Sudah dua puluh tujuh tahun lamanya, Iaso sampai nyaris mati rasa sebab tak kunjung menemukan mate. Banyak tempat yang ia datangi dan banyak negeri ia lalui, nyatanya itu sama sekali tak berpengaruh apapun baginya. Ia masih tetap sendirian hingga kini. Tak banyak berubah selain usianya yang kian menua seiring dengan perjalanan waktu. Banyak rekannya yang telah menemukan keberadaan mate-nya dan bahagia. Tapi ia bukan salah satunya.
Jika kebahagiaan diukur dari kehadiran mate, untuk apa hingga sekarang ia terus menunggu. Perlahan rasa percaya dirinya mengikis, menemukan mate bukanlah segalanya yang akan menjadi prioritas hidupnya. Ia bisa berdiri sendiri hingga kini berkatnya yang terus menguatkan diri. Sang ayah telah mendesaknya untuk segera melangsungkan pernikahan dengan wanita lain meskipun bukan mate-nya. Iaso bukan tak mau, ia hanya enggan dan belum tertarik untuk menuju jenjang yang lebih serius.
Jika tak bisa diikat melalui mate, biasanya pasangan akan menikah secara hukum. Itu sama-sama sah di negeri ini. Tak ada paksaan jika seorang alpha harus menikah dengan wanita yang menjadi mate-nya, itu semua pilihan masing-masing. Iaso kadang terkekeh melihat takdir kehidupannya yang sama sekali tak berubah, bahkan adiknya lebih dulu menikah dan melangkahinya menemukan mate.
Rasanya ia adalah alpha paling dibenci oleh Moon Goddess. Tak ada sama sekali petunjuk kemana keberadaan mate-nya selama ini. Dibesarkan dari keluarga yang penuh cinta dan menikah karena saling mencintai membuatnya enggan untuk menikah dengan wanita lain yang bukan mate-nya. Ia hanya tak mau berpura-pura cinta padahal ia masih menanti orang lain yang entah kapan datangnya. Ia takut goyah di tengah jalan, oleh karenanya Iaso tak mau terburu-buru.
Terhitung lebih dari lima tahun pengabdiannya, Iaso akhirnya menyerah menjadi detektif dibawah naungan kepolisian. Ia memilih beralih menjadi staff kepolisian biasa, alasannya cukup konyol karena didalam hatinya masih berharap jika suatu saat tak sengaja bertemu dengan mate-nya. Akhir-akhir ini sedang marak kasus penculikan omega yang diperjualbelikan dan digunakan untuk pemuas nafsu.
Selain itu, Iaso ikut prihatin dan ikut bersimpati dengan omega di luar sana. Mereka pasti merasa ketakutan dan khawatir diperjualbelikan oleh oknum yang tak bertanggungjawab. Ah sudahlah, tepat dini hari ini ia akan melakukan penggerebekan di salah satu bar yang diduga akan dijadikan tempat transaksi jual beli. Sebagai kepala staff yang menangani kasus ini, Iaso telah memperhitungkan segalanya dengan matang.
Malam ini ia membawa sebanyak lima belas pasukan. Semua pasukan bersenjata, terdapat dua intel yang menyelinap lebih dulu untuk memastikan kondisi di dalam bar. Begitu Iaso mendapatkan sinyal, ia dan timnya langsung bergerak menuju lokasi. Tak butuh waktu lama untuknya tiba, sebab lokasi penyergapan hanya berjarak lima ratus meter dari pos yang disediakan.
Iaso memberi arahan pada yang lain untuk bersiap di tempat, ia masuk lebih dulu dengan dua orang dibelakangnya yang siap sedia memegang senapan laras panjang. Langkah kakinya yang begitu pelan menuju bagian bar di ujung lorong. Semua pasukan telah mensterilkan lorong ini sehingga tak ada seorangpun yang akan menginterupsi penyergapan. Iaso sengaja meminimalisir suara yang dibuat, ia tak ingin si pelaku kabur dan mencari omega lainnya untuk diperjual belikan.
Anehnya begitu pintu utama terbuka, kewarasannya seakan dihantam oleh feromon bergamot yang berpadu dengan aroma vanilla dan pear. Iaso seperti mabuk, penciumannya yang begitu tajam membuatnya langsung menutup hidung. Namun feromon itu jauh lebih kuat dari yang ia duga, aromanya begitu menyengat. Nyatanya, tak ada dari pasukannya yang hilang kendali. Hanya ia satu-satunya yang berusaha mengendalikan diri.
Iaso terus menelisik ke sekeliling ruangan. Semuanya telah terkepung, pasukannya langsung menangkap para pelaku, tak ada celah untuk kabur. Iaso terus menatap sekelilingnya mencari darimana sumber feromon berasal. Hingga ia menemukan seorang wanita diujung ruangan nyaris tanpa pakaian. Omega itu tampak ketakutan dan mengigil di sekujur tubuhnya. Iaso berjalan mendekat ke arahnya.
Tanpa sadar, sorot matanya berubah menjadi keemasan. Alpha-nya mengambil alih kesadarannya dan memukul keras kepala belakang pria yang baru saja menjamah tubuh wanita tadi. Emosinya yang tak terkendali membuat pasukannya ikut terheran dan segera menyingkirkan sang pria sebelum Iaso membunuhnya. Wanita tadi tampak meringkuk ketakutan, ia memeluk tubuhnya sendiri. Iaso dapat melihat transparan yang memperlihatkan bentuk tubuhnya secara terang-terangan.
Pria itu berjalan mendekat ke arahnya. Tiap Iaso mendekat si wanita mundur perlahan. Posisinya yang tengah terduduk membuatnya tak bisa bergerak bebas. Belum lagi ledakan feromon di ruangan ini membuatnya merasa tercekik. Wanita tadi mengedarkan pandangan dengan tak nyaman. Hingga ujung ruangan, wanita tadi ketakutan setengah mati saat Iaso masih mendekat ke arahnya. Wanita itu lantas menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.
Iaso kemudian berjongkok, feromon inilah yang selama ini ia cari-cari hingga membuatnya nyaris putus asa. Tangannya mengusap pelan surai blonde sang wanita, tak lupa berusaha menenangkan wanita itu dengan feromonnya.
'Mate'
Begitu keduanya bersentuhan, bisikan tak kasat mata itu terus terngiang dalam benaknya. Baik Iaso maupun si wanita mendengar kata tersebut berkali-kali. Iaso yang sudah gelap mata langsung melepaskan jaket yang ia kenakan untuk menutupi tubuh wanita itu. Ia kemudian mengangkat dan membawanya ikut serta. Mata keemasannya kembali berubah seperti semula, tanda kesadarannya telah kembali seperti sediakala.
Iaso memegangnya erat-erat, takut jika wanita tadi kedinginan sebab tak memakai pakaian dengan benar. Wanita tadi menutup matanya, air matanya terus mengalir ia berusaha menyamankan diri dalam pelukan pria asing yang merupakan mate-nya. Setelah sekian lama menanti akhirnya keduanya dipertemukan dalam keadaan yang tak bisa dibilang baik-baik saja.
Omega wanita itu telah cacat sebelum bertemu dengan sang alpha. Ia harus menerima kenyataan pahit jika pria itu mungkin saja berakhir membunuhnya karena dianggap aib baginya. Ia rela jika harus mati saat ini juga. Bahkan untuk mengangkat kepala dan melihat wajah sang alpha saja ia tak sanggup. Rasanya ia tak memiliki harga diri yang tersisa.
Semuanya sudah direnggut lebih dulu oleh alpha yang menjualnya. Gland scent-nya juga telah koyak, karena syarat penjualan omega adalah membuat gland scent-nya rusak sehingga bisa dipakai oleh banyak alpha sekaligus. Dan ia salah satu korbannya, hingga hari ini terhitung sudah banyak hari yang ia lalui dengan tangisan. Pastilah sang alpha kecewa melihatnya yang sudah tak berharga.
"Sisakan pria yang tadi ku pukul, aku akan menghabisinya esok hari." Perintah Iaso pada pasukannya.
tbc
« vote + komen »
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of Us
Romancea.bout a collection of short stories from many couples that are also interesting while waiting for the main story update. The part is not too long but it is worth reading in your free time