terkekeh, "gue bisa aja ngasih kalian clue selanjutnya, tapi apa yang bisa kalian kasih ke gue sebagai gantinya?"
"Kakak mau kita ngapain supaya kakak bisa ngasih kita clue selanjutnya?" Zisel melempar kembali pertanyaan kepada kakak kelas nya itu tanpa rasa takut.
"Yaudah, gini deh, kalian nyanyi satu lagu buat gue. Terserah mau lagu apa."
Hampir 10 menit mereka bernyanyi untuk kakak kelasnya itu. Bukan karena mereka terlalu menikmati, tapi karena kakak kelasnya itu selalu meminta mereka untuk mengulang nyanyian mereka dengan berbagai alasan. Mereka tau bahwa mereka sedang di kerjain oleh kakak kelas itu.
Clue 2: 'aku selalu di ada setiap upacara'
"Paskib, paskib." Ucap Nadia, setelah membaca clue kedua.
"Engga, engga, kayaknya bukan paskib deh." Ucap Zisel yang masih bergelut dengan pikirannya. Gadis itu menjentikkan jarinya, "PMR."
Mereka berjalan dengan perlahan agar lilin yang mereka jaga sejauh ini tidak padam karena tertiup angin.
"Eh, gerimis... gerimis..." Ucap Mita, membuat mereka segera berlari menuju UKS untuk berteduh.
***
Hari sudah berganti dan siang ini adalah saatnya penutupan kegiatan makrab, dan para peserta di kumpulkan di lapangan.
"Zi." Panggil Clara berbisik, "gue perhatiin kayak nya kakak itu ngeliatin lo mulu dari kemarin."
"Siapa?" Tanya zisel penasaran.
"Itu loh, tuh tuh yang lagi ngarahin kamera kesini." Bisik Clara sambil melirik orang yang di maksud.
"Ah masa sih? Perasaan lo aja kali."
"Kayak nya Clara bener deh Zi, tu orang sering banget ngarahin kamera nya ke lo." Sahut Abel menimpali.
Acara penutupan kegiatan makrab pun selesai dan berganti dengan sesi foto yang di bantu oleh tim foza, mulai dari foto bareng panitia hingga foto bareng satu jurusan.
"Zi, lo beneran nggak tau kakak itu namanya siapa?" Lagi-lagi Vina menayangkan hal yang sama.
Zisel menghela nafas kasar, tanpa menjawab pertanyaan tersebut Zisel berjalan ke arah laki-laki yang sedang fokus dengan kamera di tangannya.
"Kak." Sapa Zisel tepat di depan laki-laki itu.
Vina yang melihat tindakan nekat Zisel langsung kalangkabut sendiri, takut jika Zisel memberi tau tentang Vina yang terus menanyakan nama laki-laki itu. Bisa malu setengah mampus dirinya jika hal itu benar terjadi.
Laki-laki itu mendongakkan kepalanya, menatap Zisel seolah bertanya 'apa?'
"Kakak namanya siapa?" Tanya Zisel to the point.
____________
Karena tadi nggak sengaja ke publish jadi ya udah lah ya sekalian aja😭😭
Eh btw ternyata aku udah lama nggak update yaa hehehe...
Kalo ada salah ketik atau apapun tolong kasih tau aku yaa teman-teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Month
Novela JuvenilMungkin beberapa orang juga pernah mengalami hal yang serupa, kisah cinta klise di masa SMA yang tidak pernah terhapus dari memori ingatan kita dan akan selalu menjadi kenangan yang manis. Zisel menghela nafas kasar, tanpa menjawab pertanyaan terseb...