Request by secret.
Elkan top x Rafael bot
Fluffy story————
Mama & Papa?
Rafael sangat bosan, dia ingin sekali pergi ke taman untuk bermain. Hanya saja Haruto adiknya justru sibuk bermain dengan mobil-mobilan yang baru saja dibelikan ayah mereka sebagai hadiah juara satu yang didapat Haruto.
"Haruto ayo ke taman! Aku sangat bosan di rumah" Rafael merengek pada adiknya,
Haruto menggeleng sebagai penolakan.
"Enggak mau, aku lagi main ini."
Rafael cemberut karena penolakan itu, lalu berdiri dan berjalan keluar. Dia memilih pergi ke taman sendirian daripada mati kebosanan.
Sesampainya di taman, Rafael duduk di rumah panggung kecil yang ada disana. Taman itu sepi tidak seperti biasanya, hanya ada dirinya sendiri di sana. Rafael memperhatikan sekitar tak tau harus melakukan apa. Hingga suara anak perempuan yang melengking memanggil namanya.
"Kak Rafaaaaa!"
Rafael menoleh menuju sumber suara, dia melihat seorang anak perempuan berusia sekitar enam tahun berlari ke arahnya. Itu Sofia, tetangga kesayangannya—karena Rafael sangat ingin memiliki adik perempuan. Mereka hanya berbeda dua tahun.
Rafael pun merentangkan tangannya siap menerima pelukan dari Sofia. Ketika mereka berpelukan, Rafael melihat seorang anak laki-laki di belakang Sofia, untuk ukuran anak kecil ia terlihat sangat tinggi. Pelukan terlepas dan Sofia menarik anak laki-laki itu untuk mendekat pada Rafael.
"Kak Rafa perkenalkan ini Kak Elkan anak dari bibi Laura. Dia datang dari Jakarta dan akan menginap. Dan Kak Elkan, ini Kak Rafa kesayanganku." Sofia memperkenalkan mereka berdua.
Rafael mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan diterima oleh Elkan.
"Rafael, tujuh tahun"
"Elkan, delapan tahun"
Setelah acara perkenalan itu mereka bermain kelereng hingga Sofia merasa bosan. Ia merengek kepada dua orang yang lebih tua darinya untuk berhenti bermain kelereng dan memainkan permainan yang lain.
"Jadi sekarang kita bermain apa?" Rafael bertanya dengan sabar,
"Bagaimana kita bermain rumah-rumahan?" usul Sofia dengan antusias,
"Rumah-rumahan?" Elkan bertanya dengan bingung,
"Ya! Ada Mama, Papa dan anak. Dan aku ingin menjadi anaknya"
Rafael dan Elkan bingung dengan perkataan anak perempuan itu, jika Sofia adalah anaknya, siapa yang akan menjadi mamanya? Secara mereka berdua adalah anak laki-laki!
"Tapi Sofia, aku dan Elkan laki-laki. Siapa yang menjadi mama?"
"Tidak masalah, Kak Rafa bisa menjadi mamanya dan Kak Elkan menjadi papanya."
Rafael hendak menolak, tentu saja karena ia laki-laki! Namun ekspresi Sofia yang sangat berharap membuatnya tidak tega. Mau tidak mau Rafael menyetujui usulan Sofia yang membuat anak perempuan itu meloncat-loncat kegirangan.
Kini Rafael sedang berpura-pura memasak selayaknya seorang istri yang melayani suaminya. Setelahnya menaruh makanan palsu itu di sebuah piring mainan milik Sofia dan menghidangkan makanan tersebut kepada kedua temannya.
"Selamat makan semuanya!" ucap Rafael dengan gembira dan tersenyum, di balas senyum oleh mereka berdua.
Mereka menyudahi acara berpura-pura makan ketika merasa cukup. Sofia lah yang pertama kali membuka suara.
"Aku sekolah dulu ya mama, papa"
"Hati-hati di jalan, nak." Elkan mengelus rambut anak perempuan tersebut
"Kamu tidak berkerja?" tanya Rafael pada Elkan
"Tidak, aku sudah kaya"
Mereka tergelak karena perkataan Elkan.
"Baiklah, aku pergi dulu" Sofia berdiri dan berjalan menjauh dari mereka berdua.
"Sekarang apa yang kita lakukan?" Rafael memecah keheningan,
Elkan menyenderkan punggungnya pada pohon di belakangnya, menepuk sisinya menyuruh Rafael duduk di sebelahnya. Rafael menurut, setelahnya Elkan merangkul pundak dan menyandarkan kepala Rafael di bahunya lalu mengelus rambut yang lebih muda.
Rafael terkejut, mendongakkan kepalanya seolah bertanya. Elkan seperti tau maksud tatapan mata Rafael yang kebingungan, Elkan pun mencium pipi Rafael hingga anak itu benar-benar terkejut.
"Aku sering melihat orang tuaku seperti ini"
Setelah mendapatkan jawaban, Rafael terdiam. Ia merasa pipinya memerah, astaga hawa di sekitarnya seketika memanas. Rafael mengabaikan hal itu, ia menyenderkan kepalanya ke bahu Elkan dan menikmati elusan tangan di rambutnya hingga tanpa sadar dirinya tertidur.
————
"Rafael Struick!" sebuah suara membangunkannya, kini dirinya dihadapkan oleh seorang perempuan yang melipat tangan di dada dengan ekspresi kesal.
Astaga, ia baru tertidur di kelas dan memimpikan masa kecilnya yang indah. Kini Rafael sudah beranjak remaja, ia sudah masuk sekolah menengah atas di tingkat pertama. Tetapi hingga kini ia masih merindukan Elkan, teman masa kecilnya yang ia kenal hanya dalam waktu sehari.
"Cepat bangun dan cuci mukamu!" perintah guru itu, Rafael pun menurutinya. Meminta maaf lalu berjalan keluar menuju kamar mandi.
Brugh
Karena masih sedikit mengantuk ia tidak sengaja menabrak seseorang. Orang itu sangat tinggi dan putih. Ia memakai seragam sekolah namun berbeda dengan seragam di sekolahnya.
"Maafkan aku! Aku benar-benar tidak sengaja!" Rafael meminta maaf, membungkukkan badannya,
"Kau, Rafael?" bukannya menjawab, orang itu justru menyebutkan namanya membuat Rafael terkejut.
"Darimana kamu tau namaku?"
"Name tag mu"
Ah benar, ia lupa akan hal itu.
"Oke baiklah, sekarang biarkan pergi"
Orang itu memberikan jalan kepada Rafael, namun belum jauh Rafael berjalan orang itu mengatakan hal yang membuatnya berhenti.
"Apakah kamu melupakan suamimu ini? Sayang sekali padahal kita belum bercerai."
Rafael membalikkan badannya untuk memperhatikan orang itu. Kulit putih, rambut hitam dan tubuhnya yang tinggi..
Itu Elkan, orang yang selama ini ia rindukan. Ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengannya kembali.
Dengan begitu Rafael berlari ke arah Elkan lalu memeluk tubuh jangkungnya dengan erat. Tanpa sadar dirinya meneteskan air matanya. Elkan mengusap rambutnya, rasanya sama seperti beberapa tahun yang lalu.
"Jangan pergi lagi.." ucap Rafael disela-sela isakannya.
"Tidak, aku datang kesini untuk kamu Rafa. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."
Elkan menangkup wajah Rafael dengan kedua tangannya yang besar, memisahkan jarak di antara mereka berdua. Mengusap wajah Rafael yang basah karena air mata. Mendongakkan kepala yang lebih pendek untuk menatapnya, mempertemukan tatapan mereka.
Elkan mengikis jarak, mereka merasakan hembusan nafas masing-masing. Hingga Rafael merasakan bibir Elkan bertemu dengan bibirnya dengan lembut, Rafael memejamkan matanya tanpa sadar ketika Elkan memperdalam ciumannya. Ah, Rafael rasa ia akan melayang karenanya. Ia harap ini bukanlah mimpi. Jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan dirinya.
Sementara itu,
"Astaga kemana anak itu? Ini sudah lebih dari lima belas menit. Lihat saja nanti"
—————
ADFSGSHDHVB BYE.
KAMU SEDANG MEMBACA
oneshoot random
FanfictionLapak bxb/gay/homo Homophobic go away. Nulis kalo ada ide doang