Rasa takut

24 17 7
                                    

Anjeli terus menangis hingga sekarang, jam sudah menunjukkan pukul dua malam ia masih terus memangis, ia sangat takut menikah dan memang belum mau menikah.

Ponsel nya tiba-tiba berbunyi menandakan telfon dari seseorang.

Anjeli melihat itu telfon dari Farid, Anjeli sekarang merasa canggung jika harus berkomunikasi dengan Farid, ia langsung saja mematikan telfon itu namun Farid terus menelfonya.

"Kenapa ki kak" Anjeli berusaha membuat suaranya baik-baik saja dan tidak bergetar.

"Tumben mu pake ki sama kak ke saya deh" Ucap Farid lalu sedikit tertawa.

"Kalau tidak ada ji penting jangan mi telfon ka" Balas Anjani.

"Ku tau ji Anjeli pasti menangis ki toh, minta maaf ka Anjeli maaf sekali ka, tapi kali ini mau ka egois Anjeli ku suka sekali ki" Suara Farid berubah menjadi lembut.

"Tidak mau ja menikah Farid, lagian masi terlalu muda ka Farid mau ka dulu capai cita-cita ku, apa juga na bilang orang kalo menikah muda ka bisa-bisa na kira ka hamil di luar nikah farid"

"Capai mi cita-citamu Anjeli tidak bakal ku batasi jki, jangan mki juga pikirkan omonganya orng lain karena kenyataannya tidak begitu ki"

"Sudha mi dulu Farid mau ka tidur" Anjeli menyudahi panggilan itu ia langsung mematikan ponselnya agar tidak di ganggu oleh Farid lagi.

Percuma ia menjelaskan panjang lebar kepada Farid, kali ini Farid benar-benar egois, Anjeli sangat bingung ingin meminta tolong kepada siapa.

Anjeli rasanya ingin kabur saja dari perjodohan ini, tapi bagaimana dengan keluarganya, keluarganya akan menanggung rasa malu yang begitu besar tidak tega rasanya jika harus membuat kedua orng tuanya malu depan keluarga besarnya.

♡♡♡

"Anjeli minggu depan mau datang melamar Farid" Ucap mama Anjeli sambil membereskan meja makan yang sudah mereka tempati untuk sarapan tadi.

Anjeli yang tengah membantu mencuci piring kotor bekas sarapan itu langsung terdiam.

"Harus sekali buru-buru kah mak?" Anjali sedikit meninggikan suaranya karena sudah frustasi oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa mau sekali ki kasi menikah ka kah? capek mki urus ka? bilang mki mak kalo capek ki"

PLAKK

Anjeli di tampar keras oleh mamanya, air mata yang sedari tadi sudah di tahan kini butir demi butirnya turun membasahi pipi mulus Anjeli.

"Kau ji Anjeli satu-satunya anak ku, salah ka kalo berusaha ka kasi ko yg terbaik di hidup mu Anjeli? dari pada nanti sama ko laki-laki yang tidak jelas, tidak mau ja hidup sengsara ko Anjeli" Yang awalnya ia membentak Anjeli namun di akhir kalimat ia menangis berusaha membuat anaknya percaya bahwa pilihannya ini benar.

Anjeli tidak tahu harus mengatakan apalagi ia cepat-cepat menyelesaikan cuci piringnya dan segera berangkat sekolah.

Di perjalanan pikiranya berkecamuk, yang di pikirannya apa dia harus kabur atau menerima semua ini, tapi dia masih terlalu muda untuk hal ini.

Saat sampai di sekolah Anjeli menghapus seluruh airmatanya yang telah luruh membasahi pipinya di sepanjang jalan tadi, ia bahkan sempat ke kamar mandi sekolahnya untuk cuci muka agar matanya tidak terlalu sembab.

"Anjeli ku yang lucu nan manis ada apa kah gerangan dirimu terlihat murung di pagi yang cerah ini" Ucap Aila sambil merangkul Anjeli.

ALOSI RI POLO DUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang