H-8 🚎

8 0 0
                                    


P A I T O N 2 0 0 3
NCT 127 LOKAL AU

🚎🚎

H-8

Siang kali ini begitu panas, bahkan banyak murid yang memilih bermain di lorong kelas daripada di lapangan. Termasuk Heidar, yang sekarang tengah termenung di kursi lorong.

Sesekali menyapa teman-temannya yang lewat di hadapannya. Sampai pada akhirnya dia berdiri karena jenuh menunggu kakaknya itu untuk keluar kelas.

"Ini si Marfa lama bener dah? Kena ospek Bu Rania apa dah? Mana lagi tuh 3 bocah kagak muncul-muncul!" Gerutunya sambil mengintip kelas Marfa, yang sejak tadi sepi karena jam istirahat dan menyisahkan Marfa dengan wali kelasnya, Bu Rania.

Entah mereka sedang membicarakan apa, tapi Heidar tak mau tau.

Di kala dirinya ingin duduk, suara dari beberapa meter tak jauh darinya memanggil namanya.

"Heidar!!"

Menoleh kearah kiri, bibirnya yang tadi ia lengkungkan kebawah kembali ia lengkungkan keatas dan kali ini badannya juga ikutan berdiri kembali. Dan melambaikan tangan kanannya untuk menyapa ketiga sahabatnya.

"Hei kalian!"

Tepat pada saat mereka bertiga berhenti di dekat Heidar, Marfa keluar dari kelas di ikuti oleh Bu Rania yang menyapa keempatnya dan berlalu menuju ruang guru di ujung lorong.

"Makin cakep aja dah bu Rania." Celetuk Jendral yang langsung di hadiahi oleh pukulan pelan di kepala oleh Reka.

"Tapi jujur iya sih."

Marfa segera menyadarkan teman-temannya yang sejak tadi masih menatap bu Rania yang sudah menjauh. Jujur saja, bu Rania itu guru primadona sekolah berkat kecantikannya dan hatinya yang selembut kapas.

Tapi sayangnya beliau sudah bersuami.

"Jadi ke kantin gak? Lapar nih." Ucap Marfa, yang membuat mereka berempat akhirnya tersadar.

"Yaudah ayo! Keburu habis itu risol." Ujar Jenar yang langsung berlari meninggalkan ketiga temannya di belakang.

"Aku juga mau ya! Tunggu Jenar!" Reka berlari mengejar Jenar, meninggalkan Marfa, Heidar dan Jendral tertawa melihat tingkah Reka dan Jenar.

"Padahal mereka bisa minta sama bang Deifan." Ucap Heidar yang dihadiahi oleh tawa receh dari Marfa.

***

Perpustakaan 10 Keajaiban.

Adalah perpustakaan yang sudah cukup lama berdiri di pemukiman kampung Garuda. Lebih tepatnya, sejak pendiri yakni Almarhum bapak Irwa memberikan kabar bahwa isteri beliau melahirkan putra ke-sepuluh mereka. Dan perpustakaan tersebut berdiri sebagai tanda rasa syukur dan terimakasih mereka kepada warga yang telah membantu mereka, maupun menjaga anak-anak mereka yang terkadang sering jahil dan nakal.

Dan nama 10 keajaiban itu terinspirasi dari ke-sepuluh anak bapak Irwa. Karena awalnya bapak Irwa dan isterinya sudah pasrah akan takdir tuhan, karna isteri bapak Irwa sebenarnya di diagnosa tidak bisa hamil, alias mandul.

Tapi tuhan berkata lain. Dan ya seperti itulah sejarah singkat dari perpustakaan 10 keajaiban.

Tefan tersenyum tipis kala membaca buku buatan ayahnya itu, yang selalu ada di meja resepsionis. Hari ini dia kebagian yang menjaga di perpustakaan, tapi sejak perpustakaan di buka dari jam 8 hingga sekarang menunjukkan jam 1 siang, tak ada satupun pengunuubg yang datang untuk berkunjung, sekedar mampir pun tak ada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paiton 2003 | NCT127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang