Aku tertawa geli melihat gadis mungil yang lari terbirit-birit dari depan pintu apartemenku, lalu membanting pintu apartemennya tak lama kemudian. Aku berbalik dan menemukan pantulan diriku di cermin yang kugantung asal.
Aku tertawa.
Rasanya sudah lama, merasakan pipiku terangkat dan memamerkan gigi depanku. Masih terasa kaku, namun aku merasakan ada kehangatan menyelusup kedalam dadaku. Kinda refreshing.
Aku mengherdikan bahuku, lalu kembali berjibaku dengan kardus-kardus yang harus mulai ku keluarkan isinya. Kardusnya tidak banyak sebenarnya, namun aku harus tetap memilah barang mana yang harus aku simpan dan mana yang harus aku buang. Ini hal yang sangat harus aku lakukan, karena aku benar-benar ingin meninggalkan sisa kenangan yang mungkin saja masih terbawa. It's a brand new life, aku tidak ingin membawa masa laluku di apartemen baruku.
Aku mulai membuka kardus buku-buku ku, dan memulai memilah-milah. Beberapa buku Dan Brown dan ratusan komik shonen magz yang aku kumpulkan sejak jaman SMP. Komik ini bersejarah, makanya aku pungut kembali ketika aku menemukannya dibuang didepan rumahku. Well, maksudku rumah orangtuaku.
Aku menatanya di lemari sejajar dengan tv. Sebelum aku menyimpannya, aku sibakkan halamannya satu persatu. Setelah yakin kalau buku itu tidak ada apa-apa nya, aku baru meletakkannya sesuai dengan nomor edisi komik. Ini mungkin akan memakan waktu yang lama, tapi setidaknya membuatku puas.
Pada komik yang kesekian, sesuatu jatuh. Aku tahu ini akan terjadi, kecurigaanku ternyata terbukti. Hanya selembar kertas post-it berwarna kuning, bertuliskan sesuatu. Permainan khas seorang Adinda. Merasa lega, Aku tahu ini awal dari penemuan-penemuan selanjutnya yang akan memudahkanku untuk menghancurkan semuanya.
'Shonen Magz edisi September 2009 judul komik ketiga'
Aku menghela nafas. Bagaimana bisa dia selalu melakukan ini tanpa permisi. Dengan malas, aku mencari komik yang dimaksud. Ada post-it warna biru tertempel.
'Dan Brown, Digital Fortess halaman 200"
Ini benar-benar merepotkanku. Post it selanjutnya berwarna hijau.
"Kamus bahasa inggris oxford pada halaman huruf M pertama indonesia-inggris"
Aku merutuki diriku sendiri karena dulu menduplikat kunci kontrakanku padanya. Kini aku sendiri yang kerepotan dengan permainan ala detektif yang kerap kali ia lakukan ketika moodnya baik. Karena dia melakukannya tanpa memberitahuku, aku seringkali tidak menemukan apa yang dia maksud tepat waktu. Aku mencari kamusku dan menemukan post it berwarna ungu.
'Tas lensa dslr warna biru muda yang aku kasih bulan desember'
Aku baru teringat. Tas itu pun harus aku musnahkan. Terimakasih sudah mengingatkan. Aku membuka tasnya dan menemukan botol bening kecil terisi pasir dengan sumbat gabus. Sepotong kertas terpilin ditengahnya. Aku membuka dan mengambil kertasnya dengan susah payah.
'Ini pasir yang aku ambil waktu kita holiday ke lombok. Aku punya satu, kamu juga harus simpan satu. Jaga jangan sampai pecah yang.
Ini yang terakhir. Coba buka Tas futsal Adidas yang sudah lama tidak kamu pakai karena bolong'
Aku mengeluarkan lensa-lensaku dari tas lensa biru muda itu. Aku biarkan botol berisi pasir tergeletak didalamnya. Juga aku simpan semua post-it yang telah aku temukan kedalam tas itu, biar sekalian gampang aku buang. Lalu aku berdiri dan mencari tas yang dimaksud. Dia tahu, karena alasan yang sentimentil aku masih menyimpannya meski sudah tidak aku gunakan karena tidak terlalu berfungsi lagi.
Aku merogoh dalam tas, menemukan sebuah keler kaca kecil berisi permen warna-warni. Tutupnya berpita dan diselipkan note berwarna putih.
'Jangan banyak ngerokok yang.. makan permen buat gantinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be(Lie)ve
Chick-LitSalsyabila Kyle, terbayang-bayangi kenangan masa lalu, penghianatan yang dalam dan kebohongan membuatnya menyerah dan menghapus kata 'percaya' dalam kamus hidupnya. Berjibaku menjalani hidup dengan berteman makhluk tak kasat mata, ia hanya akan sedi...