2. A Gift

63 32 1
                                        

"Here we go! Ratu kita malem ini udah dateng, guys!"

Perempuan dengan rambut hitam panjang yang dikuncir satu itu mengernyit heran. Dia baru saja menginjakkan kaki di salah satu klub malam di distrik Gangnam, Seoul. Dan sekarang dikejutkan dengan teriakan nyaring seorang perempuan berambut blonde, sahabat dekatnya.

"Wow, cantik banget lo." Manusia lain yang juga berada disana menimpali.

Gadis itu tersenyum miring. Mengibaskan rambutnya dan berjalan dengan gaya angkuh menuju kerumunan itu. Itu benar, ia akan selalu cantik. Tidak, lebih dari cantik. Dia sempurna. Bahkan dia definisi dari sempurna itu sendiri. Mata abu-abunya tampak tajam, namun di saat yang sama, juga terlihat menawan. Hidungnya mancung. Dan kali ini, wajah cantiknya dipoles dengan soft makeup, lipstick dan blush berwarna light pink senada.

"Karena sekarang ratu kita ulang tahun, kita adain party buat ngerayain. Klub emang sengaja kita booking, biar nggak ada yang ganggu." Si blonde berbicara. Ia mengangkat segelas wine, menyerahkannya pada gadis satunya.

"Happy birthday, Soojin."

"Haha, thanks. Nggak salah gue jadiin lo sohib sehidup semati," Soojin tertawa, lalu meneguk wine yang diangsurkan oleh Nahee, gadis blonde itu.

Nahee balas tertawa, mengambil gelas lain untuk ia nikmati.

"Eh, abang lo kemana jir? Daritadi ditungguin nggak muncul-muncul," celetuk seorang pria berwajah tampan yang juga menyesap wine nya.

Nahee mengangkat bahu, "Tau, tadi gue ajakin kesini katanya ntar aja."

Minjae berdecak, "Ntar kapan anjir! Yang ada party nya selese duluan!" Laki-laki itu dengan seenaknya berucap, "Telpon dong," pada Nahee.

Sedangkan yang disuruh melotot, "Telpon sendiri lah! Lo yang butuh, kenapa jadi gue yang repot?!"

Soojin terdiam, gelasnya yang masih terisi separuh itu tergantung di depan mulut. Sedetik, dua detik, membiarkan Nahee dan Minjae beradu mulut seperti kucing dan anjing. Fyi, mereka memang tidak pernah akur.

"Eh, cowok freak, lo tuh kalo nggak ngerepotin gue sehariii aja kayaknya meriang deh!"

Minjae baru saja membuka mulut untuk mengumpati perempuan kurang ajar di depannya ini, tapi suara Soojin membuatnya urung.

"Udah biarin aja, mungkin lagi sibuk."

Nahee mengangguk cepat, tanda ia satu suara dengan Soojin. Namun Minjae malah mencibir, "Alah, sibuk apaan coba? Kayak orang penting aja."

"Abang gue emang banyak kerjaan, ya! Emangnya elo? Pengangguran?"

Laki-laki itu jelas tak terima, "Ngapain kerja? Orang duit gue udah banyak, ini aja bingung ngabisinnya gimana,"

Soojin merotasikan bola matanya jengah. Ia memutuskan pergi dari area itu sebelum gendang telinganya pecah mendengar perdebatan Nahee dan Minjae. Mereka berdua memang saling membenci--ah, tidak. Hanya Minjae yang menyebalkan dan Nahee yang gampang sewot saja. Tapi dalam beberapa kesempatan, Minjae bersikap seolah-olah ia menjadi bodyguard Nahee, dengan kata lain, 'nggak ada yang boleh gangguin dia kecuali gue'.

Gadis itu mematri langkah menuju spot favoritnya di klub itu. Rooftop.

★★★《 ❝ ♧ ❞ 》★★★

Apa yang kalian pikirkan saat mendengar kata Seoul? Mungkin, kalian akan langsung berpikir mengenai keindahan kota itu. Menara Namsan, Sungai Han, pasti langsung muncul di benak kalian. Tetapi, kalian harus ingat. Bahwa segala sesuatu pasti memiliki dua sisi.

Another Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang