Part 2

33 2 0
                                    

Dari kejauhan terlihat wanita cantik memakai dress berwarna putih, serasi dengan kulit tubuhnya yang berwarna putih dan rambut hitam yang terurai panjang dengan poni miring di wajahnya. Matanya yang bulat dan pipinya yang cempluk membuat semua orang pasti akan gemas melihatnya. Dia terlihat sibuk mencari sesuatu di sekitar rumah sakit yang sedang dia datangi saat ini. Naya terlihat sangat senang melihat orang-orang yang berada di sekitarnya sekarang. Namun, perasaannya juga sedikit sangat sedih saat melihat orang-orang tersebut karena dia teringat akan seseorang yang amat dia sayangi. Dan itu membuat hatinya semakin sakit.

Naya berjalan menelusuri lorong demi lorong rumah sakit satu persatu. Berharap menemukan sesuatu yang dia cari saat ini. Matanya tak berkedip saat melihat kamar rawat inap yang sedang berjejer di sebelahnya. Naya sangat antusias untuk mencarinya, dan berharap ini adalah rumah sakit terakhir yang dia datangi untuk mencari adik kesayangannya. Naya sudah mulai terlihat kelelahan mencari satu ruangan di rumah sakit sebesar ini. Dia terduduk dan menyandarkan kepalanya di kursi, menghela nafas panjang dan memejamkan mata sejenak untuk mengobati rasa lelah yang dia rasakan.

" Apa aku yakin bisa menemukan Nayla di rumah sakit ini. Ini sudah rumah sakit ke-20 yang sudah aku datangi dalam waktu semalam. Tapi, tetap saja tidak ada tanda-tanda dari Bunda maupun Nayla. Lalu aku harus bagaimana ? " Naya mengeluh namun bukan berarti perjuangannya harus berhenti sampai disini. Setelah 15 menit memejamkan matanya, Naya terbangun dan mencoba kembali bangkit dari tempat duduknya dan mencoba kembali mencari kamar Nayla.

Kamar yang berada di lantai 7 dengan nomer kamar 732 menjadi ketidak karuan perasaan Naya. Antara benar atau tidak kamar itu adalah kamar Nayla. Namun, perasaaan seorang kakak pasti jauh lebih tepat. Mengenal Naya dan Nayla adalah saudara kembar bagai pinang dibelah dua. Hanya warna kulit yang membedakannya, Naya berkulit putih seperti Bunda meisya dan Nayla berkulit kuning seperti Ayahnya.

 Kamar732 terlihat hening dan sunyi seperti tak berpenghuni dan kosong. Mungkin perasaan Naya hanyalah perasaan semu yang harus di abaikannya saat ini. Naya berlalu dari kamar tersebut dan menyusuri kamar hingga kamar paling terakhir dan terujung dari rumah sakit tersebut.

Saat langkah kaki Naya mencoba untuk meninggalkan kamar yang di duganya adalah kamar adiknya. Seseorang terlihat membuka dan keluar dari kamar. Naya menoleh ke arah pintu yang terbuka tersebut. Naya tersentak, tubuhnya menjadi kaku dan susah untuk digerakkan. Melihat seseorang yang kini sangat dekat dengan dirinya. Air mata Naya berkaca-kaca hingga ia tak dapat membendung air mata dan menetes membasahi pipinya. Suaranya seperti terkunci saat ia ingin mengucapkan kata " Bunda "  . 

Bunda Naya berjalan dan berlalu di depan Naya. Seperti tak menghiraukan perasaannya sama sekali. Naya mencoba menghapus air matanya dan mengikuti arah langkah kaki Bunda.

Naya sedikit berlari-lari kecil saat mengikuti Bundanya yang berjalan seperti terburu-buru. Naya sempat bingung dan tak mengerti mengapa Bunda seperti ini. " Tak seperti biasanya Bunda seperti ini," gumamnya dalam hati. 

Bunda tiba di salah satu ruangan yang membuat langkah Bunda tiba-tiba berhenti dan menjadi tegang. Bunda terlihat bingung sendiri saat akan memasuki ruangan tersebut. Bunda mondar-mandir di depan pintu seperti memikirkan sesuatu yang menjadinya takut untuk masuk ke dalam ruangan itu.

Naya berhenti dan hanya terduduk melihat Bundanya yang kebingungan sendiri. Naya juga bingung dan heran. " Kenapa Bunda harus kebingungan sendiri seperti itu ? ini kan hanya ruangan Dokter, mungkin saja Dokter memberikan kabar baik akan keadaan Nayla, " ucapku yang mulai berfikiran positif akan Nayla.



Nyawaku Adalah HidupmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang