Malam harinya, di temani rintik hujan sebagai musik. Kim Seokjin membuka matanya, badannya agak sakit. Mungkin karena tadi pagi ia bekerja dan mengangkat barang berat di toko. Tubuhnya belum terbiasa dengan adanya tekanan.
Masih terdiam di atas ranjang, pandangannya terarah pada atap rumah nenek Kim, otak di kepalanya memainkan potongan-potongan cerita dari tidak masuk akal sampai yang paling tidak masuk akal. Alias berkhayal.
Badannya lemas, yah mungkin ini juga efek karena tidur di sore hari sampai malam. Atau begitukah! Perlahan tangannya meraba tempat tidur, menemukan yang di cari.
19.30.. ah ternyata belum malam. Seokjin membuka selimut dan turun dari tempat tidur. Pergi untuk membersihkan diri agar lebih sagar. Dan tentu saja ia juga lapar.
Beberapa menit kemudian. Merasa lebih segar setelah keluar dari kamar mandi. Seokjin berjalan menuju dapur, matanya menatap fokus setelahnya buru-buru menghampiri seseorang yang berada di dapur.
"Nenek ngapain di dapur?" Tanya Seokjin seperti orang bodoh.
"Sedang memasak. Memangnya ngapain lagi." Nenek Kim menggeleng kecil, menaruh semua hasil masak di piring lalu berjalan perlahan menuju meja makan di ikuti Seokjin.
"Kenapa repot-repot nek? Kenapa tidak membangunkan ku. Biar jinnie yang memasak," ujar Seokjin.
"Tidak apa-apa. Nenek tahu jinnie lelah." Nenek Kim menyuruh Seokjin duduk.
"Tapi tetap saja. Harusnya bangunkan jinnie saja, nenek lagi sakit, jinnie malah membuat nenek berkerja yang seharusnya istirahat."
"Sudah tidak apa-apa. Nenek merasa lebih sehat kalau di bawa kerja. Jenuh di dalam kamar tanpa melakukan apa-apa."
Seokjin ingin menyela lagi tapi pasti Nenek punya alasan lain juga, jadi ia hanya pasrah saja, lalu tangannya mengambil piring. Tiba-tiba pikirannya melayang, matanya melirik ke sana sini mencari seseorang.
"Nek, tumben Jungkook tidak ke sini?" Merasa heran.
Karena seharusnya yang memasak untuk makan malam di rumahnya adalah Jungkook. Seokjin sepertinya sudah menganggapnya sebagai chef pribadi.
"Kookie lagi ada urusan."
Seokjin merasa penasaran, "urusan? Urusan apa nek? Kok nenek bisa tahu?"
"Tadi kookie datang kesini, pamit akan pergi ke kota," jelas nenek Kim.
Mendengar itu Seokjin cemberut, kenapa nenek tahu Seokjin tidak tahu? Kenapa Jungkook pamit pada nenek dan tidak padanya? Kenapa bukan dia? Setelahnya menggeleng. Memangnya kenapa Seokjin harus tahu. Tidak penting juga!
"Kenapa dia tidak memberitahuku?" Tanpa sadar Seokjin bergumam, berbeda sekali dengan isi hatinya. Nenek Kim tersenyum lalu menimpali, "jinnie sedang tidur, kookie sepertinya tidak enak ingin membangunkan. Dia menyuruh nenek menyampaikan pada jinnie."
"Benarkah?" Mata Seokjin berbinar, rasa kesalnya hilang seketika, tidak menyadari tingkah lakunya seperti remaja jatuh cinta. Nenek Kim tak kuasa menahan senyum dan mengangguk.
Makan malam berlanjut dengan ketenangan. Setelah selesai, Seokjin kembali ke kamarnya, dalam perjalanan ia bertanya-tanya dalam benaknya. Apa yang di lakukan Jungkook hingga bolak balik kota dan desa. Pekerjaan apa yang ia lakukan.
"Huuuh." Menghela nafas panjang. Seokjin merapikan tempat tidur yang sedikit berantakan. Mengambil selimut dan sebuah kertas terjatuh.
Keningnya berkerut, mengambil perlahan. Ada tulisan yang membuat Seokjin begitu fokus.
"Hai Seokjin. Aku tahu cara seperti ini sudah ketinggalan zaman. Tapi mau bagaimana lagi hahaha. Aku bahkan tidak punya nomor mu haha.
Oh ngomong-ngomong, aku akan pergi ke kota. Tidak lama, jadi jangan terlalu merindukanku oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me
Romancekookjin story💜 Kim seokjin; Hal yang paling berkesan saat pertama kali melihat Jungkook itu adalah matanya. Dia duduk linglung menatap segala arah, mata besar jernihnya mencuri hatiku. Jeon Jungkook. Selama hidup, aku tidak tahu bahwa ada laki-laki...